KOMPAS.com - Pangeran Hisahito, keponakan Kaisar Naruhito, kini resmi menyandang status dewasa pada usia 19 tahun, Sabtu (6/9/2025).
Dilansir dari Nippon, Jumat (5/9/2025) Pangeran Hisahito menjadi bangsawan pria pertama dalam empat dekade terakhir yang melalui upacara kedewasaan, sebuah tradisi penting dalam keluarga kekaisaran Jepang.
Upacara itu semula ditunda setahun agar ia dapat berkonsentrasi pada ujian masuk universitas.
Baca juga: Nenek di Jepang Tertipu Pacar Online yang Mengaku Astronot
Di kediaman keluarganya, Hisahito menerima mahkota kanmuri dari utusan kaisar, lalu menyampaikan rasa terima kasih.
“Saya akan menjalankan tugas dengan penuh kesadaran atas tanggung jawab sebagai anggota keluarga kekaisaran yang dewasa,” ujarnya dikutip dari The Guardian, Sabtu (6/9/2025).
Setelah prosesi itu, ia tampil dengan jubah tradisional sebelum berganti ke busana resmi untuk mengunjungi kuil-kuil penting, termasuk Kuil Ise, serta makam Kaisar Jinmu dan Kaisar Showa.
Baca juga: Seniman Jepang Sho Shibuya Soroti Krisis di Indonesia Lewat Lukisan Merah Putih
Hisahito kini berada di urutan kedua pewaris takhta setelah ayahnya, Putra Mahkota Akishino.
Dalam upacara tersebut, ia juga memberikan penghormatan kepada para dewa dan leluhur di istana, sebuah tradisi turun-temurun yang sudah berlangsung selama ribuan tahun.
Meski masih remaja, Hisahito sudah menyadari sorotan publik yang mengiringi statusnya.
“Sebagai anggota muda keluarga kekaisaran, saya bertekad untuk memenuhi peran saya,” ucapnya pada pernyataan beberapa bulan lalu.
Baca juga: Ketika Polisi di Jepang Membungkuk Minta Maaf di Depan Makam Korban Salah Tangkap...
Di balik khidmatnya prosesi, bayang-bayang krisis suksesi tetap kuat terasa.
Undang-undang kekaisaran Jepang yang berlaku sejak 1947 hanya mengizinkan laki-laki mewarisi takhta.
Aturan itu menutup jalan bagi Putri Aiko, anak tunggal Kaisar Naruhito, meski berbagai survei menunjukkan masyarakat mendukung kemungkinan kaisar perempuan.
Sementara, tradisi menegaskan bahwa garis kekaisaran telah bertahan selama 2.600 tahun melalui laki-laki.
Namun, kenyataan jumlah pewaris pria yang semakin sedikit membuat perdebatan reformasi aturan suksesi kembali mengemuka.
Baca juga: Kafe Jepang dengan Pelayan Robot, Dikendalikan oleh Mereka yang Tidak Bisa Keluar Rumah