Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Puing Roket Masih Membara Ditemukan di Pedalaman Australia, Diduga Milik China

Kompas.com - 24/10/2025, 18:00 WIB
Fatimah Az Zahra,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebongkah material hitam besar yang masih berasap ditemukan di pedalaman Australia, yang diduga adalah bagian dari roket rahasia milik China.

Para ahli mengatakan, puing-puing hangus tersebut kemungkinan jatuh ke Bumi setelah gagal terbakar sepenuhnya saat memasuki atmosfer.

Puing-puing tersebut ditemukan oleh penambang lokal pada Sabtu (18/10/2025) pukul 14.00 waktu setempat dengan ukuran sekitar 1,5 meter dan berada 30 kilometer dari kota Newman, wilayah Pilbara, Australia Barat.

Polisi datang ke lokasi dan memastikan benda tersebut bukanlah bagian dari pesawat yang jatuh. Polisi menduga benda tersebut adalah puing luar angkasa.

Badan Antariksa Australia kemudian mengambil dan menelitinya di laboratorium. Saat pertama kali diperiksa, mereka belum dapat memastikan asal serta pemilik puing tersebut.

Baca juga: Penampakan Sampah Antariksa yang Diduga Roket China Jielong 3

Asal-usul puing roket misterius

Analis teknik dirgantara dari Universitas Teknik Delft, Belanda, Marco Langbroek menjadi orang pertama yang mengidentifikasi kemungkinan asal puing tersebut.

Sebagaimana dilaporkan Space.com, menurutnya benda itu berasal dari tahap atas salah satu roket Jielong 3 milik China yang keluar dari orbit tak lama sebelum penemuan puing dilaporkan.

Teori itu didukung oleh Jonathan McDowell, astronom dari Pusat Astrofisika Harvard & Smithsonian yang telah melacak puing antariksa selama lebih dari 35 tahun.

Hingga kini, belum diketahui kapan roket tersebut pertama kali diluncurkan ke luar angkasa.

Badan Antariksa Australia awalnya belum yakin mengenai asal puing itu, namun para ahli mengonfirmasi puing tersebut adalah bagian dari tahap atas roket Jielong 3.

Karena tingkat kerusakan yang parah dan minimnya informasi publik mengenai desain wahana luar angkasa China, para ahli belum memastikan bagian mana dari roket setinggi 31 meter yang jatuh tersebut

Baca juga: Roket Starship SpaceX Meledak, Puing-puing yang Terbakar Menghujani Langit di Laut Karibia

Namun, menurut pakar, puing tersebut sebagian besar tampak terbuat dari serat karbon.

Dua kemungkinan kuat lainnya adalah benda tersebut merupakan wadah tekanan berlapis komposit (COPV) yang digunakan untuk menyimpan gas atau cairan bertekanan tinggi di dalam roket, atau sisa bagian dari tahap atas roket yang hancur.

Langbroek memperkirakan potongan roket yang selamat dari masuk kembali ke atmosfer itu memiliki berat sekitar 300 kilogram.

Hal ini menjadi bukti tambahan bahwa roket tersebut menggunakan bahan bakar padat eksperimental yang umumnya lebih berat dari bahan bakar cair konvensional.

Halaman:


Terkini Lainnya
Puasa Ayyamul Bidh November 2025 Mulai Besok, Ini Jadwal Lengkap dengan Niat dan Keutamaannya
Puasa Ayyamul Bidh November 2025 Mulai Besok, Ini Jadwal Lengkap dengan Niat dan Keutamaannya
Tren
Daftar 25 Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2026, Ada 5 Long Weekend
Daftar 25 Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2026, Ada 5 Long Weekend
Tren
Anak Kembar Identik Tenyata Tak Punya IQ Sama, Ini Penjelasan Studi
Anak Kembar Identik Tenyata Tak Punya IQ Sama, Ini Penjelasan Studi
Tren
7 Fakta di Balik Vidi Aldiano Hiatus, Rehat Perdana sejak 2014 dan Siapkan Album Baru
7 Fakta di Balik Vidi Aldiano Hiatus, Rehat Perdana sejak 2014 dan Siapkan Album Baru
Tren
Dark Jokes Ternyata Cermin Kecerdasan dan Ketenangan Emosi, Ini Penjelasan Ilmuwan
Dark Jokes Ternyata Cermin Kecerdasan dan Ketenangan Emosi, Ini Penjelasan Ilmuwan
Tren
PB XIII Mangkat: Ini Rute Kirab, Aturan bagi Pelayat, dan Makna Pemakaman di Imogiri
PB XIII Mangkat: Ini Rute Kirab, Aturan bagi Pelayat, dan Makna Pemakaman di Imogiri
Tren
10 Negara Paling Menyatu dengan Alam, Ada Indonesia?
10 Negara Paling Menyatu dengan Alam, Ada Indonesia?
Tren
Ramai soal Peserta TKA Bisa Live TikTok Saat Ujian, Ini Penjelasan Kemendikdasmen
Ramai soal Peserta TKA Bisa Live TikTok Saat Ujian, Ini Penjelasan Kemendikdasmen
Tren
Beli Tiket Kereta Lokal tapi Tak Dapat Kursi, Bolehkah Duduk di 1A/B dan 24A/B?
Beli Tiket Kereta Lokal tapi Tak Dapat Kursi, Bolehkah Duduk di 1A/B dan 24A/B?
Tren
10 Karakter Seseorang yang Tersirat dari Caranya Memesan Kopi
10 Karakter Seseorang yang Tersirat dari Caranya Memesan Kopi
Tren
Kisah Bayi '7-Eleven' yang Lahir pada 7/11 Pukul 7.11 Malam, Berat 7 Pon 11 Ons, dan Dapat Dana Kuliah 7.111 Dollar AS
Kisah Bayi "7-Eleven" yang Lahir pada 7/11 Pukul 7.11 Malam, Berat 7 Pon 11 Ons, dan Dapat Dana Kuliah 7.111 Dollar AS
Tren
Setelah Gelar Pangeran Dicabut, Raja Charles III Kini Berupaya Hapus Gelar Militer Terakhir Andrew
Setelah Gelar Pangeran Dicabut, Raja Charles III Kini Berupaya Hapus Gelar Militer Terakhir Andrew
Tren
Ilmuwan Temukan Medan Magnet Bumi Pernah Kacau 500 Juta Tahun Lalu, Apa yang Terjadi?
Ilmuwan Temukan Medan Magnet Bumi Pernah Kacau 500 Juta Tahun Lalu, Apa yang Terjadi?
Tren
Ada Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach, Ini Alasan 5 Anggota DPR Nonaktif Dilaporkan ke MKD
Ada Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach, Ini Alasan 5 Anggota DPR Nonaktif Dilaporkan ke MKD
Tren
Cara Menyaksikan Fenomena Supermoon Emas 5 November 2025
Cara Menyaksikan Fenomena Supermoon Emas 5 November 2025
Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau