Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jejak Gigi Berusia 300.000 Tahun di China: Bukti Kawin Silang Manusia dengan Homo Erectus?

Kompas.com - 06/08/2025, 07:59 WIB
Wisnubrata

Penulis

KOMPAS.com - Penemuan 21 gigi kuno dari situs arkeologi Hualongdong, China, bisa menjadi kunci baru dalam mengungkap sejarah evolusi manusia di Asia. Gigi-gigi yang diperkirakan berusia 300.000 tahun ini menunjukkan campuran unik antara ciri manusia modern dan purba. Penelitian terbaru menyebutkan bahwa temuan ini bisa jadi merupakan bukti bahwa manusia awal pernah kawin silang dengan Homo erectus.

“Ini adalah mosaik dari sifat-sifat yang belum pernah terlihat sebelumnya — seolah-olah jam evolusi berdetak dengan kecepatan berbeda di setiap bagian tubuh,” kata María Martinón-Torres, paleoantropolog dari Spanish National Research Center for Human Evolution (CENIEH), yang juga menjadi salah satu penulis studi ini.

Baca juga: Kehidupan Homo erectus Terungkap dari Dasar Selat Madura

Gigi yang Mengandung Cerita Evolusi Ribuan Tahun

Penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Human Evolution edisi September ini berfokus pada gigi dari kelompok manusia misterius yang dikenal sebagai Manusia Hualongdong, ditemukan pada 2006 di China Selatan. Mereka hidup pada masa Pleistosen Tengah, sekitar 300.000 tahun lalu. Hingga kini, peneliti telah menemukan sisa-sisa dari setidaknya 16 individu.

Awalnya, para peneliti mengira bahwa manusia Hualongdong merupakan varian dari Homo erectus Asia Timur, yang pertama kali muncul di China sekitar 1,7 juta tahun lalu. Namun, studi terbaru menunjukkan bahwa tulang dan gigi mereka menyimpan gabungan ciri Homo sapiens dan Homo erectus.

Misalnya, struktur wajah mereka menyerupai manusia modern, sementara proporsi tubuh mereka lebih mirip Homo erectus. Hal ini menimbulkan dugaan bahwa populasi ini mungkin merupakan hasil dari percampuran antara dua kelompok manusia purba yang berbeda.

Baca juga: Sebuah Kisah dari Homo Erectus, Nenek Moyang Kita yang Misterius

Fragmen frontal Homo erectus ditemukan di Selat Madura.Dok. Harold Berghuis Fragmen frontal Homo erectus ditemukan di Selat Madura.

Gigi Bungsu Modern, Akar Geraham Purba

Gigi-gigi yang dianalisis dalam penelitian ini menunjukkan campuran mencolok. Ukuran gigi bungsu yang kecil mengingatkan kita pada ciri Homo sapiens, sementara akar gigi geraham yang tebal dan kokoh lebih mirip milik Homo erectus. Perpaduan ini menunjukkan bahwa evolusi manusia tidak berlangsung secara linear, tetapi penuh dengan percabangan dan percampuran.

Para peneliti belum sepenuhnya yakin mengapa gigi manusia Hualongdong memiliki ciri demikian. Namun, mereka mengajukan beberapa hipotesis menarik.

Salah satunya adalah bahwa populasi Hualongdong berkerabat dekat dengan Homo sapiens, tetapi berbeda dari Neanderthal dan Denisovan — dua kelompok manusia purba yang juga diketahui berinteraksi dan kawin silang dengan nenek moyang kita. Hipotesis lain menyebutkan bahwa bentuk gigi tersebut bisa jadi merupakan hasil dari aliran genetik dengan Homo erectus, atau yang dikenal sebagai gene flow.

Baca juga: Apakah Homo Erectus Bisa Membuat Perahu dan Menyeberangi Lautan?

Asia, Lahan Percobaan Evolusi Manusia?

Dalam beberapa tahun terakhir, Asia Timur menjadi sorotan dalam studi evolusi manusia karena banyaknya penemuan mengejutkan. Pada 2019, ditemukan Homo luzonensis di Filipina; pada 2021 muncul Homo longi di China Utara (yang kemudian diidentifikasi sebagai Denisovan); dan pada 2024, diumumkan penemuan Homo juluensis dari China. Semua spesies ini hidup dalam rentang waktu 300.000–150.000 tahun lalu — periode yang kini dipahami sebagai masa eksperimen besar-besaran dalam sejarah evolusi manusia.

José María Bermúdez de Castro, peneliti lain dari CENIEH, menegaskan: “Penemuan Hualongdong mengingatkan kita bahwa evolusi manusia tidak bersifat linier atau seragam. Asia menjadi tempat lahir berbagai eksperimen evolusi dengan hasil anatomi yang unik.”

Baca juga: Anak Lapedo: Bukti Persilangan Neanderthal dan Manusia Modern 28.000 Tahun Lalu

Evolusi Lebih Kompleks dari Sekadar Pohon Keluarga

Temuan ini menunjukkan bahwa peta evolusi manusia jauh lebih kompleks daripada sekadar pohon silsilah tunggal. Interaksi genetik antara kelompok manusia purba membuka kemungkinan bahwa beberapa ciri yang kita miliki hari ini bukan hanya berasal dari Homo sapiens, tetapi juga hasil percampuran dengan spesies lain seperti Homo erectus.

Seiring ditemukannya lebih banyak fosil dan teknologi analisis yang semakin maju, kita mungkin akan semakin menyadari bahwa identitas manusia modern adalah hasil dari banyak pertemuan, percabangan, dan penggabungan dalam sejarah evolusi yang panjang.

Baca juga: Anak Campuran Neanderthal-Manusia Ditemukan di Pemakaman Tertua

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Terkini Lainnya
Supermoon Beaver 5 November Jadi Bulan Purnama Paling Dekat Bumi Sejak 2019
Supermoon Beaver 5 November Jadi Bulan Purnama Paling Dekat Bumi Sejak 2019
Fenomena
Penampakan Jika Seluruh Es Antartika Mencair, Ada Jurang dan Pegunungan
Penampakan Jika Seluruh Es Antartika Mencair, Ada Jurang dan Pegunungan
Oh Begitu
BMKG Konfirmasi 43,8 Persen Wilayah Indonesia Masuk Musim Hujan, Kenali Potensi Cuaca Ekstrem
BMKG Konfirmasi 43,8 Persen Wilayah Indonesia Masuk Musim Hujan, Kenali Potensi Cuaca Ekstrem
Fenomena
Berusia 6 Juta Tahun, Sampel Udara Tertua di Bumi Ditemukan di Es Antartika
Berusia 6 Juta Tahun, Sampel Udara Tertua di Bumi Ditemukan di Es Antartika
Fenomena
Alarm dari Laut: Lumba-Lumba Kena Alzheimer Gegara Limbah Manusia, Ini Bukti Ilmiahnya
Alarm dari Laut: Lumba-Lumba Kena Alzheimer Gegara Limbah Manusia, Ini Bukti Ilmiahnya
Oh Begitu
Teleskop James Webb Bongkar Rahasia Komet 3I/ATLAS: Diselimuti Kerak Radiasi Kosmis Miliaran Tahun
Teleskop James Webb Bongkar Rahasia Komet 3I/ATLAS: Diselimuti Kerak Radiasi Kosmis Miliaran Tahun
Fenomena
Identik dengan Halloween, Labu Ternyata Bisa Simpan Bahan Kimia Beracun
Identik dengan Halloween, Labu Ternyata Bisa Simpan Bahan Kimia Beracun
Oh Begitu
Fosil Badak Salju dari Kutub Utara Ungkap Jembatan Darat Atlantik Kuno
Fosil Badak Salju dari Kutub Utara Ungkap Jembatan Darat Atlantik Kuno
Oh Begitu
Nebula Kelelawar Hantu: ‘Tamu’ Kosmik yang Muncul di Langit Halloween
Nebula Kelelawar Hantu: ‘Tamu’ Kosmik yang Muncul di Langit Halloween
Fenomena
Supermoon Emas November 2025: Purnama Terbesar Sepanjang Tahun
Supermoon Emas November 2025: Purnama Terbesar Sepanjang Tahun
Oh Begitu
Gempa M 5,1 Guncang Laut Sarmi Papua, Tidak Berpotensi Tsunami
Gempa M 5,1 Guncang Laut Sarmi Papua, Tidak Berpotensi Tsunami
Fenomena
Anjing-Anjing Menjadi Biru di Zona Chernobyl, Apa yang Terjadi?
Anjing-Anjing Menjadi Biru di Zona Chernobyl, Apa yang Terjadi?
Oh Begitu
Rahasia Kodok yang Bisa Berubah Jadi Kuning Neon dalam Dua Hari
Rahasia Kodok yang Bisa Berubah Jadi Kuning Neon dalam Dua Hari
Oh Begitu
77 Kerangka Kristen Awal Ditemukan di Situs Gereja Tertua Aarhus Denmark, Berusia Sekitar 900 Tahun
77 Kerangka Kristen Awal Ditemukan di Situs Gereja Tertua Aarhus Denmark, Berusia Sekitar 900 Tahun
Oh Begitu
Sejarah Halloween dan Día de Muertos, Lahir dari Perkawinan Budaya Kematian Celtic dan Aztec
Sejarah Halloween dan Día de Muertos, Lahir dari Perkawinan Budaya Kematian Celtic dan Aztec
Oh Begitu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau