TEPI BARAT, KOMPAS.com - Keluarga Saif al-Din Kamil Abdul Karim Musalat (20), warga AS-Palestina yang tewas dalam serangan pemukim Israel di Tepi Barat, mendesak pemerintah Amerika Serikat untuk segera melakukan penyelidikan atas kematian Musalat.
Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, Musalat meninggal pada Jumat (11/7/2025) di Desa Sinjil, utara Ramallah, setelah dipukuli oleh sekelompok pemukim.
Musalat diketahui lahir dan besar di Florida, AS, dan baru sebulan berada di Tepi Barat untuk mengunjungi keluarga besarnya.
Baca juga: Perundingan Gencatan Senjata Gaza Terkendala, Israel Ogah Tarik Pasukan
Keluarga Musalat menyampaikan pernyataan melalui pengacara mereka, Diana Halum, usai insiden mematikan tersebut. Dalam pernyataan itu, mereka menggambarkan Musalat sebagai sosok yang baik hati, pekerja keras, dan memiliki ikatan kuat dengan warisan Palestina-nya.
“Saif berusaha melindungi tanah keluarga dari pemukim yang mencoba merebutnya,” ungkap keluarga, dikutip dari AFP pada Sabtu (12/7/2025).
Mereka juga menuding para pemukim menghalangi ambulans dan petugas medis untuk menjangkau Musalat yang terluka parah, hingga akhirnya ia mengembuskan napas terakhir sebelum tiba di rumah sakit.
“Kematiannya adalah mimpi buruk yang tidak terbayangkan, ketidakadilan yang tidak seharusnya dihadapi oleh keluarga mana pun,” tegas pihak keluarga.
Mereka meminta Departemen Luar Negeri AS memimpin penyelidikan dan meminta pertanggungjawaban para pemukim Israel yang terlibat.
Baca juga: Cerita Backpacker Jerman Bertahan Hidup 11 Hari Saat Tersesat di Alam Liar Australia
Selain Musalat, seorang pria Palestina lainnya, Mohammed Rizq Hussein al-Shalabi (23), juga dilaporkan tewas dalam serangan yang sama. Ia ditembak dan dibiarkan berdarah selama berjam-jam, menurut Kementerian Kesehatan Palestina.
Sementara itu, militer Israel menyebut bentrokan pecah setelah sekelompok warga Palestina melempar batu ke arah pemukim Israel, yang mengakibatkan dua orang terluka.
Insiden ini menambah panjang daftar kekerasan antara pemukim Israel dan warga Palestina di wilayah Tepi Barat.
Organisasi hak asasi manusia mengecam peningkatan kekerasan yang dilakukan pemukim Israel di Tepi Barat, wilayah yang telah diduduki Israel sejak 1967.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebelumnya menyatakan, serangan-serangan terhadap warga Palestina terjadi dalam iklim “impunitas.”
Pekan lalu, jurnalis AFP melaporkan adanya bentrokan antara puluhan pemukim Israel dan warga Palestina di Sinjil, tepatnya di lokasi pawai yang menentang serangan pemukim terhadap lahan pertanian warga.
Otoritas Israel pun membangun pagar tinggi yang kini memisahkan sebagian Sinjil dari Jalan 60, jalur utama yang membelah Tepi Barat dari utara ke selatan.
Sejak pecahnya perang di Gaza pada Oktober 2023, kekerasan di Tepi Barat meningkat tajam.
Baca juga: Suara Percakapan di Kokpit Memperdalam Misteri Jatuhnya Air India 171
Data Kementerian Kesehatan Palestina mencatat, lebih dari 955 warga Palestina tewas akibat operasi pasukan atau serangan pemukim Israel, termasuk di antaranya anggota kelompok bersenjata dan puluhan warga sipil.
Di sisi lain, menurut data resmi Israel, sedikitnya 36 warga Israel, baik dari kalangan sipil maupun militer, tewas akibat serangan dari kelompok Palestina atau dalam operasi militer.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini