Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gigi Fosil Ungkap Rahasia Mamalia Purba Hadapi Pemanasan Global 56 Juta Tahun Lalu

Kompas.com - 09/08/2025, 21:30 WIB
Wisnubrata

Penulis

Sumber Sci News

KOMPAS.com - Sekitar 56 juta tahun lalu, Bumi mengalami masa pemanasan global cepat dan pengeringan iklim yang dikenal sebagai Paleocene-Eocene Thermal Maximum (PETM). Periode ini ternyata memicu perubahan tak terduga pada seekor mamalia karnivora purba bernama Dissacus praenuntius — ia mulai memakan lebih banyak tulang.

“Apa yang terjadi selama PETM sangat mirip dengan kondisi sekarang, dan juga kemungkinan di masa depan,” kata Andrew Schwartz, mahasiswa doktoral di Rutgers, State University of New Jersey-New Brunswick. “Kita melihat pola yang sama: kadar karbon dioksida meningkat, suhu lebih tinggi, dan ekosistem terganggu.”

Baca juga: Apa Itu Hewan Karnivora?

Mengungkap Rahasia Lewat Gigi Fosil

Schwartz dan timnya meneliti tekstur aus mikroskopis pada gigi fosil Dissacus praenuntius. Teknik ini dikenal sebagai dental microwear texture analysis, yang mempelajari lubang dan goresan kecil pada permukaan gigi akibat pola makan.

Mamalia purba ini memiliki berat antara 12–20 kg, seukuran anjing jakal atau coyote. Hidup di hutan awal Zaman Senozoikum, Dissacus praenuntius kemungkinan memakan daging, buah, dan serangga.

“Mereka terlihat sekilas seperti serigala dengan kepala besar,” ujar Schwartz. “Giginya mirip dengan hyena, tapi mereka punya kuku kecil di setiap jarinya.”

Baca juga: Hewan Karnivora: Ciri-ciri, Contoh, dan Jenisnya

Dari Pemakan Daging hingga Penggertak Tulang

Sebelum periode PETM, pola makan Dissacus praenuntius mirip cheetah modern, dengan menu utama daging keras. Namun, saat suhu naik, giginya mulai menunjukkan tanda sering menggigit benda keras — kemungkinan tulang.

“Kami menemukan pola aus giginya lebih mirip singa dan hyena,” jelas Schwartz. “Ini menunjukkan mereka memakan makanan rapuh seperti tulang, mungkin karena mangsa biasa semakin kecil atau sulit ditemukan.”

Perubahan ini terjadi bersamaan dengan pengecilan ukuran tubuh yang diduga akibat kelangkaan makanan. Menurut Schwartz, temuan ini menantang hipotesis lama yang menyalahkan suhu panas saja sebagai penyebab mengecilnya tubuh hewan purba. Kekurangan makanan ternyata punya peran lebih besar.

Baca juga: Hidup Dekat Manusia, Karnivora Terancam Kehilangan Insting Berburu

Pelajaran untuk Era Modern

PETM berlangsung sekitar 200.000 tahun, namun dampaknya cepat dan besar terhadap ekosistem. Studi ini memberi gambaran penting untuk masa kini.

“Salah satu cara terbaik untuk memprediksi masa depan adalah melihat masa lalu. Bagaimana hewan berubah? Bagaimana ekosistem merespons?” kata Schwartz.

Penelitian ini juga menyoroti pentingnya fleksibilitas diet. Hewan yang mampu makan berbagai jenis makanan cenderung lebih bertahan saat lingkungan berubah.

“Dalam jangka pendek, menjadi ahli di satu bidang itu bagus,” ujar Schwartz. “Tapi dalam jangka panjang, itu berisiko. Hewan generalis, yang pandai di banyak hal, punya peluang lebih besar untuk bertahan saat lingkungan berubah.”

Contohnya, panda yang hanya makan bambu akan kesulitan jika habitatnya menyusut, sementara jakal atau rakun yang makan apa saja lebih mampu bertahan.

Baca juga: Adaptasi Hewan, Kuda Siberia Mampu Hidup di Suhu -70 Derajat Celsius

Cermin dari Perubahan Iklim Kini

Schwartz menyebut, hal serupa sudah terlihat di era modern.

“Dalam penelitian saya sebelumnya, jakal di Afrika mulai memakan lebih banyak tulang dan serangga, kemungkinan akibat kehilangan habitat dan tekanan iklim,” jelasnya.

