KYIV, KOMPAS.com - Ukraina melancarkan gelombang serangan pesawat nirawak (drone) ke wilayah Rusia pada Minggu (24/8/2025), bertepatan dengan peringatan Hari Kemerdekaan Ukraina.
Salah satu serangan memicu kebakaran di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Kursk, Rusia bagian barat.
Pihak pengelola fasilitas memastikan api berhasil dipadamkan, tanpa korban jiwa maupun peningkatan tingkat radiasi.
Baca juga: 3 Syarat Damai Putin kepada Ukraina
Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) sebelumnya berulang kali mengingatkan risiko pertempuran di sekitar fasilitas nuklir sejak Rusia melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina pada Februari 2022.
Otoritas Rusia menyatakan pesawat nirawak Ukraina juga ditembak jatuh di beberapa wilayah jauh dari garis depan, termasuk Saint Petersburg.
Gubernur Aleksandr Drozdenko melaporkan, sepuluh drone ditembak jatuh di atas pelabuhan Ust-Luga di Teluk Finlandia. Serangan itu memicu kebakaran di terminal bahan bakar milik perusahaan energi Novatek.
Tentara Ukraina, yang kalah jumlah dan persenjataan dibanding Rusia, semakin mengandalkan drone untuk menyerang infrastruktur minyak. Langkah ini dinilai sebagai cara untuk melemahkan sumber pendapatan utama Moskow dalam membiayai perang.
Rusia kini menghadapi lonjakan harga bahan bakar sejak serangan-serangan tersebut dimulai.
Baca juga: Ribuan Warga Australia Gelar Aksi Dukung Palestina
Sementara itu, Ukraina menyebut Rusia melancarkan serangan balik dengan rudal balistik dan 72 drone Shahed buatan Iran pada malam sebelumnya. Angkatan udara Ukraina mengeklaim berhasil menembak jatuh 48 di antaranya.
Satu serangan drone Rusia menewaskan seorang perempuan berusia 47 tahun di wilayah Dnipropetrovsk, menurut keterangan gubernur setempat.
Serangan terbaru ini terjadi setelah prospek perdamaian kembali menemui jalan buntu. Upaya mediasi Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk mempertemukan Presiden Rusia Vladimir Putin dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky kandas pada Jumat lalu.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menegaskan tidak ada rencana pertemuan langsung kedua pemimpin. Sementara Zelensky menuduh Moskwa berusaha memperpanjang serangan.
Selama tiga setengah tahun perang berlangsung, puluhan ribu orang tewas dan jutaan lainnya mengungsi. Rusia kini menguasai sekitar seperlima wilayah Ukraina, termasuk Semenanjung Krimea yang dianeksasi pada 2014.
Di tengah situasi tersebut, Ukraina tetap memperingati Hari Kemerdekaan yang jatuh pada 24 Agustus, hari bersejarah ketika negara itu resmi lepas dari Uni Soviet pada 1991.
"Beginilah Ukraina menyerang ketika seruannya untuk perdamaian diabaikan," kata Zelensky dalam pidatonya.
"Hari ini, baik AS maupun Eropa sepakat, Ukraina belum sepenuhnya menang, tetapi pasti tidak akan kalah. Ukraina telah mengamankan kemerdekaannya. Ukraina bukanlah korban, ia adalah pejuang," tegasnya.
Perdana Menteri Kanada Mark Carney hadir langsung di Kyiv dan menyerukan terciptanya perdamaian yang adil dan abadi bagi Ukraina.
Baca juga: Tarian Viral Rayyan Angkat Pacu Jalur Riau ke Panggung Dunia
Zelensky juga menyampaikan terima kasih atas pesan dukungan dari sejumlah pemimpin dunia, termasuk Donald Trump, Presiden China Xi Jinping, Raja Charles, serta Paus Leo XIV.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini