Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sarana Konservasi Penyu di Kulon Progo Hancur Diterjang Gelombang Tinggi

Kompas.com - 22/10/2024, 17:36 WIB
Dani Julius Zebua,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

KULON PROGO, KOMPAS.com – Sarana konservasi satwa penyu di kawasan Pantai Trisik, Kalurahan Banaran, Kapanewon Galur, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengalami kerusakan hebat akibat gelombang tinggi air laut.

Kolam-kolam beton untuk penampungan sementara penyu dan tukik, lokasi penetasan telur, serta pusat informasi konservasi rusak.

Baca juga: 10 Lapak di Dekat Stadion Wibawa Mukti Bekasi Rusak Usai Diterpa Angin Puting Beliung

“Kerusakan terparah adalah tempat konservasi penyu ini,” ungkap Dwi Setyawan Putra, pegiat konservasi penyu, pada Selasa (22/10/2024).

Gelombang tinggi tersebut telah terjadi selama sepuluh hari terakhir.

Saat air laut pasang, gelombang mencapai bangunan warga, menggerus pasir sepanjang hampir satu kilometer dari muara Sungai Progo hingga tempat pendaratan ikan (TPI).

Akibatnya, bibir pantai mengalami abrasi yang parah.

Ombak yang menghantam pantai menyebabkan sejumlah bangunan semi permanen rusak dan ditinggalkan.

Selain itu, belasan pohon cemara udang berumur sekitar sepuluh tahun ditemukan ambruk.

Kerusakan paling signifikan terjadi di lokasi konservasi penyu yang dikelola oleh komunitas Konservasi Penyu Abadi.

Bangunan berukuran sekitar enam meter persegi tersebut remuk dan menjorok ke laut, diperparah oleh robohnya pohon cemara yang menimpa atap bangunan.

Meskipun mengalami kerusakan, komunitas Penyu Abadi masih aktif menyelamatkan sarang penyu.

Hingga tahun 2024, mereka berhasil menyelamatkan sekitar 50 sarang penyu, yang hampir semuanya sudah menetas dan dilepaskan kembali ke laut.

Abrasi Pantai Terus Berlanjut

Abrasi di kawasan tersebut bukanlah fenomena baru.

Seorang relawan penjaga pantai di bawah naungan Satlinmas Rescue Istimewa (SRI) Wilayah V Kulon Progo, Ngadiran, menjelaskan bahwa abrasi telah terjadi secara masif sejak 2019.

"Bibir pantai berada sekitar 50 meter ke arah laut pada lima tahun lalu. Dulu ada sabuk hijau pohon cemara udang dan bangunan semi permanen. Sekarang, semuanya hilang tidak berbekas," kata Ngadiran.

Baca juga: Ubur-ubur Muncul di Pantai Teluk Penyu, Pengelola: Anak-anak Banyak Jadi Korban

Kepala Resort KSDA Kulon Progo, Purwanto, juga meninjau lokasi kerusakan dan menekankan pentingnya penanganan penyu.

“Tukik yang sudah menetas akan segera dilepasliarkan. Musim bertelur ini akan dihabiskan sampai akhir pekan agar dirilis,” tuturnya.

Situasi ini menunjukkan perlunya perhatian lebih terhadap pelestarian lingkungan dan upaya konservasi di kawasan pesisir Kulon Progo.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Terkini Lainnya
Yogyakarta Siapkan Kepwal Status Siaga Darurat Bencana Hadapi Puncak Musim Hujan
Yogyakarta Siapkan Kepwal Status Siaga Darurat Bencana Hadapi Puncak Musim Hujan
Yogyakarta
Warga Yogyakarta Temukan Mortir Diduga Peninggalan Perang Dunia II di Jetisharjo
Warga Yogyakarta Temukan Mortir Diduga Peninggalan Perang Dunia II di Jetisharjo
Yogyakarta
Kulon Progo Kembangkan Akses Utara Stasiun Wates, Bakal Terhubung dengan Alun-alun
Kulon Progo Kembangkan Akses Utara Stasiun Wates, Bakal Terhubung dengan Alun-alun
Yogyakarta
Pemda DIY Bakal Sewakan Rumah Dinas dan Lahan Kosong untuk Tambah PAD, Ini Beberapa Lokasinya
Pemda DIY Bakal Sewakan Rumah Dinas dan Lahan Kosong untuk Tambah PAD, Ini Beberapa Lokasinya
Yogyakarta
Jenazah Raja Keraton Solo PB XIII Bakal Diangkat Lewati 400 Anak Tangga di Makam Imogiri, Prosesi Wajib
Jenazah Raja Keraton Solo PB XIII Bakal Diangkat Lewati 400 Anak Tangga di Makam Imogiri, Prosesi Wajib
Yogyakarta
DIY Sedang Verifikasi Data 7.000 Penerima Bansos Terindikasi Judol, Terbukti Langsung Coret
DIY Sedang Verifikasi Data 7.000 Penerima Bansos Terindikasi Judol, Terbukti Langsung Coret
Yogyakarta
Keraton Yogyakarta Tak Bunyikan Gamelan 4 Hari, Bentuk Duka Wafatnya PB XIII
Keraton Yogyakarta Tak Bunyikan Gamelan 4 Hari, Bentuk Duka Wafatnya PB XIII
Yogyakarta
Gunung Merapi Terpantau Keluarkan Awan Panas hingga 2.500 Meter, Status Tetap Siaga
Gunung Merapi Terpantau Keluarkan Awan Panas hingga 2.500 Meter, Status Tetap Siaga
Yogyakarta
Persiapan Pemakaman PB XIII Hangabehi di Imogiri, Jenazah Raja Surakarta Dimakamkan Rabu
Persiapan Pemakaman PB XIII Hangabehi di Imogiri, Jenazah Raja Surakarta Dimakamkan Rabu
Yogyakarta
Kecelakaan Maut di Demak: 4 Orang Tewas dalam Adu Banteng Motor
Kecelakaan Maut di Demak: 4 Orang Tewas dalam Adu Banteng Motor
Yogyakarta
Hujan Deras dan Angin Kencang, Pohon hingga Tenda Drag Race di Gunungkidul Roboh
Hujan Deras dan Angin Kencang, Pohon hingga Tenda Drag Race di Gunungkidul Roboh
Yogyakarta
320 Hektare Kawasan Merapi Rusak akibat Tambang Ilegal, Kepala TNGM: Sudah Kami Larang, tapi Tak Mampu
320 Hektare Kawasan Merapi Rusak akibat Tambang Ilegal, Kepala TNGM: Sudah Kami Larang, tapi Tak Mampu
Yogyakarta
Bareskrim Usut 36 Titik Tambang Pasir Ilegal di Magelang, Omzet Tembus Rp 3 Triliun
Bareskrim Usut 36 Titik Tambang Pasir Ilegal di Magelang, Omzet Tembus Rp 3 Triliun
Yogyakarta
Jelang Natal dan Tahun Baru, KAI Daop 6 Yogyakarta Ganti Rel Sepanjang 7 Kilometer
Jelang Natal dan Tahun Baru, KAI Daop 6 Yogyakarta Ganti Rel Sepanjang 7 Kilometer
Yogyakarta
Dari Kridosono ke Malioboro, Kayuhan Warga Yogyakarta Rayakan Jumat Akhir Bulan di Tengah Hujan
Dari Kridosono ke Malioboro, Kayuhan Warga Yogyakarta Rayakan Jumat Akhir Bulan di Tengah Hujan
Yogyakarta
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau