Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akademisi Ungkap Tantangan ASEAN Jaga Sentralitas dari Pengaruh China

Kompas.com - 30/09/2025, 18:11 WIB
Yohanes Enggar Harususilo

Penulis

KOMPAS.com - Hubungan antara Tiongkok dan Asia Tenggara dalam tiga dasawarsa terakhir bertransformasi menjadi fenomena geopolitik kompleks dan krusial.

Sejak kepemimpinan Presiden Xi Jinping , Tiongkok secara nyata meningkatkan upaya penanaman pengaruhnya di kawasan melalui persekutuan inisiatif ekonomi, politik, dan diplomatik.

Menurut para pemerhati, langkah ini bertujuan utama menangkal perkembangan yang mengganggu kepentingan nasional Tiongkok, khususnya memperkuat klaim teritorial di Laut China Selatan (LCS) dan Selat Taiwan.

Puncak dari strategi ini adalah mendekati negara yang sedang diwakili oleh Ketua ASEAN—seperti yang dilakukan Malaysia untuk mempengaruhi konteks kawasan.

Meskipun pendekatan pragmatis ini membawa keuntungan, para ahli khawatir kedekatan berlebihan berpotensi menimbulkan sentralitas ASEAN , terutama saat menghadapi tindakan agresif Tiongkok, seperti yang terlihat dalam ketegangan dengan Filipina di LCS.

Dengan demikian, tantangan utama ASEAN adalah menjaga sentralitas dan keseimbangan hubungan dengan kekuatan besar, agar tidak bergantung pada pihak manapun demi menjamin stabilitas dan keberlangsungan di kawasan.

Benang merah ini mengemuka dalam seminar bertajuk “Kepemimpinan Malaysia dan Diplomasi Tiongkok di ASEAN,” yang diselenggarakan di Jakarta (29/9/2025). Seminar dipandu oleh Ratih Kabinawa, peneliti mitra dari University of Western Australia.

Ketua Forum Sinologi Indonesia (FSI) yang juga dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Pelita Harapan (UPH), Johanes Herlijanto menyatakan sejak sekitar tiga dasawarsa lalu China berupaya menangkal setiap perkembangan yang berpotensi mengganggu kepentingan nasionalnya melalui hubungannya dengan ASEAN.

Menurut pemerhati China itu, keinginan RRC memperkuat pengaruhnya di Asia Tenggara makin terlihat sejak Presiden Xi Jinping menduduki posisi kepemimpinan tertinggi di negeri itu.

“China telah menjalankan seperangkat initiasif ekonomi, politik, diplomatic, dan sosial budaya dengan ASEAN dan negara-negara anggotanya untuk meningkatkan citra internasional China, serta memperkuat klaim teritorialnya di Laut China Selatan (LCS) dan Selat Taiwan,” ungkap Johanes.

Baca juga: Jaksa Agung Muda Pidana Militer Dikunjungi Jaksa Militer RRC, Bahas Apa?

Mengutip riset yang sedang dilaksanakan FSI di bawah koordinasi alumni Universitas Western Australia (UWA) Ratih Kabinawa, Johanes menyampaikan pandangan salah satu strategi yang RRC lakukan untuk menanamkan pengaruhnya di Asia Tenggara adalah dengan secara khusus mendekati negara yang sedang mendapat giliran sebagai ketua ASEAN.

Ki-ka: Ketua FSI, Dosen Prodi Komunikasi UPH Johanes Herlijanto, Adjunct Research Fellow University of Western Australia, Ratih Kabinawa, Diplomat Ahli Madya Pusat Strategi Kebijakan Kawasan Asia Pasifik dan Afrika Kemenlu, Eva Kurniati Situmorang; dan Pemerhati Hubungan Internasional UI Broto Wardoyo.DOK. FSI Ki-ka: Ketua FSI, Dosen Prodi Komunikasi UPH Johanes Herlijanto, Adjunct Research Fellow University of Western Australia, Ratih Kabinawa, Diplomat Ahli Madya Pusat Strategi Kebijakan Kawasan Asia Pasifik dan Afrika Kemenlu, Eva Kurniati Situmorang; dan Pemerhati Hubungan Internasional UI Broto Wardoyo.

“Hal ini karena posisi sebagai ketua ASEAN merupakan posisi yang sangat strategis, khususnya dalam membangun konsensus, mempersiapkan agenda, dan melakukan resolusi konflik dan mediasi diplomatik,” papar Johanes.

Menurutnya, kedekatan antara Malaysia dengan RRC menjadi salah satu kunci dari keberhasilannya sebagai ketua ASEAN tahun ini dalam memediasi konflik yang terjadi antara Thailand dan Kamboja.

Dia mengingatkan keberhasilan itu merupakan buah dari upaya perimbangan yang dilakukan Malaysia, baik dalam menjaga kedekatan dengan RRC maupun dengan kekuatan-kekuatan lainnya, termasuk dengan Amerika Serikat (AS).

Dengan kata lain, Johanes beranggapan upaya menjaga perimbangan hubungan dengan berbagai kekuatan besar adalah sangat penting. Meski demikian, kedekatan berlebihan dengan RRC juga berpotensi menyebabkan ASEAN menjadi lemah, khususnya dalam ketegangan-ketegangan yang secara langsung melibatkan RRC.

Baca juga: Kunker ke Sichuan, Puan Dorong Peningkatan Kerja Sama RI-RRC

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau