Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dr. Ir. Dimitri Mahayana, M. Eng, CISA, ATD
Dosen STEI ITB & Founder Lembaga Riset Telematika Sharing Vision Indonesia

Dimitri Mahayana adalah pakar teknologi informasi komunikasi/TIK dari Bandung. Lulusan Waseda University, Jepang dan ITB. Mengabdi sebagai Dosen di STEI ITB sejak puluhan tahun silam. Juga, meneliti dan berbagi visi dunia TIK kepada ribuan profesional TIK dari ratusan BUMN dan Swasta sejak hampir 20 tahun lalu.

Bisa dihubungi di dmahayana@stei.itb.ac.id atau info@sharingvision.com

Apakah Robotaxi Segera Menggantikan Manusia?

Kompas.com - 03/09/2025, 15:50 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Jika masing-masing mewakili satu keluarga, maka sekitar 8 juta keluarga berada di garis risiko kehilangan mata pencaharian, Dan jika memasukkan pekerja informal lainnya, angka ini bisa mendekati 10-12 juta keluarga.

Robotaxi mungkin dipandang sebagai masa depan transportasi menakjubkan. Namun, bagi Indonesia, potensi disrupsi ini tidak boleh dianggap enteng.

Hilangnya lapangan kerja sopir, konsentrasi pasar di tangan segelintir pemilik platform, hingga meningkatnya ketimpangan sosial adalah ancaman nyata jika adopsi robotaxi berlangsung tanpa mitigasi.

Baca juga: Welcome GPT-5: Penciptanya Malah Bertanya, Apa yang Sudah Kita Lakukan?

 

Pemerintah perlu bersiap sejak dini. Bila teknologi ini tiba tanpa perlindungan memadai, dampaknya bisa berupa pengangguran besar-besaran di sektor transportasi rakyat.

Agar inovasi membawa manfaat tanpa menghantam wong cilik, berikut langkah-langkah yang mungkin bisa diambil pemerintah dalam menghadapi teknologi serupa Robotaxi.

Pertama, hindari teknologi so-so automation dan fokus pada teknologi yang memberi nilai tambah nyata.

Secara mendasar, teknologi so-so automation sebaiknya dihindari karena lebih banyak menimbulkan mudarat dibanding manfaat nyata.

Alih-alih mendorong otomasi yang hanya menggantikan pekerjaan tanpa meningkatkan produktivitas sosial, fokus kebijakan sebaiknya diarahkan pada, pertama, pengembangan teknologi yang membuka peluang kerja baru, memperluas akses layanan, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Kedua, insentif fiskal untuk task-complementing automation, yaitu teknologi yang memperkuat peran manusia.

Misalnya, sistem navigasi cerdas yang membantu sopir menghindari kemacetan, atau dashboard keselamatan yang mendukung pengambilan keputusan.

Ketiga, prioritas pada inovasi yang inklusif dan adaptif, seperti kendaraan semi-otonom yang tetap melibatkan operator manusia, terutama di wilayah dengan infrastruktur terbatas atau kebutuhan sosial khusus.

Bila memang sudah tidak bisa dihindari, barangkali beberapa poin di bawah ini bisa menjadi langkah penting yang harus diadopsi oleh pemerintah:

  1. Moratorium terbatas dan sandbox uji coba (per kota).
  2. Batasi izin operasi kendaraan otonom hanya pada kota-kota tertentu dalam jangka waktu uji coba. Dengan cara ini, dampak sosial dan teknis bisa dipantau ketat sebelum penerapan lebih luas. Model seperti ini sudah dipraktikkan di Texas.
  3. Levy otomasi atau pajak armada otonom.
  4. Terapkan pungutan khusus kepada perusahaan yang mengoperasikan kendaraan tanpa sopir. Dana ini bisa disalurkan untuk kompensasi pekerja terdampak, program pelatihan ulang (reskilling), serta bantuan sosial bagi masyarakat yang kehilangan mata pencaharian.
  5. Syarat human-in-the-loop dan standar asuransi ketat. Walaupun kendaraan sudah otomatis, tetap harus ada manusia yang bisa mengambil alih dalam kondisi darurat. Selain itu, perusahaan wajib menyediakan asuransi yang melindungi penumpang, pengguna jalan lain, serta pihak ketiga.
  6. Aturan interoperabilitas data dan peta. Pemerintah perlu memastikan data jalan, lalu lintas, dan peta digital dapat diakses lintas platform. Tujuannya untuk mencegah monopoli satu perusahaan teknologi atas infrastruktur digital perkotaan.
  7. Program reskilling cepat 3–6 bulan. Sediakan pelatihan singkat agar pekerja yang kehilangan pekerjaan (misalnya, sopir angkot atau taksi) bisa segera beralih profesi. Lulusan program ini bisa bekerja sebagai teknisi armada, operator jarak jauh, atau pengawas sistem keselamatan.
  8. Partisipasi kepemilikan pekerja. Pertimbangkan skema di mana sopir lama bisa memiliki saham di perusahaan robotaxi, atau koperasi robotaxi yang dikelola bersama.
  9. Perluasan jaminan sosial sektoral. Rancang skema perlindungan khusus, misalnya Jaminan Kehilangan Pekerjaan, agar para pengemudi yang terdampak tidak kehilangan sumber penghidupan secara mendadak.
  10. Audit manfaat sosial publik. Lakukan evaluasi rutin untuk menghitung dampak kendaraan otonom terhadap keselamatan (angka kecelakaan), lingkungan (emisi), lalu lintas (kemacetan), dan keadilan akses transportasi publik. Dengan begitu, masyarakat bisa melihat secara transparan apakah teknologi benar-benar memberi manfaat.

Singkatnya, Robotaxi kerap dipandang menjadi simbol masa depan transportasi. Lonjakan kekayaan Elon Musk pada Agustus 2025, lebih banyak mencerminkan sentimen pasar ketimbang bukti bahwa teknologi ini sudah mendatangkan uang nyata.

Namun demikian, sungguh sentimen para investor tentang teknologi tersebut demikian dahsyat.

Baca juga: Otak Global Sibernetika Vs Bullshitter Par Excellence

 

Hal ini mengindikasikan potensi berkembangnya teknologi tersebut yang sangat besar dalam mengubah lanskap industri transportasi global, meski realitas komersialnya masih jauh dari ekspektasi pasar.

Halaman:


Terkini Lainnya
[POPULER TREN] Isu PHK Karyawan PT Gudang Garam | Tarif Listrik Pascabayar 8-14 September
[POPULER TREN] Isu PHK Karyawan PT Gudang Garam | Tarif Listrik Pascabayar 8-14 September
Tren
Ada Fenomena Epsilon Perseid pada 9 September 2025, Apa Itu?
Ada Fenomena Epsilon Perseid pada 9 September 2025, Apa Itu?
Tren
Reshuffle Kabinet Prabowo, Siapa Menteri yang Diganti dan Belum Ada Pengganti?
Reshuffle Kabinet Prabowo, Siapa Menteri yang Diganti dan Belum Ada Pengganti?
Tren
Lansia 72 Tahun Kritis Usai Diserang Beruang di AS, Kasus Pertama Sejak 1850
Lansia 72 Tahun Kritis Usai Diserang Beruang di AS, Kasus Pertama Sejak 1850
Tren
Arkeolog Temukan Setumpuk Koin Emas Dalam Pot, Diduga Milik Tentara Bayaran
Arkeolog Temukan Setumpuk Koin Emas Dalam Pot, Diduga Milik Tentara Bayaran
Tren
Studi Ungkap Duduk Lebih Dari 5 Menit di Toilet Tingkatkan Risiko Wasir
Studi Ungkap Duduk Lebih Dari 5 Menit di Toilet Tingkatkan Risiko Wasir
Tren
Daftar Harta Mukhtarudin, Menteri P2MI Baru Hasil Reshuffle Hari Ini
Daftar Harta Mukhtarudin, Menteri P2MI Baru Hasil Reshuffle Hari Ini
Tren
Kronologi Kreator Konten di Bogor Diteror Kepala Babi, Kerap Unggah Video Edukasi soal Aksi Demonstrasi
Kronologi Kreator Konten di Bogor Diteror Kepala Babi, Kerap Unggah Video Edukasi soal Aksi Demonstrasi
Tren
Daftar Kekayaan Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Baru yang Gantikan Sri Mulyani
Daftar Kekayaan Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Baru yang Gantikan Sri Mulyani
Tren
Head to Head Indonesia U23 Vs Korea Selatan U23 Jelang Kualifikasi Piala Asia U23 2026
Head to Head Indonesia U23 Vs Korea Selatan U23 Jelang Kualifikasi Piala Asia U23 2026
Tren
Tanda-tanda Seseorang Perlu Segera Pergi ke Psikolog
Tanda-tanda Seseorang Perlu Segera Pergi ke Psikolog
Tren
Ekonom Jelaskan Alasan IHSG Anjlok karena Reshuffle Kabinet, Terkait Sri Mulyani?
Ekonom Jelaskan Alasan IHSG Anjlok karena Reshuffle Kabinet, Terkait Sri Mulyani?
Tren
Kena Reshuffle Kabinet Hari Ini, Berikut Karier Budi Arie Setiadi
Kena Reshuffle Kabinet Hari Ini, Berikut Karier Budi Arie Setiadi
Tren
Alasan Menpora Pengganti Dito Ariotedjo Belum Dilantik pada Reshuffle Hari Ini
Alasan Menpora Pengganti Dito Ariotedjo Belum Dilantik pada Reshuffle Hari Ini
Tren
Profil Ferry Juliantono, Menteri Koperasi Baru Pengganti Budi Arie
Profil Ferry Juliantono, Menteri Koperasi Baru Pengganti Budi Arie
Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau