KOMPAS.com – Vitamin B6 dikenal penting untuk menjaga fungsi otak dan sistem saraf tetap sehat.
Namun, konsumsi berlebihan vitamin ini justru bisa menimbulkan masalah kesehatan serius, salah satunya keracunan yang dapat merusak saraf tepi atau peripheral neuropathy.
Kondisi ini telah menarik perhatian publik setelah kasus Simon Bogemann terungkap. Ia mengalami gangguan saraf akibat mengonsumsi suplemen magnesium dan multivitamin yang mengandung vitamin B6 dalam jumlah tinggi.
Baca juga: Diduga Picu Keracunan karena Kandungan Vitamin B6 Berlebih, Produk Blackmores Digugat di Australia
Keracunan vitamin B6 terjadi ketika kadar vitamin ini di dalam darah melampaui batas kebutuhan tubuh, biasanya akibat konsumsi suplemen atau makanan yang diperkaya (fortifikasi) secara berlebihan.
“Dulu vitamin B6 dianggap tidak bisa menyebabkan overdosis karena larut air, tetapi ternyata bisa disimpan dalam tubuh dan menyebabkan dampak toksik,” ujar Dr. Terri-Lynne South, dokter umum dan juru bicara Royal College of General Practitioners, seperti dikutip dari Guardian.
Salah satu dampak yang bisa muncul adalah kerusakan saraf di bagian tangan dan kaki, seperti kesemutan, nyeri, mati rasa, hingga gangguan motorik. Gejala ini bersifat tidak spesifik, sehingga seringkali sulit diidentifikasi sejak awal.
Baca juga: BPOM Pastikan Produk Blackmores yang Diduga Picu Keracunan di Australia Tak Terdaftar di Indonesia
Vitamin B6 secara alami terdapat dalam berbagai bahan makanan seperti ikan, ayam, kentang, kacang-kacangan, pisang, dan sereal. Asupan dari makanan alami ini umumnya tidak menimbulkan efek samping.
Namun, vitamin B6 juga banyak ditemukan dalam bentuk suplemen seperti multivitamin, suplemen magnesium, zinc, serta minuman energi dan sereal sarapan yang difortifikasi. Di sinilah risiko konsumsi berlebihan sering terjadi.
“Tubuh hanya membutuhkan sekitar 1 mg vitamin B6 per hari,” jelas South.
Dengan banyaknya produk yang mengandung B6 dalam bentuk berbeda seperti piridoksin, piridoksal, atau piridoksamin, masyarakat sering tidak sadar sudah mengonsumsi terlalu banyak.
Baca juga: BPOM Tindak Penjualan Suplemen Blackmores Super Magnesium+ yang Tak Berizin di Indonesia
Keracunan vitamin B6 dapat menimbulkan:
Dalam kasus lebih parah, gejala seperti ataksia (kehilangan koordinasi otot) dan hilangnya refleks juga dapat terjadi.
“Meski belum tentu semua gejala ini langsung berarti keracunan B6, pemeriksaan darah bisa membantu menegakkan diagnosis,” imbuh South.
Baca juga: Peran Vitamin B untuk Menurunkan Risiko Neuropati Diabetik Perifer
Vitamin B6 memiliki manfaat yang penting untuk kesehatan, antara lain:
Kendati bermanfaat, konsumsi suplemen vitamin B6 harus dikontrol dengan ketat.
Dilansir dari Mayo Clinic, dosis harian vitamin B6 sebaiknya tidak melebihi 1,7 mg untuk pria dan 1,5 mg untuk wanita di atas usia 50 tahun.
Untuk menghindari risiko toksisitas, masyarakat diimbau untuk:
Baca juga: Vitamin B12: Waktu yang Tepat untuk Konsumsi dan Maksimalkan Manfaatnya
Beberapa obat dapat berinteraksi dengan vitamin B6, termasuk levodopa (untuk penyakit Parkinson), obat antikejang seperti fenitoin, dan beberapa jenis kemoterapi.
Karena itu, penting untuk berdiskusi dengan dokter sebelum menggunakan suplemen vitamin B6 secara rutin.
Disclaimer: Artikel ini disusun untuk tujuan edukasi dan bukan pengganti nasihat medis profesional. Apabila Anda mengalami gejala yang mencurigakan atau sedang mengonsumsi suplemen vitamin B6 dalam jumlah besar, konsultasikan dengan dokter atau apoteker untuk penanganan yang sesuai.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini