LANGLEY, KOMPAS.com – Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat (CIA) memecat sejumlah besar pegawai baru dalam pekan ini. Langkah ini dilaporkan oleh Reuters pada Jumat (7/3/2025), dengan mengutip sumber yang mengetahui keputusan tersebut.
Sejumlah pejabat intelijen AS, baik yang masih aktif maupun yang sudah pensiun, memperingatkan bahwa kebijakan ini dapat membahayakan keamanan nasional AS.
Pemecatan ini dilakukan di bawah kepemimpinan Direktur CIA yang baru, John Ratcliffe, yang ditunjuk oleh Presiden AS, Donald Trump.
Baca juga: 40.000 PNS di AS Resign Massal Sesuai Perintah Trump, Termasuk CIA
Langkah tersebut sejalan dengan kebijakan pemerintahan Trump yang melakukan pemangkasan besar-besaran terhadap pegawai federal.
Program ini dipimpin oleh miliarder Elon Musk melalui Departemen Efisiensi Pemerintah (Department of Government Efficiency/DOGE), yang juga berada di bawah kendalinya.
Sumber Reuters menyebutkan bahwa para pegawai baru CIA, yang masih dalam masa percobaan, bekerja di berbagai bidang dan diberhentikan karena alasan kinerja.
Namun, sumber itu menolak menyebutkan jumlah pasti pegawai yang terkena dampak, hanya menegaskan bahwa jumlahnya cukup signifikan.
Juru bicara CIA mengonfirmasi adanya proses peninjauan terhadap pegawai baru yang masih dalam dua tahun pertama masa tugas mereka.
“Di CIA, kami melakukan evaluasi terhadap personel yang masih dalam dua tahun pertama masa tugas mereka di lembaga ini,” kata juru bicara tersebut.
“Bagi sebagian personel, proses ini akan berujung pada pemecatan. Para perwira kami bekerja di lingkungan yang dinamis dan berisiko tinggi. Tidak semua orang cocok untuk pekerjaan ini.”
Namun, di sejumlah lembaga lain yang mengalami pemangkasan pegawai dalam rangka restrukturisasi pemerintahan federal, ditemukan bahwa beberapa pegawai yang diberhentikan sebenarnya memiliki ulasan kinerja yang sangat baik sebelum mereka dipecat.
Hal ini terungkap berdasarkan wawancara dan dokumen yang diperoleh Reuters.
Baca juga: Ini Penyebab Pengunduran Diri Massal di CIA Menurut Direktur
Pemecatan besar-besaran pegawai CIA, termasuk mereka yang masih dalam masa percobaan, dikhawatirkan akan berdampak pada efektivitas pengumpulan dan analisis intelijen di lembaga tersebut.
Seorang pejabat intelijen AS yang enggan disebutkan namanya menyebut bahwa apabila pemecatan ini terus berlangsung, akan dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk memulihkan kondisi akibat lamanya proses perekrutan dan pelatihan agen baru.
“Kami harus memiliki arus perekrutan perwira yang stabil dalam jalur pelatihan agar misi kami tetap berjalan,” ujar pejabat itu.
“Kesenjangan seperti ini akan merusak kemampuan kami dalam menjalankan misi keamanan nasional yang krusial selama bertahun-tahun ke depan.”
Daniel Hoffman, mantan perwira senior dinas rahasia CIA, juga menyampaikan kekhawatiran serupa. Menurutnya, pemecatan ini dapat menghilangkan satu generasi perwira intelijen yang telah direkrut dan dilatih selama bertahun-tahun.
“Pemangkasan staf di bawah pemerintahan Bill Clinton dulu menghancurkan komunitas intelijen... lalu terjadilah serangan 9/11, dan kita tidak siap,” ujarnya.
“Jadi, sebenarnya berapa banyak yang dihemat, dan risiko apa yang kita hadapi dengan memangkas generasi perwira berikutnya?” tambah Hoffman.
Baca juga: Alasan CIA Tawarkan Pengunduran Diri Massal dan Akan Beri Pesangon ke Pegawai
Bulan lalu, CIA, atas arahan Gedung Putih, meninjau kembali jajarannya dan mengirim e-mail ke Kantor Manajemen Personalia (Office of Personnel Management/OPM) dengan daftar pegawai percobaan. Daftar tersebut hanya mencantumkan huruf pertama nama depan dan nama belakang mereka.
Namun, e-mail tersebut menimbulkan kekhawatiran di kalangan anggota parlemen di Capitol Hill dan di dalam CIA sendiri.
Ada kekhawatiran bahwa identitas pegawai yang dipecat bisa bocor atau bahkan jatuh ke tangan musuh asing, yang berpotensi membahayakan keselamatan mereka.
Tahun 2015, OPM pernah mengalami peretasan oleh kelompok peretas asal China. Insiden ini mengakibatkan pencurian data sensitif jutaan pegawai Pemerintah AS, baik yang sedang bertugas maupun yang sudah pensiun. Meski demikian, China membantah terlibat dalam peretasan tersebut.
Seorang pejabat intelijen AS menyebut bahwa daftar pegawai CIA yang dikirimkan ke OPM “hampir pasti” akan membuka celah bagi pengungkapan identitas rahasia staf CIA.
“China pasti akan menemukan cara untuk melengkapi data nama-nama tersebut. Mereka kemudian akan menggunakan informasi itu untuk melemahkan operasi kita dan kemungkinan besar membagikannya dengan sekutu mereka,” ujarnya.
Pemecatan ini kali pertama dilaporkan oleh The New York Times. Hingga saat ini, anggota Komite Intelijen di DPR dan Senat disebut belum menerima pemberitahuan resmi terkait kebijakan tersebut.
Sumber yang mengetahui masalah ini menyebut bahwa mereka akan mencari lebih banyak informasi dari CIA dalam beberapa hari mendatang.
Baca juga: CIA Tawarkan Pesangon ke Pegawai untuk Pengunduran Diri Massal
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang