KOMPAS.com – Gugatan hukum terhadap sebuah perusahaan suplemen asal Australia memicu kembali perhatian publik terhadap risiko konsumsi vitamin B6 berlebih.
Class action ini diajukan oleh sejumlah warga yang mengaku mengalami gangguan kesehatan, diduga akibat kandungan vitamin B6 yang terlalu tinggi dalam produk suplemen tersebut.
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas IPB, dr Widya Khairunnisa Sarkowi, MSc, menekankan bahwa meski vitamin B6 memiliki peran penting bagi tubuh, penggunaannya dalam bentuk suplemen harus disesuaikan dengan kebutuhan.
“Vitamin ini berperan dalam berbagai proses metabolisme penting, seperti pembentukan zat kimia di otak, metabolisme asam amino dan glukosa, produksi hemoglobin dalam sel darah merah, hingga mendukung kekebalan tubuh,” kata Widya, dilansir dari laman IPB University, Selasa (29/7/2025).
Baca juga: Diduga Picu Keracunan karena Kandungan Vitamin B6 Berlebih, Produk Blackmores Digugat di Australia
Vitamin B6 paling umum dijumpai dalam bentuk pyridoxine, yang kerap ditambahkan ke dalam multivitamin, suplemen magnesium, serta produk fortifikasi seperti minuman energi dan sereal sarapan. Konsumsi berlebih dari sumber-sumber ini dapat menimbulkan efek samping serius.
Widya menjelaskan, kebutuhan harian vitamin B6 bagi orang dewasa berkisar antara 1,3 – 1,7 mg per hari.
Dalam kondisi pola makan yang baik, asupan harian tersebut biasanya sudah dapat tercukupi dari makanan alami seperti ayam, ikan, kacang-kacangan, pisang, dan ubi.
Namun, jika suplemen dikonsumsi hingga melebihi 250 mg per hari, kelebihan vitamin B6 akan terakumulasi dalam tubuh dan menyebabkan kerusakan saraf tepi.
“Gejalanya disebut neuropati sensorik, ditandai keluhan kesemutan, mati rasa, gangguan keseimbangan, bahkan kelemahan otot,” tegasnya.
Baca juga: BPOM Pastikan Produk Blackmores yang Diduga Picu Keracunan di Australia Tak Terdaftar di Indonesia
Dilansir dari The Guardian, kasus seorang pria bernama Simon Bogemann menjadi sorotan setelah ia mengalami kerusakan saraf akibat konsumsi suplemen B6 secara rutin.
Awalnya, ia tidak menghubungkan rasa nyeri pada tangan dan kakinya dengan vitamin, hingga akhirnya tes darah menunjukkan kadar B6 yang jauh melebihi normal.
Dr. Terri-Lynne South, dokter umum dan juru bicara Royal College of General Practitioners di Australia, menjelaskan bahwa vitamin B6, meskipun bersifat larut air, ternyata dapat disimpan tubuh dan menyebabkan toksisitas bila dikonsumsi dalam jumlah besar.
“Tingginya kadar B6 dalam darah dapat merusak saraf perifer, terutama di tangan dan kaki. Gejalanya bisa berupa nyeri, kesemutan, hingga kehilangan kemampuan motorik,” jelas South.
Ia menyebut batas aman konsumsi harian B6 sebaiknya tidak melebihi 50 mg. Bahkan, dalam beberapa kasus, jumlah di bawah itu pun dapat menimbulkan gejala pada individu tertentu.
Baca juga: BPOM Tindak Penjualan Suplemen Blackmores Super Magnesium+ yang Tak Berizin di Indonesia
Widya menegaskan pentingnya membaca label dan memperhatikan dosis saat membeli suplemen.
Ia menyarankan, bila seseorang sudah menjalani pola makan bergizi seimbang, maka tambahan suplemen kerap kali tidak dibutuhkan lagi.
“Suplemen harus digunakan sebagai pelengkap, bukan pengganti makanan sehat. Jika ingin mengonsumsi beberapa jenis vitamin sekaligus, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter atau ahli gizi,” imbaunya.
Penggunaan vitamin B6 secara berlebihan, bahkan tanpa gejala awal yang jelas, tetap berisiko.
Pemeriksaan darah dapat membantu memastikan apakah keluhan neurologis yang dialami berkaitan dengan toksisitas B6 atau penyebab lain.
Baca juga: Keracunan Vitamin B6 Bisa Ganggu Saraf, Begini Penjelasan dan Cara Mencegahnya
Sebagai respons terhadap peningkatan kasus, otoritas obat di Australia, Therapeutic Goods Administration (TGA), mengusulkan agar produk dengan kandungan B6 lebih dari 50 mg hanya bisa dibeli melalui apotek dengan pengawasan tenaga kesehatan.
Langkah ini dinilai penting mengingat berbagai produk seperti multivitamin, minuman energi, dan formula penurun berat badan sering kali mengandung B6 dalam jumlah besar, tanpa disadari konsumen.
“Kesimpulannya, vitamin B6 memang penting, tetapi semua yang berlebihan tetap membawa risiko,” kata Widya.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini