Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Darmansjah Djumala
Diplomat

Dewan Pakar Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Bidang Strategi Hubungan Luar Negeri dan Dosen Hubungan Internasional di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Padjadjaran (Unpad), Bandung. Kelompok Ahli Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bidang kerjasama internasional.

Diplomasi Kemerdekaan, Kemerdekaan Diplomasi

Kompas.com - 18/08/2024, 10:36 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PADA 17 Agustus, rakyat Indonesia merayakan Hari Kemerdekaan. Perayaan rutin tahunan diadakan di mana-mana, di kampung dan di kota. Di kelurahan dan di Istana.

Perayaan tahun ini bersejarah kerena untuk kali pertama diadakan di IKN (Ibu Kota Negara) yang baru.

Di tengah keriaan hari kemerdekaan, tak salah jika kita sejenak mengilas balik sejarah seputar diplomasi kemerdekaan.

Sejarah mencatat, salah satu hal yang pertama dilakukan para pemimpin di awal kemerdekaan ialah mendapatkan pengakuan (recognition) dari negara sahabat.

Untuk itu, dilakukanlah diplomasi kemerdekaan. Perjuangan diplomasi kemerdekaan dilakukan melalui dua jalur: perjuangan pengakuan kemerdekaan dari negara sahabat dan perundingan dengan Belanda.

Pertama, untuk memperoleh pengakuan kemerdekaan, beberapa tokoh berkunjung ke negara sahabat. Hasilnya, beberapa negara mengakui kemerdekaan Indonesia.

Dalam kurun waktu 1945-1950, tidak kurang 7 negara mengakui kemerdekaan de facto Indonesia, yaitu Mesir, Suriah, Libanon, Yaman, Arab, India, dan Vatikan.

Ada konsideran politik menarik dari diplomasi kemerdekaan Indonesia. Coba tengok, mayoritas negara yang mengakui kemerdekaan Indonesia paling awal ialah negara kawasan Arab Timur Tengah.

Itu tak lepas dari pertimbangan kedekatan sosial budaya antara Indonesia dan negara kawasan yang mayoritas Islam.

Pengakuan kemerdekaan oleh Vatikan juga tak jauh dari konsideran sosial budaya dan agama.

Indonesia, sejak awal kemerdekaan masyarakatnya sudah majemuk dalam takaran etnik, suku, dan agama. Pengakuan dari Vatikan--sebagai pusat Gereja Katolik sedunia--menegaskan citra Indonesia sebagai negara yang menghormati keberagaman dan perbedaan.

Itu menjadi pemantik simpati negara Barat, dalam melihat perjuangan diplomasi kemerdekaan Indonesia.

Diplomasi kemerdekaan ke India tak kurang menariknya. Syahdan kala itu, pada 1946, India sedang mengalami krisis pangan dan bahaya kelaparan serius. Indonesia baru merdeka. Tentu tidak kaya (untuk tidak mengatakan sangat miskin).

Namun, atas inisiatif Perdana Menteri Sutan Syahrir, Indonesia mengirim 500.000 ton beras untuk India.

Dalam kasatmata, bantuan beras dinilai sebagai solidaritas kemanusiaan Indonesia terhadap India yang sedang kesusahan.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya
KPK Usut Kerugian Negara Terkait Kasus Petral
KPK Usut Kerugian Negara Terkait Kasus Petral
Nasional
Kesaksian Pihak Orkes Sidang MPR soal Anggota DPR Joget: Lagunya Gembira
Kesaksian Pihak Orkes Sidang MPR soal Anggota DPR Joget: Lagunya Gembira
Nasional
OTT, KPK Tangkap Gubernur Riau Abdul Wahid
OTT, KPK Tangkap Gubernur Riau Abdul Wahid
Nasional
Jadi Pilot Airbus A400M Pertama, Mayor Riki Sihaloho: Senang dan Bersyukur!
Jadi Pilot Airbus A400M Pertama, Mayor Riki Sihaloho: Senang dan Bersyukur!
Nasional
Materi soal Pekerja Migran Akan Diajarkan di Sekolah Rakyat
Materi soal Pekerja Migran Akan Diajarkan di Sekolah Rakyat
Nasional
Kepala BGN Tegaskan Tak 'Plek' Contoh MBG India: Kita Beda Banget
Kepala BGN Tegaskan Tak "Plek" Contoh MBG India: Kita Beda Banget
Nasional
Penjarahan Rumah Sri Mulyani hingga Sahroni Disebut Sudah Direncanakan
Penjarahan Rumah Sri Mulyani hingga Sahroni Disebut Sudah Direncanakan
Nasional
BGN Akui Keracunan MBG Masih Terjadi, Kebanyakan karena Kualitas Air
BGN Akui Keracunan MBG Masih Terjadi, Kebanyakan karena Kualitas Air
Nasional
Pilot A400M Jalani Latihan Tambahan 30 Hari Usai Mendarat di Lanud Halim
Pilot A400M Jalani Latihan Tambahan 30 Hari Usai Mendarat di Lanud Halim
Nasional
Dugaan Mark Up Whoosh, KAI Siap Suplai Data dan Beri Kesaksian
Dugaan Mark Up Whoosh, KAI Siap Suplai Data dan Beri Kesaksian
Nasional
KSPSI Sidak Pabrik Ban Bareng Dasco: Perusahaan Tak Patuh Akan Dipanggil DPR
KSPSI Sidak Pabrik Ban Bareng Dasco: Perusahaan Tak Patuh Akan Dipanggil DPR
Nasional
Dari Langit Eropa ke Indonesia: Perjalanan Panjang Mayor Riki Bawa Pulang Airbus A400M Pertama ke Tanah Air
Dari Langit Eropa ke Indonesia: Perjalanan Panjang Mayor Riki Bawa Pulang Airbus A400M Pertama ke Tanah Air
Nasional
Ini 'Tugas' dari Prabowo untuk Pesawat A400M: Evakuasi hingga Misi Kemanusiaan
Ini "Tugas" dari Prabowo untuk Pesawat A400M: Evakuasi hingga Misi Kemanusiaan
Nasional
KPK Terbitkan Sprindik Baru Kasus Pengadaan Minyak Mentah dan Produk Kilang
KPK Terbitkan Sprindik Baru Kasus Pengadaan Minyak Mentah dan Produk Kilang
Nasional
Dasco Sidak ke Pabrik Ban Michelin karena Endus Pelanggaran PHK
Dasco Sidak ke Pabrik Ban Michelin karena Endus Pelanggaran PHK
Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau