KOMPAS.com - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan, sebanyak 150.000 warga Rohingya telah melarikan diri dari Myanmar ke Bangladesh dalam kurun waktu 18 bulan terakhir.
Angka ini menjadi gelombang pengungsian terbesar sejak eksodus massal Rohingya hampir satu dekade lalu.
Badan pengungsi PBB (UNHCR) menyebut, para pengungsi itu kini bermukim di kamp-kamp pengungsi di Cox's Bazar, Bangladesh.
Baca juga: Cerita Pengungsi Rohingya Rayakan Idul Fitri di Indonesia
Sejak awal 2024, mereka tiba akibat kekerasan yang terus berlangsung di Negara Bagian Rakhine, Myanmar.
"Kekerasan dan penganiayaan yang ditargetkan di Rakhine serta konflik yang terus berlanjut di Myanmar terus memaksa ribuan warga Rohingya mencari perlindungan di Bangladesh," ujar juru bicara UNHCR, Babar Baloch, dalam jumpa pers di Jenewa, Jumat (11/7/2025), dikutip dari AFP.
Menurut Baloch, pergerakan pengungsi kali ini merupakan yang terbesar sejak 2017, saat sekitar 750.000 warga Rohingya melarikan diri dari aksi kekerasan mematikan di Rakhine, tempat asal mereka.
Baloch juga menyampaikan apresiasi kepada Bangladesh atas kemurahan hati negara itu yang telah menampung pengungsi Rohingya selama bertahun-tahun.
Saat ini, bahkan sebelum gelombang pengungsian terbaru, sekitar satu juta Rohingya telah hidup di kamp-kamp pengungsian di Bangladesh.
Sebagian besar dari mereka tiba setelah melarikan diri dari operasi militer Myanmar pada 2017.
Baca juga: Kekurangan Dana, PBB Pangkas Jatah Makanan untuk Rohingya
"Kamp-kamp tersebut, yang hanya seluas 24 kilometer persegi, telah menjadi salah satu tempat terpadat di dunia," ungkap Baloch.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini