KOMPAS.com - Puasa 48 jam termasuk jenis puasa intermiten dengan jangka panjang.
Puasa ini diklaim memiliki beberapa manfaat kesehatan, meliputi menurunkan berat badan dan memperlambat penuaan (anti-aging).
Apa saja klaim manfaat menurut studi? Berikut artikel ini akan mengulasnya.
Baca juga: Ashanty Bagikan Pengalaman Puasa 120 Jam, Ini Kata Dokter...
Puasa 48 jam adalah bentuk puasa intermiten yang lebih panjang, yang melibatkan penghentian konsumsi makanan selama dua hari penuh.
Namun, Anda tetap bisa mengonsumsi cairan tanpa kalori, seperti air putih, teh, atau kopi hitam.
Hal itu mencegah Anda mengalami dehidrasi dan agar bisa tetap beraktivitas selama puasa.
Mengutip Medical News Today, puasa ini memanfaatkan ritme alami tubuh dengan berfokus pada penggunaan simpanan energi tubuh untuk membakar lemak.
Di sisi lain, kondisi ini memberikan tubuh kesempatan untuk melakukan perbaikan selular dan detoksifikasi.
Metode ini sangat bisa membantu seseorang untuk menurunkan berat badan.
Namun, klaim potensi manfaatnya tidak hanya itu.
Baca juga: Puasa Intermiten 4:3 Efektif Turunkan Berat Badan
Puasa 48 jam dapat berfungsi sebagai cara memperbaiki tubuh dengan mengistirahatkan sejenak sistem pencernaan
Disarikan dari Medical News Today dan Healthline, potensi manfaat puasa panjang ini meliputi:
Puasa 48 jam merangsang proses yang disebut autophagy, yakni mekanisme alami tubuh untuk menghapus dan mendaur ulang sel-sel yang sudah tidak berfungsi.
Itu adalah proses penting untuk regenerasi jaringan tubuh.
Autophagy dapat memperlambat penuaan jaringan dan membantu mendukung peluang hidup panjang umur secara keseluruhan, seperti yang dibuktikan dalam penelitian Roya Shabkhizan, Sanya Haiaty, dkk., (2023) di PubMed Central.
Peradangan dalam tubuh yang berukuarang adalah manfaat puasa panjang yang paling berpengaruh pada kesehatan.
Studi menunjukkan bahwa puasa dapat menurunkan kadar peradangan dalam tubuh, yang berhubungan dengan risiko penyakit jantung, arthritis, dan kanker.
Puasa 48 jam, yang mengarah pada pengurangan stres oksidatif, memungkinkan tubuh untuk mengurangi peradangan yang berhubungan dengan gangguan metabolisme.
Baca juga: Studi: Olahraga dan Puasa Intermiten Signifikan Turunkan Berat Badan
Insulin adalah hormon yang berfungsi dalam penyimpanan karbohidrat, protein, dan lemak.
Karbohidrat dan lemak merupakan sumber energi pilihan tubuh.
Puasa 48 jam juga berpotensi bisa meningkatkan sensitivitas insulin, yang berarti tubuh akan lebih efisien dalam mengatur kadar gula darah.
Menurut Healthline, saat tubuh berpuasa, glikogen (simpanan karbohidrat) terkuras dan insulin menurun.
Hal itu memungkinkan tubuh untuk membakar lemak sebagai sumber energi, sehingga lemak tubuh yang tersimpan lebih mudah digunakan.
Oleh karenanya, puasa panjang dianggap sangat bermanfaat bagi mereka yang ingin mengelola berat badan atau mencegah diabetes tipe 2.
Puasa 48 jam mempermudah proses pembakaran lemak dalam tubuh, sehingga bermanfaat untuk menurunkan berat badan.
Dalam studi Takayuki Teruya, Romanas Chaleckis, dkk., (2019), ditemukan bahwa puasa panjang bisa meningkatkan metabolisme dan meningkatkan aktivitas antioksidan.
Jika puasa dilakukan secara teratur dengan mengatur pola makan sehat, puasa 48 jam dinilai dapat menjadi bagian dari strategi jangka panjang untuk menurunkan berat badan.
Namun, Daniel Preiato, RD, CSCS dari Healthline menyarankan puasa 48 jam hanya dilakukan 1-2 kali per bulan.
Demikianlah sejumlah manfaat puasa 48 jam. Meskipun begitu, penelitian khusus tentang puasa panjang ini masih terbatas.
Baca juga: Adakah Manfaat Puasa Ramadhan untuk Kesehatan Lambung? Ini Penjelasannya...
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini