LAMPUNG, KOMPAS.com - Ketidakmampuan pemerintahan Prabowo-Gibran dalam membangun komunikasi publik dinilai menjadi penyebab berbagai gejolak sosial di masyarakat terkait isu energi.
Hal itu disampaikan pakar komunikasi publik Universitas Lampung (Unila), Feri Firdaus, dalam diskusi bertajuk Satu Tahun Pemerintahan Prabowo–Gibran: Dari Sudut Pandang Energi yang digelar di Bandar Lampung, Kamis (23/10/2025).
Feri mengatakan pemerintahan Prabowo-Gibran dapat disebut gagal dalam membangun sistem komunikasi publik yang terpadu, transparan, konsisten, dan partisipatif.
“Komunikasi yang dilakukan hanya bersifat elitis, bukan deliberatif,” katanya.
Baca juga: 1 Tahun Prabowo-Gibran, Pakar Energi Itera Lampung Soroti Diversifikasi
Menurutnya, sejauh ini tidak ada narasi tunggal yang digunakan pemerintah untuk menjelaskan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan krisis energi.
Contohnya saat ada pembatasan penjualan gas elpiji 3 kilogram (kg) pada Februari 2025 lalu. Feri menilai, pembatasan itu sebenarnya bertujuan baik agar harga di masyarakat tidak melonjak tinggi.
“Tetapi masalahnya komunikasi yang dibangun itu yang salah. Tidak mampu memenangkan pertarungan wacana publik,” ujarnya.
Akibatnya, pesan agar subsidi tepat sasaran tidak tersampaikan dengan baik ke publik.
Feri menambahkan, pemerintahan Prabowo-Gibran melalui jajarannya sering kali melakukan komunikasi tanpa data yang kuat.
Salah satu contohnya adalah ketika terjadi kelangkaan bahan bakar solar, pemerintah justru menyatakan tidak ada masalah.
“Faktanya, ya memang ada kelangkaan. Faktanya, ada banyak antrean kendaraan. Bilangnya stok aman, tapi kita lihat realitanya,” kata Feri.
Ia menilai, komunikasi pemerintah tidak disertai bukti konkret yang mudah dipahami masyarakat sehingga memunculkan spekulasi di publik.
“Jadi, komunikasinya itu tidak dilengkapi dengan data. Misalkan, tanpa ada bukti-bukti konkret yang mudah dipahami publik. Pada akhirnya masyarakat itu apa? Berspekulasi,” tuturnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang