Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Seseorang Bisa Alergi Makanan? Ini Penjelasan Dokter

Kompas.com - 25/04/2025, 11:07 WIB
Ida Setyaningsih

Penulis

KOMPAS.com - Alergi makanan menjadi salah satu penyebab gangguan kesehatan yang kerap dialami berbagai usia. Meski terlihat sepele, reaksi alergi dapat menimbulkan gejala ringan seperti gatal-gatal, hingga gejala berat yang membahayakan nyawa seperti sesak napas atau syok anafilaksis.

Menurut dr. Rizki Azaria, MMR, alergi terjadi saat sistem kekebalan tubuh bereaksi berlebihan terhadap zat tertentu yang dikenal sebagai alergen. Zat ini bisa berasal dari bahan kimia dalam makanan, kosmetik, debu, polusi, atau bahkan obat-obatan tertentu.

“Alergi makanan, atau hipersensitivitas makanan, adalah kondisi ketika seseorang mengalami reaksi abnormal terhadap makanan tertentu. Reaksi bisa muncul setelah tubuh terpapar alergen dalam jumlah cukup banyak atau setelah paparan berulang,” kata Rizki.

Baca juga: Mengapa Alergi Makanan Baru Muncul Saat Dewasa?

Bagaimana alergi makanan terjadi?

Pada kondisi normal, sistem kekebalan tubuh berfungsi untuk melindungi tubuh dari ancaman berbahaya seperti virus dan bakteri. Namun, pada orang dengan alergi makanan, sistem ini keliru mengenali zat tertentu dari makanan sebagai ancaman.

Akibatnya, tubuh memproduksi antibodi imunoglobulin E (IgE) yang memicu pelepasan senyawa histamin. Histamin inilah yang kemudian menimbulkan gejala alergi seperti ruam, gatal, mual, bahkan gangguan pernapasan.

Mengutip Cleveland Clinic, beberapa makanan yang paling sering menyebabkan alergi antara lain susu, telur, ayam potong, kacang tanah, kacang pohon (seperti kenari), ikan, kerang, gandum, dan kedelai.

Baca juga: 5 Gejala Alergi Makanan yang Perlu Diwaspadai

Namun, tak hanya dari bahan alami, bahan kimia tambahan dalam makanan juga dapat menjadi pemicu. Beberapa zat tambahan yang umum menimbulkan reaksi alergi meliputi:

  • Monosodium glutamat (MSG)
  • Sodium nitrat
  • Butylated hydroxyanisole (BHA)
  • Butylated hydroxytoluene (BHT)
  • Fruktosa
  • Aspartam
  • Propyl gallate
  • Natrium benzoat
  • Tartrazine (pewarna makanan kuning)

“Tubuh seseorang bisa saja menerima alergen dalam jumlah kecil tanpa menunjukkan reaksi. Namun ketika batas toleransi terlampaui, barulah muncul reaksi alergi,” ujar Rizki.

Baca juga: Mengapa Orang yang Alergi Makanan Semakin Banyak?

Waspadai reaksi berat: anafilaksis

Pada sebagian orang, reaksi alergi bisa sangat parah dan disebut anafilaksis. Ini adalah kondisi gawat darurat medis yang dapat mengancam nyawa bila tidak segera ditangani.

Beberapa gejala anafilaksis yang perlu diwaspadai meliputi:

  • Sesak napas
  • Tenggorokan terasa mengganjal atau bengkak
  • Jantung berdebar cepat
  • Penurunan tekanan darah
  • Pusing atau bahkan hilang kesadaran

Menurut American Academy of Allergy, Asthma & Immunology (AAAAI), risiko anafilaksis lebih tinggi pada orang yang memiliki riwayat asma, remaja, dan mereka yang terlambat diberikan epinefrin saat gejala alergi muncul.

Baca juga: Alergi Makanan Juga Bisa Menurun

Pencegahan dan penanganan alergi makanan

Untuk mencegah reaksi alergi, kenali makanan atau zat yang menjadi pemicu. Membaca label makanan dan bertanya tentang kandungan makanan saat makan di luar adalah langkah penting. Bagi penderita alergi berat, membawa autoinjektor epinefrin (EpiPen) saat bepergian sangat disarankan.

Jika Anda atau orang di sekitar menunjukkan gejala anafilaksis, segera hubungi layanan darurat medis untuk mendapatkan pertolongan secepatnya.

 

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini


Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau