TOKYO, KOMPAS.com - Militer Amerika Serikat (AS) pada Kamis (3/7/2025) menyampaikan permintaan maaf kepada Pemerintah Prefektur Okinawa, Jepang, terkait kasus pemerkosaan yang dilakukan oleh seorang prajurit AS pada 2024.
Permintaan maaf itu disampaikan oleh Kolonel Kepala Staf Divisi Marinir ke-3 AS Neil Owens saat berkunjung ke kantor pemerintahan Okinawa, sebagaimana dilansir Antara, Kamis.
Dia mengakui bahwa insiden tersebut telah menimbulkan keresahan, baik bagi korban maupun masyarakat setempat.
Baca juga: Jepang Desak Warga Mengungsi Usai Diguncang 1.000 Gempa dalam 2 Minggu
Kunjungan Owens dilakukan sekitar satu pekan setelah Kopral Dua Jamel Clayton dijatuhi hukuman tujuh tahun penjara pada akhir Juni.
Clayton didakwa mencekik seorang perempuan berusia 20-an saat mencoba memperkosanya. Meski telah divonis bersalah, dia mengajukan banding atas putusan tersebut.
Sejumlah kasus kekerasan seksual yang melibatkan personel militer AS di Okinawa terungkap sejak Juni tahun lalu.
Namun, menurut pejabat setempat, permintaan maaf dari Owens merupakan yang pertama kali disampaikan secara resmi oleh militer AS kepada pemerintah Okinawa.
Baca juga: 900 Gempa Guncang Pulau Terpencil Jepang, Warga Lelah Tak Bisa Tidur
Untuk mencegah agar insiden serupa tidak terulang, militer AS mengusulkan patroli gabungan dengan kepolisian Jepang.
"Peristiwa itu merupakan tindakan keji yang mengabaikan hak asasi perempuan," ujar Direktur Jenderal Kantor Gubernur Okinawa Masahito Tamari.
Dia pun tak segan mempertanyakan sistem pengawasan internal militer AS terhadap anggotanya.
Dalam putusannya, Pengadilan Distrik Naha menyatakan bahwa Clayton mencekik korban dari belakang di wilayah Yomitan pada Mei 2024, lalu berusaha memperkosanya.
Baca juga: Viral Video Putri Kako Jepang Naik Pesawat Kelas Ekonomi, Panen Pujian
Akibat serangan itu, korban mengalami luka di mata dan memerlukan waktu sekitar dua pekan untuk pemulihan.
Okinawa menampung sebagian besar pangkalan militer AS di Jepang.
Warga setempat telah lama menolak kehadiran militer AS karena merasa terganggu dengan suara pesawat, pencemaran lingkungan, dan kasus-kasus kejahatan yang melibatkan anggota militer AS.
Baca juga: Matcha Makin Populer di Dunia, Penduduk Lokal Jepang Justru Khawatir
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini