Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Pilu Matouq, Balita Gaza yang Kurus Kering akibat Kelaparan Kronis

Kompas.com - 24/07/2025, 10:43 WIB
Inas Rifqia Lainufar

Penulis

Sumber Express

GAZA, KOMPAS.com — Dengan tubuh kurus kering yang tinggal tulang, Muhammad Zakariya Ayyoub al-Matouq hanya bisa meringkuk dalam pelukan ibunya yang tak berdaya di sebuah tenda pengungsian di Gaza.

Balita berusia satu tahun itu kini hanya berbobot 6 kilogram—setara bayi usia tiga bulan—akibat kelaparan parah yang melanda wilayah tersebut.

Sebuah foto memilukan yang memperlihatkan Matouq dibaringkan dengan popok dari kantong plastik hitam menggambarkan krisis kemanusiaan parah yang menimpa anak-anak di Gaza.

Baca juga: Brasil Akan Gabung Afrika Selatan, Gugat Israel atas Genosida di Gaza

Anak-anak kelaparan, dunia bungkam

Matouq adalah satu dari hampir 900.000 anak-anak Gaza yang kini mengalami kelaparan.

Sebanyak 70.000 di antaranya berada dalam kondisi malnutrisi berat dan terancam meninggal dalam waktu dekat.

Rumah sakit sudah tidak mampu memberikan makanan atau perawatan karena jalur bantuan kemanusiaan sepenuhnya ditutup oleh Israel sejak awal Maret.

"Perang ini tidak hanya menciptakan krisis kemanusiaan. Ia menciptakan pusaran penderitaan manusia," kata Sigrid Kaag, Koordinator Senior PBB untuk Bantuan Kemanusiaan dan Rekonstruksi Gaza.

Dalam 48 jam terakhir saja, 12 anak meninggal akibat kelaparan. Jumlah kematian akibat malnutrisi sejak perang dimulai kini telah mencapai 101 orang, 80 di antaranya adalah anak-anak, menurut data Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas.

Akses bantuan ditutup

Warga Palestina berkerumun di titik distribusi bantuan yang didirikan oleh Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF) yang dikelola swasta, dekat kamp pengungsi Nuseirat di Jalur Gaza tengah pada tanggal Rabu (25/6/2025). Sebanyak 93 warga Palestina tewas ditembak militer Israel saat mencoba mendapatkan bantuan kemanusiaan di Kota Gaza, menurut otoritas setempat. AFP/EYAD BABA Warga Palestina berkerumun di titik distribusi bantuan yang didirikan oleh Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF) yang dikelola swasta, dekat kamp pengungsi Nuseirat di Jalur Gaza tengah pada tanggal Rabu (25/6/2025). Sebanyak 93 warga Palestina tewas ditembak militer Israel saat mencoba mendapatkan bantuan kemanusiaan di Kota Gaza, menurut otoritas setempat.

PBB menyebut seluruh lintasan masuk bantuan ke Gaza telah ditutup sejak 2 Maret.

Akibatnya, aliran makanan, air bersih, susu, dan obat-obatan kini benar-benar nyaris tak ada.

Baca juga: Derita Sarah Siswi Berprestasi di Gaza: Jangankan Sekolah, Hidup Pun Susah

"Kami telah memasuki fase kematian," ujar seorang pejabat Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA).

"Segalanya di sekitar warga Gaza saat ini adalah kematian—entah karena bom, serangan udara, atau anak-anak yang pelan-pelan meninggal karena kelaparan,” imbuhnya.

Sekretaris Jenderal PBB António Guterres menyampaikan keprihatinan mendalam terhadap kondisi tersebut.

“Saya terkejut dengan percepatan keruntuhan kondisi di Gaza. Populasinya sangat kekurangan kebutuhan dasar untuk hidup,” ujar Guterres.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau