KOMPAS.com - Presiden AS Donald Trump menyampaikan pidatonya di parlemen Israel pada Senin (13/10/2025).
Sebagaimana diberitakan France24, Senin (13/10/2025), pidato itu disampaikan bersamaan dengan kembalinya para sandera terakhir dari Gaza dan pembebasan tahanan Palestina berdasarkan gencatan senjata yang ditengahi AS.
Ia juga menegaskan, penderitaan panjang tak hanya dialami oleh Israel, tetapi juga oleh warga Palestina.
Kunjungannya yang singkat ke Israel dilakukan menjelang KTT Perdamaian Gaza di Sharm El-Sheikh, Mesir, dengan pesan bahwa kesepakatan gencatan senjata ini diharapkan menjadi langkah menuju perdamaian yang lebih luas dan berkelanjutan di kawasan Timur Tengah.
Namun, pernyataannya banyak menuai kritik karena tak sedikitpun menyinggung persoalan hak-hak rakyat Palestina.
Dilansir dari Aljazeera, Senin (13/10/2025), berikut lima poin penting dari pernyataan Donald Trump mengenai Gaza dan masa depan kawasan Timur Tengah.
Baca juga: Jurnalis Palestina Saleh Aljafarawi Tewas Ditembak Saat Meliput di Gaza
Trump kembali menggaungkan gagasan “Timur Tengah Baru” yang damai, stabil, dan bersahabat dengan AS serta Israel.
Dalam pidatonya, ia menyebut gencatan senjata Gaza sebagai awal era harapan dan kerukunan abadi bagi kawasan.
"Ini adalah awal dari kerukunan agung dan harmoni abadi bagi Israel dan semua bangsa di wilayah yang akan segera menjadi wilayah yang sungguh megah. Saya sangat yakin akan hal itu. Inilah fajar bersejarah Timur Tengah yang baru," ujarnya.
Namun, banyak pihak skeptis. Aktivis hak asasi menilai perdamaian sejati tak mungkin tercapai selama pendudukan dan serangan Israel terhadap Palestina, Lebanon, dan Suriah masih berlanjut.
Meskipun gencatan senjata disambut positif dunia, dampaknya terhadap stabilitas kawasan masih dipertanyakan.
Baca juga: Ramai soal Baliho Prabowo di Tel Aviv, Pengamat: Cara Israel Memecah Belah Pendukung Palestina
Donald Trump memuji Benjamin Netanyahu sebagai pemimpin masa perang hebat dan secara terbuka meminta Presiden Israel Isaac Herzog memberi pengampunan atas tuduhan korupsi yang menjeratnya.
Dengan nada santai, Trump menyepelekan kasus suap berupa cerutu dan sampanye yang menimpa sekutunya itu.
“Kenapa tidak beri dia pengampunan saja? Cerutu dan sampanye, siapa yang peduli?,” ujar Trump sambil menertawakan kasus hukum yang menjerat sekutunya itu.
Ia juga mengungkap kedekatan mereka, menceritakan bagaimana Netanyahu sering meminta pasokan senjata dari AS.