Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dikdik Sadikin
Akuntan

Dikdik Sadikin adalah seorang auditor berpengalaman yang saat ini bertugas di Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), berperan sebagai quality assurer dalam pengawasan kualitas dan aksesibilitas pendidikan di Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Memiliki minat mendalam terhadap kebijakan publik, Dikdik fokus pada isu-isu transparansi, integritas, serta reformasi pendidikan dan tata kelola pemerintahan. Dikdik telah menulis sejak masa SMP (1977), dengan karya pertama yang dimuat di majalah Kawanku. Beberapa cerpen fiksi dan opini karyanya telah dipublikasikan di media massa, termasuk di tabloid Kontan dan Kompas. Dua artikel yang mencolok antara lain "Soekarno, Mahathir dan Megawati" (3 November 2003) serta "Jumlah Kursi Menteri dan Politik Imbalan" (9 Oktober 2024). Ia juga pernah menjabat sebagai pemimpin redaksi dan pemimpin umum majalah Warta Pengawasan selama periode 1999 hingga 2002, serta merupakan anggota Satupena DKI. Latar belakang pendidikan suami dari Leika Mutiara Jamilah ini adalah Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (lulus 1994) dan Magister Administrasi Publik dari Universitas Gadjah Mada (lulus 2006).

Pengangguran di Balik Statistik Istana

Kompas.com - 04/06/2025, 06:00 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

DI RUANG Kantor PCO Jakarta Pusat, Selasa(3/6/2025), Kepala Komunikasi Kepresidenan Hasan Nasbi berbicara dengan nada yakin soal penurunan angka pengangguran.

“Menurut data dari BPS terbaru, angka pengangguran terbuka justru turun. Bulan ini, angka pengangguran terbuka turun dari 4,82 persen ke 4,76 persen,” ucapnya. (Kompas.com, 3 Juni 2025).

Sebuah pengumuman yang, sekilas, seolah membawa kabar baik: pengangguran turun, pekerjaan bertambah, ekonomi menggeliat.

Namun, angka-angka selalu punya cerita tersembunyi. Di balik persentase yang mengecil itu, terselip ironi yang tak disebutkan: jumlah pengangguran justru bertambah 83.000 orang, naik menjadi 7,28 juta jiwa (BPS, Februari 2025).

Ini bukan paradoks matematis, tapi gejala struktural: angkatan kerja kita bertambah 3,67 juta orang, tapi hanya 3,59 juta yang terserap. Sisanya, 83.000 itu, mengapung di antara statistik.

Baca juga: Optimisme dari Luka: Paradoks Harapan dan Kecemasan Rakyat Indonesia

 

Tak terhitung dalam narasi keberhasilan, tetapi nyata dalam antrean panjang bursa kerja, dalam cemas para orang tua yang menunggu kabar panggilan dari pabrik-pabrik yang mengecil.

Statistik pengangguran, seperti bayangan di dinding, kadang menipu mata. Indonesia boleh saja mengklaim TPT di 4,76 persen, tetapi di mata Dana Moneter Internasional (IMF), Indonesia duduk di peringkat kedua tertinggi di Asia dengan 5,2 persen per April 2024: hanya kalah dari Mongolia, dan jauh lebih buruk dibanding Thailand (1,1 persen), Vietnam (2,1 persen), Malaysia (3,5 persen), atau Singapura (1,9 persen) (IMF World Economic Outlook, 2024).

Hasan Nasbi menenangkan: “Kita optimistis. Lapangan kerja bertambah, stimulus telah diberikan, daya beli meningkat”.

Namun, di mana letak optimisme jika buruh-buruh tekstil di Majalengka dan Subang dirumahkan karena pabrik mengejar efisiensi?

Jika di kawasan industri Cikarang, ribuan pekerja kontrak tak diperpanjang karena pasar ekspor lesu?

Jika generasi muda kita, lulusan SMA dan perguruan tinggi, masuk dalam kategori overqualified, underemployed, sekadar menjadi barista atau kurir online demi sekeping penghasilan yang tak cukup membayar sewa kos di pinggiran Jakarta?

Di negara lain, respons terhadap pengangguran tidak hanya berhenti pada angka.

Jerman, misalnya, menghadapi disrupsi industri dengan memperkuat apprenticeship system, menghubungkan sekolah dan pabrik, menciptakan tenaga kerja yang relevan dengan kebutuhan pasar.

Baca juga: Awal Tenggelamnya Reformasi Birokrasi: Rusaknya Sistem Merit

Singapura, negeri kecil yang rapuh pada guncangan global, menggelontorkan program SkillsFuture, subsidi pelatihan ulang bagi semua warga. Karena mereka paham: masa depan bukan milik mereka yang bertahan, tetapi mereka yang belajar ulang.

Di Indonesia, kita masih sibuk merayakan penurunan 0,06 persen tanpa menggali pertanyaan yang lebih penting: mengapa investasi yang masuk lebih banyak menciptakan pekerjaan informal?

Halaman:


Terkini Lainnya
InJourney Hospitality Group Salurkan Hewan Kurban Idul Adha
InJourney Hospitality Group Salurkan Hewan Kurban Idul Adha
Ekbis
Bupati Raja Ampat: Masyarakat Tak Mau Tambang Nikel PT Gag Ditutup ...
Bupati Raja Ampat: Masyarakat Tak Mau Tambang Nikel PT Gag Ditutup ...
Ekbis
Meski Kantongi Izin Resmi, Bahlil Perketat Pengawasan 5 Perusahaan Tambang di Raja Ampat
Meski Kantongi Izin Resmi, Bahlil Perketat Pengawasan 5 Perusahaan Tambang di Raja Ampat
Ekbis
OJK: Buron Kasus Investree Adrian Gunadi Ada di Qatar
OJK: Buron Kasus Investree Adrian Gunadi Ada di Qatar
Ekbis
7.000 Pekerjanya Kena PHK, P&G Tak Kebal Efek Tarif Trump
7.000 Pekerjanya Kena PHK, P&G Tak Kebal Efek Tarif Trump
Ekbis
Peringati Idul Adha 1446 H, Pertamina Hulu Salurkan Ribuan Hewan Kurban  hingga ke Pelosok
Peringati Idul Adha 1446 H, Pertamina Hulu Salurkan Ribuan Hewan Kurban hingga ke Pelosok
Ekbis
Disney Lakukan PHK, Ratusan Karyawan Bagian Film, Televisi dan Keuangan Terdampak
Disney Lakukan PHK, Ratusan Karyawan Bagian Film, Televisi dan Keuangan Terdampak
Ekbis
Cara Pesan SR022 via wondr by BNI, Bisa Dapat Cashback hingga Rp 15 Juta
Cara Pesan SR022 via wondr by BNI, Bisa Dapat Cashback hingga Rp 15 Juta
Ekbis
LQ45 Masih Tertekan, Stimulus Ekonomi dan Dividen Jadi 'Angin Segar' di Semester II 2025
LQ45 Masih Tertekan, Stimulus Ekonomi dan Dividen Jadi "Angin Segar" di Semester II 2025
Cuan
Perusahaan Tambang di Pulau Gag Raja Ampat Dapat Keistimewaan Khusus
Perusahaan Tambang di Pulau Gag Raja Ampat Dapat Keistimewaan Khusus
Energi
BSU Juni-Juli 2025 Cair, Simak Cara Cek dan Kriterianya
BSU Juni-Juli 2025 Cair, Simak Cara Cek dan Kriterianya
Ekbis
Mentan Geram Ada Oknum yang Manipulasi Data Stok Beras, Bakal Ambil Langkah Hukum
Mentan Geram Ada Oknum yang Manipulasi Data Stok Beras, Bakal Ambil Langkah Hukum
Ekbis
Gubernur Papua Barat Daya Bantah Isu Kerusakan Lingkungan di Pulau Gag: Hoaks, Air Lautnya Biru...
Gubernur Papua Barat Daya Bantah Isu Kerusakan Lingkungan di Pulau Gag: Hoaks, Air Lautnya Biru...
Ekbis
6 Mitos soal AI yang Dipatahkan Studi Global, Termasuk Soal Ancaman terhadap Pekerjaan
6 Mitos soal AI yang Dipatahkan Studi Global, Termasuk Soal Ancaman terhadap Pekerjaan
Ekbis
OECD Prediksi Defisit APBN Indonesia Naik tapi Masih Sesuai Batas Aman
OECD Prediksi Defisit APBN Indonesia Naik tapi Masih Sesuai Batas Aman
Keuangan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau