Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Deportasi 200 Lebih Anggota Geng Venezuela

Kompas.com - 17/03/2025, 11:07 WIB
Albertus Adit

Penulis

Sumber Reuters

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Pemerintah Amerika Serikat di bawah Presiden Donald Trump telah mendeportasi terduga anggota geng Venezuela dari AS. Jumlahnya ada lebih dari 200 orang.

Meskipun ada perintah pengadilan yang melarang melakukannya, ada pernyataan bahwa seorang hakim tidak punya kewenangan untuk memblokir tindakan deportasi tersebut.

Sebagaimana diberitakan Reuters pada Senin (17/3/2025), operasi deportasi tersebut menyusul langkah hakim James Boasberg untuk memblokir penggunaan kewenangan masa perang Undang-Undang Musuh Asing oleh Presiden Donald Trump.

Baca juga: Setahun Ini AS Deportasi 270.000 Migran, Trump Menjabat Bisa Jadi Jutaan

AS akan segera mendeportasi lebih dari 200 terduga anggota Tren de Aragua, geng Venezuela yang dikaitkan dengan penculikan, pemerasan, dan pembunuhan kontrak.

"Seorang hakim di satu kota tidak dapat mengarahkan pergerakan pesawat yang penuh dengan teroris asing yang secara fisik diusir dari tanah AS," kata Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt.

Ia mengatakan, pengadilan tidak punya dasar hukum dan pengadilan federal pada umumnya tidak punya yurisdiksi atas bagaimana seorang presiden menjalankan urusan luar negeri.

Peristiwa tersebut merupakan peningkatan pesat dalam tantangan Trump terhadap sistem pengawasan dan keseimbangan Konstitusi AS, serta independensi cabang yudikatif pemerintah.

Patrick Eddington, pakar hukum keamanan dalam negeri dan kebebasan sipil di Cato Institute yang menganut paham libertarian mengatakan, apa pun yang dikatakannya, Gedung Putih "menentang" hakim tersebut.

Baca juga: Menlu AS-Rusia Berunding Terkait Perang di Ukraina, Putin Masih Belum Setuju Gencatan Senjata

"Ini di luar batas dan tentu saja belum pernah terjadi sebelumnya," kata Eddington, yang menyebutnya sebagai ujian paling radikal terhadap sistem pengawasan dan keseimbangan Amerika sejak Perang Saudara.

Dalam sidang Sabtu malam, Boasberg memblokir penggunaan undang-undang tersebut selama 14 hari.

Menurutnya, undang-undang tersebut merujuk pada tindakan permusuhan yang dilakukan oleh negara lain yang setara dengan perang.

Keesokan harinya, Presiden El Salvador Nayib Bukele mengunggah rekaman video ke situs media sosial X, memperlihatkan orang-orang digiring keluar dari pesawat di tengah malam dan banyaknya pasukan keamanan yang banyak.

"Aduh... Terlambat," Bukele mengunggah di atas judul berita, "Hakim Federal memerintahkan penerbangan deportasi yang membawa terduga anggota geng Venezuela untuk kembali ke AS".

Bukele mengikuti komentar tersebut dengan emoji tertawa terbahak-bahak hingga menangis.

Pernyataannya diunggah ulang oleh Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio, yang juga berterima kasih kepada Bukele atas bantuan dan persahabatannya.

Baca juga: AS Bakal Terus Serang Houthi Yaman, Ini Alasannya

Meskipun pemerintahan Trump telah menggambarkan warga Venezuela tersebut sebagai anggota geng atau "teroris asing", Reuters belum dapat memverifikasi secara independen apakah orang-orang tersebut adalah anggota geng atau memiliki catatan kriminal.

Departemen Keamanan Dalam Negeri AS dan Pemerintah Salvador belum menanggapi permintaan komentar. Selain itu, Departemen Luar Negeri juga menolak berkomentar.

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau