KOMPAS.com - Tim dokter di China berhasil mentransplantasikan paru-paru babi yang dimodifikasi secara genetik ke tubuh manusia yang sudah dinyatakan mati otak.
Hasilnya, paru-paru tersebut dapat berfungsi selama sembilan hari.
Penelitian ini merupakan perkembangan terbaru dalam teknik xenotransplantasi, yaitu transplantasi organ antarspesies, yang diharapkan dapat mengatasi krisis kekurangan organ.
Menurut World Health Organization (WHO), kebutuhan transplantasi organ di seluruh dunia saat ini baru terpenuhi sekitar 10 persen.
Meski demikian, para ahli menekankan bahwa masih diperlukan waktu lama sebelum paru-paru babi benar-benar bisa digunakan pada pasien hidup.
Baca juga: Tempat Makan MBG Diduga Mengandung Minyak Babi, BGN: Masih Check
Ahli bedah transplantasi paru di NYU Langone Transplant Institute, Dr. Justin Chan, menyebut hasil tersebut sebagai penelitian yang menarik dan menjanjikan.
Namun, ia yang tak terlibat dalam penelitian ini mengingatkan bahwa laporan tersebut hanya berdasarkan satu pasien dan masih merupakan keberhasilan bersyarat.
“Paru-paru ini belum bisa secara mandiri menjaga kelangsungan hidup pasien,” kata dia, sebagaimana dilansir The Guardian, Senin (25/8/2025).
Hal serupa disampaikan oleh profesor kedokteran transplantasi pernapasan di Newcastle University, Andrew Fisher.
“Penelitian ini penting untuk pemahaman kita, tapi ini baru langkah kecil," kata dia..
Masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan, dan kita belum memasuki era transplantasi paru dari babi," tambahnya.
Menurut dia, xenotransplantasi kini menjadi bidang penelitian yang berkembang pesat.
Beberapa organ seperti jantung, ginjal, dan hati sudah pernah ditransplantasikan dari babi ke manusia.
Biasanya, babi tersebut dimodifikasi secara genetik dengan menghapus gen tertentu dan menambahkan gen manusia agar mengurangi risiko penolakan organ.
Uji coba umumnya dimulai pada pasien yang mati otak, sebelum dilakukan pada pasien hidup.