KOMPAS.com - Perilaku tone deaf kini dengan cepat menau kritik di media sosial.
Dalam konteks sosial dan politik, tone deaf adalah sikap tidak peka seseorang terhadap perasaan orang lain atau pada apa yang terjadi di lingkungannya.
Sederhananya, tone deaf dikaitkan dengan sikap ketidakpedulian seseorang terhadap hal-hal yang terjadi di sekitarnya.
Banyak yang beranggapan bahwa tone deaf lebih sering terjadi pada masyarakat dari kelas sosial dan ekonomi menengah ke atas.
Psikolog sosial Hening Widyastuti mengatakan, orang dengan kelas ekonomi menengah ke atas terbiasa hidup dengan kenyamanan sehingga cenderung bersikap tone deaf.
“Ini berkaitan dengan ‘kenyamanan’ gaya hidup mewah di zona nyaman,” kata dia, dikutip dari Kompas.com (25/8/2025).
Lantas, bagaimana cara mengajarkan anak agar tidak bersikap tone deaf?
Baca juga: Ramai Disebut di Media Sosial, Apa Itu Tone Deaf?
Psikolog Danti Wulan Manunggal mengatakan, mendidik anak agar tidak memiliki sikap tone deaf bisa dilakukan sejak masih kecil.
"Mengajarkan anak agar tidak tone deaf pada dasarnya adalah melatih mereka untuk memiliki empati dan kepekaan sosial," kata dia, saat dimintai informasi Kompas.com pada Senin (8/9/2025).
Berikut ini empat cara yang bisa diajarkan kepada anak agar terhindar dari perilaku tone deaf:
Menghindari perilaku tone deaf bisa dilakukan dengan mengajarkan anak mengenali perasaan dirinya sendiri.
Setelah itu, ajari anak untuk memahami perasaan orang lain dan menumbuhkan empati.
Misalnya, ada temannya yang terjatuh lalu sampaikan, "Lihat temanmu sedih, kenapa ya? Mungkin dia terjatuh dan lututnya sakit. Kita bantu yuk."
Cara ini diajarkan untuk melatih kepekaan emosi anak dan orang lain.
"Ketika anak Anda sedih atau marah, jangan remehkan perasaannya. Katakan, 'Ibu/Ayah mengerti kamu sedih karena balonnya pecah'," kata Danti.
Baca juga: Benarkah Orang yang Tak Bersuara Sudah Pasti Tone Deaf? Psikolog Jelaskan Ini