KOMPAS.com - Keputusan Raja Charles (73) mencopot seluruh gelar kerajaan adiknya, Pangeran Andrew (65), mengejutkan masyarakat Inggris.
Tindakan itu menandai salah satu langkah paling tegas dalam sejarah keluarga kerajaan modern.
Istana Buckingham menyebut langkah ini perlu diambil untuk menjaga kehormatan monarki di tengah skandal yang terus membayangi nama Andrew.
Kini, Andrew tak lagi bergelar Duke of York dan hanya dikenal dengan nama Andrew Mountbatten Windsor.
Baca juga: 30 Tahun Alami Kebutaan, Wanita di Inggris Kini Bisa Melihat Lagi Berkat Implan Mikrochip
Keputusan Raja Charles mencopot gelar Pangeran Andrew disampaikan secara resmi pada Kamis (30/10/2025) malam waktu setempat.
Selain kehilangan gelar, Andrew juga diminta segera meninggalkan Royal Lodge, rumah mewah bersejarah di kawasan Windsor yang selama dua dekade ia tempati.
Ia akan dipindahkan ke hunian pribadi di Sandringham, wilayah Inggris timur.
“Kecaman ini dianggap perlu, meskipun ia terus membantah tuduhan terhadapnya,” ungkap pihak Istana, dikutip dari The Guardian.
Dalam pernyataan yang sama, Istana menegaskan simpati mereka terhadap para korban kasus pelecehan yang terkait dengan mendiang Jeffrey Epstein.
“Yang Mulia ingin menegaskan bahwa pikiran dan simpati terdalam mereka tetap bersama para korban dan penyintas segala bentuk pelecehan,” lanjut pernyataan tersebut.
Langkah ini disebut sebagai bagian dari upaya Raja Charles menjauhkan institusi kerajaan dari citra negatif yang muncul akibat skandal masa lalu Andrew.
Diketahui, Andrew selama ini menjadi sorotan karena hubungan lamanya dengan Epstein, pelaku kejahatan seksual yang sudah meninggal.
Ia sempat membantah semua tuduhan, tetapi reputasinya kian memburuk setelah muncul korespondensi yang menunjukkan ia masih berhubungan dengan Epstein pada 2011.
Baca juga: Kisah Pasien di Inggris Terbangun dari Koma dan Mendadak Fasih Berbahasa Perancis
Menurut Reuters, Jumat (31/10/2025), keputusan mencopot gelar Pangeran Andrew merupakan tindakan paling berani yang dilakukan Raja Charles sejak naik takhta pada 2022.
Keputusan tersebut bukan hanya urusan kelembagaan, tetapi juga persoalan keluarga yang sarat emosi.