KOMPAS.com – Universitas Bina Nusantara atau lebih dikenal dengan Binus University merupakan salah satu perguruan tinggi swasta ternama di Indonesia yang berfokus pada bidang teknologi dan bisnis.
Kampus ini kerap menjadi pilihan utama bagi mahasiswa yang ingin menekuni dunia digital dan kewirausahaan. Kampusnya kini tak hanya di Jakarta, namun merambah beberapa kota besar, antara lain Bekasi, Tangerang, Bandung, Malang, dan Semarang.
Binus terkenal dengan slogannya, "Fostering and Empowering" yang berfokus pada pembentukan lulusan berdaya saing global.
Kampus ini juga tercatat menjalin kemitraan dengan berbagai perusahaan teknologi internasional, seperti Microsoft, IBM, dan Cisco. Selain itu, sejumlah programnya masuk dalam peringkat internasional, termasuk QS World University Rankings.
Baca juga: Siapa Pemilik Sirup Marjan yang Iklannya Jadi Pertanda Masuk Ramadan?
Universitas Binus dikelola oleh Bina Nusantara Foundation, sebuah yayasan pendidikan yang menaungi seluruh kegiatan akademik dan pengembangan institusi.
Dirangkum situs resminya, pendiri sekaligus pemilik Binus adalah Joseph Wibowo dan kini diteruskan oleh anak-anaknya. Binus berawal dari sebuah lembaga kursus komputer bernama Modern Computer Course (MCC) yang didirikan pada 21 Oktober 1974 di Jakarta.
MCC kemudian berkembang pesat seiring meningkatnya kebutuhan tenaga ahli komputer pada masa itu. Pada tahun 1981, MCC resmi berubah nama menjadi Akademi Teknik Komputer (ATK).
Perubahan status ini menandai langkah awal Binus masuk dalam pengelolaan pendidikan tinggi formal yang awalnya hanya sebuah lembaga kursus komputer. Rektor pertama Binus adalah Widia Soerjaningsih yang merupakan putri dari Joseph Wibowo.
Selanjutnya, ATK bertransformasi menjadi Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK Bina Nusantara) pada 1984.
Titik balik Binus terjadi pada tahun 1996. Kala itu pemerintah melalui SK Dirjen Dikti mengesahkan pendirian Universitas Bina Nusantara.
Baca juga: Siapa Pemilik Minimarket Circle K di Indonesia?
Sejak saat itu, Binus berkembang menjadi universitas dengan berbagai fakultas dan program studi, tidak hanya di bidang teknologi, tetapi juga ekonomi, desain, komunikasi, hingga psikologi.
Masih mengutip laman resmi Binus, Joseph Wibowo bisa dibilang berasal dari kalangan biasa. Saat Agresi Militer Belanda kedua, ia ikut mendanai pasukan gerilya yang melawan Belanda dari usaha penjualan rokok miliknya di Malang.
Setelah perang gerilya usai, pada akhir 1953, Wibowo hijrah dari Malang ke Probolinggo untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Untuk bisa menghidupi keluarganya, Wibowo bekerja sebagai pedagang kertas.
Sedangkan Ibu Wibowo meneruskan usaha keluarganya yang membuka toko mas. Dengan enam orang anak, Wibowo pontang-panting mencari nafkah berdagang kertas.
Wibowo harus mengambil kertas dari pabrik di Leces, sekitar 10 kilometer dari Probolinggo, dan menjualnya ke berbagai perusahaan di Probolinggo, Surabaya dan sekitarnya.
Baca juga: Siapa Pemilik Fairmont, Hotel Mewah Tempat Rapat Anggota DPR RI?