Studi ini mengungkap bahwa pemanasan iklim cepat dapat mengubah ekosistem secara drastis, memengaruhi ketersediaan mangsa, dan mengubah perilaku predator. Hal ini menjadi peringatan bahwa perubahan iklim saat ini bisa memicu gangguan serupa pada rantai makanan, memaksa hewan beradaptasi atau punah.

Meski Dissacus praenuntius adalah hewan tangguh yang bertahan 15 juta tahun, pada akhirnya ia punah. Diduga, penyebabnya adalah perubahan lingkungan dan persaingan dengan hewan lain.

Penelitian ini dipublikasikan pada Juni 2025 di jurnal Palaeogeography, Palaeoclimatology, Palaeoecology.

Baca juga: Spesies Baru Mamalia Purba Ditemukan di Inggris: Novaculadon mirabilis

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Supermoon Beaver 5 November Jadi Bulan Purnama Paling Dekat Bumi Sejak 2019
Supermoon Beaver 5 November Jadi Bulan Purnama Paling Dekat Bumi Sejak 2019
Fenomena
Penampakan Jika Seluruh Es Antartika Mencair, Ada Jurang dan Pegunungan
Penampakan Jika Seluruh Es Antartika Mencair, Ada Jurang dan Pegunungan
Oh Begitu
BMKG Konfirmasi 43,8 Persen Wilayah Indonesia Masuk Musim Hujan, Kenali Potensi Cuaca Ekstrem
BMKG Konfirmasi 43,8 Persen Wilayah Indonesia Masuk Musim Hujan, Kenali Potensi Cuaca Ekstrem
Fenomena
Berusia 6 Juta Tahun, Sampel Udara Tertua di Bumi Ditemukan di Es Antartika
Berusia 6 Juta Tahun, Sampel Udara Tertua di Bumi Ditemukan di Es Antartika
Fenomena
Alarm dari Laut: Lumba-Lumba Kena Alzheimer Gegara Limbah Manusia, Ini Bukti Ilmiahnya
Alarm dari Laut: Lumba-Lumba Kena Alzheimer Gegara Limbah Manusia, Ini Bukti Ilmiahnya
Oh Begitu
Teleskop James Webb Bongkar Rahasia Komet 3I/ATLAS: Diselimuti Kerak Radiasi Kosmis Miliaran Tahun
Teleskop James Webb Bongkar Rahasia Komet 3I/ATLAS: Diselimuti Kerak Radiasi Kosmis Miliaran Tahun
Fenomena
Identik dengan Halloween, Labu Ternyata Bisa Simpan Bahan Kimia Beracun
Identik dengan Halloween, Labu Ternyata Bisa Simpan Bahan Kimia Beracun
Oh Begitu
Fosil Badak Salju dari Kutub Utara Ungkap Jembatan Darat Atlantik Kuno
Fosil Badak Salju dari Kutub Utara Ungkap Jembatan Darat Atlantik Kuno
Oh Begitu
Nebula Kelelawar Hantu: ‘Tamu’ Kosmik yang Muncul di Langit Halloween
Nebula Kelelawar Hantu: ‘Tamu’ Kosmik yang Muncul di Langit Halloween
Fenomena
Supermoon Emas November 2025: Purnama Terbesar Sepanjang Tahun
Supermoon Emas November 2025: Purnama Terbesar Sepanjang Tahun
Oh Begitu
Gempa M 5,1 Guncang Laut Sarmi Papua, Tidak Berpotensi Tsunami
Gempa M 5,1 Guncang Laut Sarmi Papua, Tidak Berpotensi Tsunami
Fenomena
Anjing-Anjing Menjadi Biru di Zona Chernobyl, Apa yang Terjadi?
Anjing-Anjing Menjadi Biru di Zona Chernobyl, Apa yang Terjadi?
Oh Begitu
Rahasia Kodok yang Bisa Berubah Jadi Kuning Neon dalam Dua Hari
Rahasia Kodok yang Bisa Berubah Jadi Kuning Neon dalam Dua Hari
Oh Begitu
77 Kerangka Kristen Awal Ditemukan di Situs Gereja Tertua Aarhus Denmark, Berusia Sekitar 900 Tahun
77 Kerangka Kristen Awal Ditemukan di Situs Gereja Tertua Aarhus Denmark, Berusia Sekitar 900 Tahun
Oh Begitu
Sejarah Halloween dan Día de Muertos, Lahir dari Perkawinan Budaya Kematian Celtic dan Aztec
Sejarah Halloween dan Día de Muertos, Lahir dari Perkawinan Budaya Kematian Celtic dan Aztec
Oh Begitu
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau