KOMPAS.com - Anak-anak di Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, sangat antusias saat melihat mobil berisi ribuan buku tersusun rapi di rak mini mendatangi sekolah mereka.
Mobil ini merupakan mobil milik Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Kulon Progo.
Nurul Fahmayanti, pustakawan dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Kulon Progo, mengatakan, antusiasme anak-anak menyambut kehadiran mobil perpustakaan menjadi sumber semangat di tengah rutinitas yang berat dan perjalanan yang menantang.
“Kami pernah datang, anak-anak langsung lari-lari menghampiri. Mereka bawa buku pinjaman minggu lalu, lalu tanya dengan semangat, ‘Bu, ada buku baru nggak?” cerita Nurul dengan mata berbinar saat ditemui di kantornya, Kamis (11/9/2025).
Di kota, perpustakaan mungkin salah satu dari sekian banyak fasilitas pendidikan yang bisa diakses kapan saja.
Tapi di desa-desa pegunungan Kulon Progo, perpustakaan keliling adalah hiburan langka dan sumber pengetahuan utama.
Namun, perpustakaan keliling bukan sekadar layanan tambahan. Ia adalah sumber hiburan dan pengetahuan utama.
Masih ada sekolah yang tidak memiliki perpustakaan layak.
Ruang perpustakaan di beberapa sekolah bahkan lebih mirip gudang: penuh debu, rak usang, buku lama, atau menjadi tempat menyimpan alat olahraga.
Dalam kondisi itu, kedatangan mobil atau motor pustaka menjadi oase.
Armada itu membawa buku bergambar, cerita rakyat, dongeng fabel, dan ensiklopedia anak yang selalu menjadi incaran.
Mobil Perpustakaan Keliling dari Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Antusias pelajar menguar begitu mobil pustaka ini datang.“Kalau bukunya menarik, meskipun isinya pengetahuan, tetap laris. Anak-anak suka yang bentuknya cerita, apalagi fabel,” kata Nurul.
Nyala asa membaca itulah yang mesti dijaga biar tidak padam.
Sayangnya, minat baca itu bisa menurun jika koleksi buku tidak diperbarui.
“Seperti makan, kalau menunya itu-itu saja, pasti bosan. Sama seperti buku,” kata Nurul.
Kulon Progo bukanlah wilayah yang sepenuhnya datar.
Banyak SD dan SMP berada di dataran tinggi, di kawasan seperti Samigaluh, Kokap, Girimulyo, dan Nanggulan, daerah rawan longsor dan tanjakan ekstrem.
Indriyati Rini Hastuti, pustakawan senior sejak 2006, masih mengingat momen-momen mendebarkan saat bertugas.