Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bisa Sebabkan Kanker Serviks, Ketahui Gejala hingga Risiko Infeksi HPV

Kompas.com - 29/08/2025, 08:05 WIB
Rafa Aulia Febriani ,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - HPV atau Human Papillomavirus masih menjadi ancaman kesehatan serius bagi laki-laki maupun perempuan.

Virus ini dapat menimbulkan berbagai penyakit, mulai dari kutil kelamin hingga kanker serviks atau kanker leher rahim yang angka kejadiannya masih tinggi di Indonesia. 

“HPV itu adalah virus yang dapat menular melalui aktivitas seksual, baik lewat vagina, anal, maupun mulut. Bahkan penularan juga bisa terjadi secara non-seksual, misalnya dari ibu ke bayi saat persalinan, atau melalui alat medis yang tidak steril.”

Baca juga: Vaksin HPV Nonavalent, Perlindungan Terbaru Cegah Kanker Serviks Menurut Dokter

 

Hal itu dikatakan dokter spesialis penyakit dalam, dr. Anshari Saifuddin Hasibuan, Sp.PD, K-AI, di acara konferensi pers Update Jadwal Kalender Imunisasi Dewasa – Revaksinasi HPV di Menteng, Rabu (27/8/2025).

Oleh sebab itu, penting bagi masyarakat untuk memahami gejala, risiko, hingga dampak infeksi HPV. Simak penjelasan lengkapnya berikut ini.

Gejala infeksi HPV

Dokter spesialis penyakit dalam, dr. Anshari Saifuddin Hasibuan, dalam konferensi pers Update Jadwal Kalender Imunisasi Dewasa – Revaksinasi HPV di Menteng, Jakarta, Rabu (27/8/2025). KOMPAS.com/RAFA AULIA FEBRIANI Dokter spesialis penyakit dalam, dr. Anshari Saifuddin Hasibuan, dalam konferensi pers Update Jadwal Kalender Imunisasi Dewasa – Revaksinasi HPV di Menteng, Jakarta, Rabu (27/8/2025).

Sebagian besar orang yang terinfeksi HPV tidak merasakan gejala apa pun. Pada banyak kasus, virus bisa hilang sendiri dalam 1–2 tahun berkat sistem imun tubuh. Namun, ada juga yang menetap dan menimbulkan masalah kesehatan.

Gejala yang bisa muncul di antaranya, kutil kelamin berupa benjolan kecil di area genital, yang bisa terasa mengganggu dan mudah kambuh meski sudah diobati.

Meski begitu, dr. Anshari memaparkan, pengobatan kutil kelamin bisa dengan beberapa metode, seperti obat topikal (pemberian krim atau cairan), pembedahan, dan pembekuan (krioterapi). 

Lalu, lesi pra-kanker pada leher rahim, yaitu perubahan sel abnormal yang berpotensi berkembang menjadi kanker.

Selain itu, pada kasus yang lebih serius, gejala kanker serviks bisa berupa perdarahan di luar siklus menstruasi, nyeri panggul, atau nyeri saat berhubungan seksual.

Baca juga: Apakah Vaksin HPV Aman untuk Ibu Hamil? Ini Penjelasan Dokter

Siapa saja yang berisiko terinfeksi HPV?

HPV memiliki lebih dari 200 tipe, dengan kategori risiko tinggi dan rendah.

Tipe risiko tinggi (high risk) seperti HPV 16, 18, 52, dan 58 bisa memicu kanker serviks, kanker vagina, kanker vulva, maupun kanker anus.

Tipe risiko rendah (low risk) seperti HPV 6 dan 11 biasanya menimbulkan kutil kelamin.

Menurut dr. Anshari, laki-laki maupun perempuan sama-sama berisiko.

“Jangan anggap HPV hanya urusan perempuan. Laki-laki juga bisa terkena kanker anus dan kutil kelamin. Bahkan 8 dari 10 orang, jika diperiksa di laboratorium, sebenarnya semua orang pernah terinfeksi HPV. Hanya saja sistem imun yang baik membuat sebagian orang tidak mengalami gejala,” ujarnya.

Di Indonesia, tipe HPV risiko tinggi justru paling banyak ditemukan. Kondisi ini ikut berkontribusi pada tingginya angka kanker serviks di tanah air.

Baca juga: Benarkah Vaksin HPV Bikin Mandul? Ini Penjelasan Dokter

Dampak infeksi HPV

Dr. Anshari mengingatkan, dampak HPV bisa sangat serius bagi kesehatan maupun kualitas hidup.

Kanker serviks menjadi dampak paling berbahaya, yang berkembang perlahan selama 10–20 tahun dari infeksi awal hingga menjadi kanker.

Kanker anogenital seperti kanker vagina, vulva, dan anus juga terkait erat dengan infeksi HPV.

Kutil kelamin meski tidak mematikan, sangat mengganggu, menular, dan sulit disembuhkan karena sering kambuh.

“Masalahnya, begitu muncul kutil atau kanker, pengobatan tidak mudah. Biaya untuk kemoterapi kanker juga sangat besar dan menjadi salah satu beban terbesar BPJS. Karena itu pencegahan jauh lebih baik,” tegas dr. Anshari.

Baca juga: Penting, Vaksin HPV pada Anak Perempuan Cegah Kanker Serviks

Pentingnya vaksinasi dan revaksinasi HPV

Ilustrasi vaksin HPV.Unsplash Ilustrasi vaksin HPV.

Pencegahan utama infeksi HPV dilakukan melalui vaksinasi HPV. Vaksin generasi terbaru, yaitu nonavalent, kini tersedia dan mampu melindungi dari sembilan tipe HPV, termasuk HPV 52 dan 58 yang paling sering ditemukan di Indonesia.

“Seiring berkembangnya bukti ilmiah, penting bagi masyarakat memastikan perlindungan yang dimiliki sudah mencakup tipe HPV berisiko tinggi. Tipe 52 dan 58 yang sering ditemukan di Indonesia tidak tercakup dalam vaksin lama, sehingga revaksinasi HPV dengan vaksin generasi terbaru menjadi sangat penting,” ujar dr. Anshari.

Revaksinasi juga dianjurkan untuk kelompok dengan sistem imun lemah atau imunokompromi, karena daya tahan tubuh mereka tidak sekuat orang sehat.

Lakukan skrining untuk deteksi dini

Selain vaksinasi, pencegahan sekunder dilakukan melalui Pap smear atau HPV-DNA test pada perempuan.

Baca juga: Keunggulan Tes HPV DNA untuk Deteksi Kanker Serviks

Skrining dini ini membantu menemukan adanya infeksi sebelum berkembang menjadi kanker. Semakin cepat diketahui, semakin besar peluang pengobatan berhasil.

Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) mendorong masyarakat agar proaktif melakukan vaksinasi maupun revaksinasi. 

“Revaksinasi HPV dengan vaksinasi generasi terbaru merupakan langkah penting dalam mencegah kanker serviks dan penyakit lain akibat HPV. Tenaga kesehatan diharapkan aktif mengedukasi pasien mengenai hal ini,” jelas Ketua Umum PP PAPDI, Dr. dr. Eka Ginanjar, SpPD, K-KV, FINASIM, FACP, FICA, MARS, dalam kesempatan yang sama. 

Baca juga: Pria Bisa Terinfeksi HPV, Pemicu Penyakit Kelamin, Kutil, dan Kanker

Dengan kesaran melakukan vaksinasi dan pemeriksaan rutin, diharapkan mampu menekan angka kematian akibat kanker serviks dan penyakit terkait HPV di Indonesia.

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau