SINGAPURA, KOMPAS.com – Selama puluhan tahun, Singapura gencar menjalankan strategi desentralisasi, dengan membangun pusat-pusat bisnis di luar pusat kota untuk memeratakan pertumbuhan.
Namun, tren pasca-pandemi memunculkan tantangan baru: banyak perusahaan kembali memusatkan operasi ke Central Business District (CBD) karena infrastruktur dan gengsinya yang sulit ditolak.
Baca juga: PM Singapura Rombak Habis Wilayah Utara, Bangun Tiga Proyek Raksasa
Menanggapi hal ini, para perencana kota Singapura tidak menyerah. Melalui Draft Master Plan 2025, pemerintah mengambil langkah berani: mengubah wajah CBD dan melipatgandakan visi desentralisasi dengan cara baru.
Dikutip dari laporan Jones Lang LaSalle (JLL), Pemerintah Singapura kini menawarkan insentif besar bagi pemilik gedung-gedung tua di CBD.
Skema seperti CBD Incentive Scheme dan Strategic Development Incentive memberikan bonus bagi mereka yang mau mengubah bangunan kantor tua menjadi aset campuran (mixed-use), seperti hunian, hotel, atau proyek work-live-play.
Tujuannya jelas, menyuntikkan elemen gaya hidup ke dalam CBD agar tidak lagi hanya bergantung pada kantor.
Baca juga: Singapura Siapkan Proyek Jumbo 80.000 Rumah, Wilayah Utara Jadi Kota Elite
Head of Research and Consultancy JLL Southeast Asia Chua Yangliang menuturkan, hal ini akan menciptakan lingkungan yang hidup selama 24 jam, tidak hanya pada jam kerja.
"Bagi investor, ini adalah sinyal emas untuk mendapatkan nilai lebih dari properti lama dengan mengubahnya sesuai model kota masa depan," ujar Chua Tangliang, dikutip Kompas.com, Kamis (4/9/2025).
Di sisi lain, pemerintah juga secara tegas mengarahkan pertumbuhan baru keluar dari pusat kota.
Tidak ada lagi penjualan lahan kantor baru di CBD, sementara satu-satunya pasokan kantor Grade A di masa depan direncanakan untuk Jurong Lake District (JLD), yang diposisikan sebagai 'CBD kedua' Singapura.
Baca juga: Jakarta Bisa Contoh Singapura Soal RTH, Berani Target 1.000 Hektar
Langkah ini secara efektif "memaksa" permintaan untuk beralih ke JLD dan pusat-pusat lainnya.
JLD sudah dipersiapkan untuk menjadi pusat pertumbuhan utama, menampung kampus-kampus korporat, kantor pemerintah, dan klaster inovasi.
Strategi dua arah ini juga didukung oleh pengembangan pusat-pusat sub-regional baru, seperti Bishan, yang akan diperkuat dengan ruang kantor baru dan fasilitas publik yang ditingkatkan.
Hal ini sejalan dengan preferensi gaya hidup generasi muda yang mencari keseimbangan antara kerja dan kehidupan di dekat tempat tinggal mereka.
Secara keseluruhan, Draft Master Plan 2025 menunjukkan bahwa Singapura sedang bertransisi menuju kota yang polisentris, di mana pertumbuhan ekonomi tidak hanya terkonsentrasi di satu titik, melainkan menyebar di berbagai kawasan.
Bagi investor, ini adalah kesempatan untuk mendiversifikasi portofolio mereka dan mengambil posisi di pusat-pusat pertumbuhan yang menjanjikan di luar area CBD.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang