TEHERAN, KOMPAS.com - Pemimpin Tertinggi Iran menyebut Israel lemah karena meminta bantuan Amerika Serikat (AS) dalam kecamuk perang antara kedua belah pihak yang menginjak hari ketujuh pada Kamis (19/6/2025).
Khamenei mengatakan, upaya Israel yang meminta bantuan AS tersebut merupakan sebuah tanda kelemahan, sebagaimana dilansir Al Jazeera.
"Fakta bahwa teman-teman Amerika rezim Israel telah memasuki tempat kejadian dan mengatakan hal-hal seperti itu merupakan tanda kelemahan dan ketidakmampuan rezim itu," tulis Khamenei di platform media sosial X, Kamis.
Baca juga: Perang Iran-Israel: Begini Dampaknya Jika Teheran Tutup Selat Hormuz
Dia juga mengajak rakyat Iran untuk tidak takut untuk melawan Israel.
"Saya ingin mengatakan kepada bangsa tercinta kita bahwa jika musuh merasa kalian takut pada mereka, mereka tidak akan melepaskan kalian," sambungnya.
Sementara itu, penasihat Khamenei Ali Larijani mengatakan, serangan Israel terhadap Teheran terjadi saat Iran tengah menggelar perundingan atas permintaan presiden AS.
The very fact that the Zionist regime’s American friends have entered the scene and are saying such things is a sign of that regime’s weakness and inability.
— Khamenei.ir (@khamenei_ir) June 18, 2025
"Pada tahap akhir perundingan, AS tidak berupaya menyelesaikan masalah, tetapi justru mencoba memaksakan tuntutan khusus kepada kami," kata Larijani, sebagaimana dilansir Al Jazeera.
"(Israel) tidak akan melancarkan agresinya terhadap kami tanpa keputusan Amerika, dan kami yakin (Presiden AS Donald) Trump melakukan tipu daya dalam hal ini," sambungnya.
Baca juga: Israel Mulai Kehabisan Penangkis Rudal dalam Perang Lawan Iran
Larijani menyampaikan, meskipun para pemimpin militer Iran dibunuh oleh Israel, pengganti mereka ditunjuk dalam waktu kurang dari 12 jam.
"Israel membayangkan akan memaksa Iran mundur dalam beberapa hari, tetapi ini tidak terjadi," lanjutnya.
Dilansir dari Axios, Minggu (15/6/2025) Israel telah mendesak AS untuk ikut berperang melawan Iran yang Israel mulai pada Jumat (13/6/2025).
Selama dua hari, Israel meminta pemerintahan Trump untuk bergabung dalam serangannya terhadap situs nuklir dan militer Iran.
Israel meminta bantuan AS terutama untuk menghancurkan situs pengayaan uranium bawah tanah Iran, Fordo atau Fordow.
Baca juga: Rudal Iran Hantam RS Israel, Netanyahu Marah-marah
Israel kemungkinan tidak memiliki kemampuan untuk menyerang situs nuklir tersebut dengan kekuatannya sendiri.
Di sisi lain, Trump mengatakan bahwa ia masih mempertimbangkan untuk bergabung dalam serangan Israel terhadap Iran.
"Saya mungkin melakukannya, mungkin juga tidak. Tak ada yang tahu apa yang akan saya lakukan," ujar Trump, sebagaimana dilansir AFP.
"Saya suka mengambil keputusan akhir satu detik sebelum waktunya tiba, karena situasi bisa berubah, terutama soal perang," tambahnya.
Meski belum memutuskan, laporan The Wall Street Journal menyebut Trump telah menyetujui rencana serangan terhadap Iran, namun masih menunggu Teheran menyerah dalam isu program nuklirnya.
Seorang pejabat Gedung Putih menegaskan, semua opsi masih tersedia.
Baca juga: Perang Iran Israel, Bursa Saham Tel Aviv Justru Menghijau
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini