KOMPAS.com – Gencatan senjata yang rapuh antara Iran dan Israel memunculkan kekhawatiran baru akan potensi kembalinya konflik bersenjata.
Para analis menilai gencatan senjata Iran-Israel ini hanya akan bertahan jika ketiga pihak utama yakni Iran, Israel dan negara-negara Teluk tetap menahan diri dan menjaga keseimbangan diplomasi.
Analis geopolitik dari King’s College London, Andreas Krieg, menyebut bahwa masa depan gencatan senjata sangat bergantung pada kalkulasi strategis masing-masing pihak.
Baca juga: Iran Diduga Pindahkan Uranium Sebelum Serangan, IAEA: Situasinya Buram
“Gencatan senjata mungkin akan bertahan, tetapi hanya selama Teheran menganggap pengendalian diri lebih strategis daripada pembalasan, Israel tetap berhati-hati untuk tidak menyeret AS secara langsung, dan negara-negara Teluk memainkan peran bijaksana sebagai penyeimbang,” ujar Krieg kepada kantor berita Anadolu.
Namun, Krieg mengingatkan, jika salah satu elemen tersebut runtuh, konflik kemungkinan akan kembali terjadi, bukan dalam bentuk perang terbuka, tetapi melalui cara-cara tersembunyi seperti serangan siber, operasi rahasia, dan perang proksi.
“Israel punya rekam jejak panjang dalam menghadapi Iran secara tidak langsung. Mulai dari pembunuhan ilmuwan nuklir, serangan rudal terbatas di Suriah, hingga operasi dunia maya,” kata Krieg.
Ia menambahkan, pendekatan militer Israel cenderung mengedepankan serangan presisi yang bisa dibantah secara diplomatis, demi menghindari konflik berskala penuh. Strategi ini akan tetap digunakan selama dukungan politik dari AS terbatas.
Jika gencatan senjata benar-benar runtuh, Krieg memprediksi konflik akan mengarah pada serangkaian eskalasi tersembunyi.
“Pertempuran proksi kemungkinan melibatkan kelompok seperti Hizbullah atau milisi di Irak, serta sabotase dan kampanye siber,” ujarnya.
Krieg menambahkan, Israel akan terus menyasar kepentingan Iran di wilayah seperti Suriah dan Lebanon, di mana risiko pembalasan bisa ditekan.
“Israel hampir pasti akan memanfaatkan kekuatan udaranya dan jaringan intelijen untuk menyerang jika melihat ada peluang strategis,” katanya.
Baca juga: 3 Pria Iran Dieksekusi karena Diduga Bekerja untuk Israel
Peneliti di Pusat Penelitian Perdamaian Praha, Rob Geist Pinfold, menyoroti dimensi politik domestik dalam kebijakan Israel.
Menurut dia, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berusaha menjaga hubungan dengan Presiden AS Donald Trump, namun pada saat yang sama terdorong oleh motif politik dalam negeri.
“Gencatan senjata akan berjalan selama Trump bersedia menekan Netanyahu,” kata Pinfold kepada Anadolu.
Ia mencontohkan bagaimana Trump sempat meminta Netanyahu untuk menahan serangan udara ketika gencatan senjata diumumkan, tetapi Israel tetap melanjutkan aksi militer.