BENGKULU, KOMPAS.com - Chairil Ansori (27), seorang kontributor TVRI Stasiun Bengkulu, terduduk diam di halaman kantornya.
Segelas kopi yang dibuatnya tak menarik perhatiannya.
Seorang rekan wartawan lain mengajaknya mengobrol, tetapi hanya dibalas dengan jawaban-jawaban singkat.
"Waduh, dari mana saya dapat uang sebesar itu, sementara gaji saya di TVRI Bengkulu jauh berkurang karena efisiensi anggaran. Pupus sudah harapan kuliah lagi," gumamnya.
Baca juga: Cara Kepala TVRI Bengkulu Tak Rumahkan Kontributor, dari Rp 100.000 Jadi Rp 50.000
Dalam beberapa pekan terakhir, Chairil dan belasan kontributor TVRI Bengkulu dilanda kabar tak sedap.
Efisiensi anggaran yang dilakukan pemerintah menyasar nasibnya sebagai wartawan berstatus kontributor.
Nasib Chairil terbilang beruntung di TVRI Bengkulu.
Kepala Stasiun TVRI Bengkulu, Suryadi, berjibaku tidak merumahkan para kontributor, hanya melakukan pembatasan pengiriman berita serta pengurangan honor dari Rp 100.000 menjadi Rp 50.000.
"Kebijakan kepala stasiun cukup baik dengan tidak merumahkan kami. Meskipun harus diakui, akibat efisiensi, gaji bulanan dari Rp 3 juta akan turun menjadi Rp 800.000," ungkapnya.
Baca juga: Penuh Haru, Jurnalis TVRI Pamit ke Keluarga Sebelum Kena PHK: Disyukuri Pasti Ada Keindahan
Chairil saat ini masih lajang.
Ia mengatakan, selama tiga tahun menjadi kontributor di TVRI, ia mendambakan kuliah lagi untuk mengambil S-2 Ilmu Komunikasi. Namun, ia tidak menyangka bila terkena imbas efisiensi anggaran.
"Sekarang saya simpan dulu mimpi kuliah lagi," ujarnya.
Dia mengatakan, untuk memenuhi kebutuhan hidup akibat honor di TVRI yang jauh berkurang, Chairil bekerja di sebuah kedai kopi milik temannya.
"Akibat pembatasan waktu dinas, saya kerja di kedai kopi milik teman untuk cari tambahan," ujarnya sambil tersenyum.
Chairil Ansori mengaku hanya pasrah dengan kebijakan efisiensi. Menurutnya, ia menyetujui efisiensi anggaran seperti yang diinginkan presiden.