ARANYAPRATHET, KOMPAS.com – Pemerintah Thailand menutup hampir semua akses darat ke Kamboja akibat meningkatnya ketegangan wilayah yang berujung bentrokan militer.
Pintu masuk Ban Khlong Luek di Provinsi Sa Kaeo—gerbang utama menuju kota Siem Reap, lokasi kompleks bersejarah Angkor Wat di Kamboja—menjadi salah satu yang ditutup.
Hal ini membuat puluhan pekerja lintas batas dan wisatawan terpaksa tertahan di pintu perbatasan utama dua negara pada Selasa (24/6/2025).
Baca juga: Thailand dan Kamboja Saling Gertak, Sengketa Memanas
"Saya ingin pulang tadi malam tapi terpaksa tidur di toko karena polisi tak mengizinkan saya menyeberang," kata Malin Po (38), seorang pedagang pakaian asal Kamboja yang setiap hari melintasi perbatasan untuk berdagang di Thailand.
Ia mengaku tidak ada penjelasan dari otoritas mengapa pos perbatasan itu ditutup.
"Tak seorang pun memberi tahu kenapa. Banyak dari kami hanya bisa pasrah," ujarnya.
Penutupan ini tak hanya mengganggu aktivitas ekonomi harian, tetapi juga menyulitkan warga yang menghadapi situasi darurat pribadi.
Chanta Wo (32), seorang tukang kayu asal Kamboja yang bekerja di Sa Kaeo, berusaha menyeberang setelah mendapat kabar bahwa ibu mertuanya yang berusia 73 tahun meninggal dunia.
Ia datang bersama istri, adik, serta dua anak mereka yang masih balita. Chanta terlihat mengganti popok bayinya di bangku dekat pos pemeriksaan, namun tetap tak diizinkan menyeberang.
“Saya dihalau oleh polisi. Saya sangat khawatir,” ujarnya dengan nada cemas kepada AFP.
Pasukan anti huru-hara terlihat berjaga di dekat gerbang perbatasan yang ditutup rapat menggunakan pagar kuning.
Banyak orang yang mencoba menyeberang terpaksa kembali ke sisi Thailand dengan tangan hampa.
Selain warga lokal, sejumlah turis asing pun ikut terdampak penutupan ini. Salah satunya adalah Matteo Toso (34), warga Italia yang sedang berkeliling Asia dengan ransel.
Ia telah melakukan perjalanan selama dua bulan sejak dari Nepal dan berniat menyeberang ke Kamboja lewat jalur darat.
"Saya mungkin harus kembali ke Bangkok dan naik pesawat ke Kamboja, tentu saja itu lebih mahal," ujar Toso.