Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Rania Wahyono
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Rania Wahyono adalah seorang yang berprofesi sebagai Wiraswasta. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Kapan Waktu yang Tetap untuk Memulai Investasi?

Kompas.com - 28/04/2025, 13:27 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Banyak yang langsung FOMO ketika tahu harga emas naik dan lalu terpikir untuk investasikannya. Tetapi, ada juga yang sudah lama kemudian menambahkannya lagi. Intinya: semua ingin dapat cuan dari kilau emas.

Emas memang sering dianggap aset yang aman. Cocok buat melindung nilai saat inflasi naik atau ekonomi goyang dan sering kali ini bisa jadi Save Heaven setiap kali market lagi nggak stabil.

Ini mengingatkan ketika tahun 2020 pandemi Covid-19, harga emas naik 36 % dalam 7 bulan. Sama halnya ketika global financial crisis tahun 2008 sampai 2009, emas mengalami kenaikan sekitar 35 persen.

Saya sendiri juga sudah lama berinvestasi emas batangan sejak dulu, sejak harga per gramnya masih dibawah satu juta rupiah. 

Akan tetapi yang kini jadi pertanyaan adalah apakah emas menjadi satu-satunya pilihan terbaik dan satu-satunya cara agar uang kita berkembang? Jawabannya: jelas tidak.

Karena faktanya, return emas tidak terlalu besar, ya gitu-gitu aja. Rata-rata 3 sampai 10 persen setahun.

Tidak menghasilkan pasive income. Kenaikan harga bisa lambat dalam periode normal, hanya naik kalau kondisi global lagi rame. Kalau beli secara fisik, perlu mikirin tempat penyimpanan dan keamanannya.

Jadi, kalau tujuannya untuk ke jangka panjang, kita butuh lebih dari sekadar logam mulia.

Namun pertanyaannya, mengapa investasi itu penting? Jenis investasi apa yang bisa menjadi alternatif guna memberikan pendapatan yang sesuai dengan kebutuhan di masa depan. Yuk, kita bahas!

Mengapa Harus Berinvestasi?

Alasan utamanya adalah inflasi, yaitu kenaikan harga barang dan jasa dari waktu ke waktu. Dalam skala tahunan, inflasi di Indonesia bisa mencapai 3–5% dan kadang lebih tinggi jika terjadi krisis global atau lonjakan harga energi dan pangan. 

Setiap tahun, harga barang dan jasa mengalami kenaikan. Ini hal yang wajar dan terjadi di seluruh dunia. Tapi dampaknya nyata banget, daya beli dan uang kita terus menurun.

Dulu beli nasi bungkus komplit dengan lauk cukup sepuluh ribu, sekarang bisa sampai dua puluh lima ribu rupiah. Biaya sekolah, harga rumah, sampai skincare juga naik terus setiap tahun. Uang sejuta hari ini gak akan cukup buat beli barang yang sama lima tahun lagi.

Kalau uang cuma didiamkan, nilai riilnya akan diam-diam terus menyusut. Di sinilah investasi memainkan peran penting. Supaya uang tidak sekadar diam, tapi berkembang dan bahkan bisa mengalahkan inflasi.

Jenis-jenis Investasi

Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan dimasa yang akan datang. Beberapa alternatif investasi bisa menjadi pertimbangkan selain emas.

Kabar baiknya, investasi sekarang jauh lebih mudah diakses dibanding zaman dulu melalui berbagai platform investasi di ponsel.

Kita sudah bisa mulai investasi hanya dengan jumlah rupiah kecil. Pilihannya pun beragam dari yang low risk low return sampai yang high risk high return, yang bisa dipilih sesuai profil risiko dan tujuan hidup kita.

1. Properti 

Investasi di bidang properti adalah salah satu investasi jadul yang paling populer dan dianggap stabil, terutama di kalangan masyarakat yang menginginkan aset nyata yang terlihat secara fisik.

Tanah, rumah, apartemen, kos-kosan hingga ruko adalah contoh aset properti yang tidak hanya bisa digunakan sendiri, tetapi juga berpotensi menghasilkan keuntungan dalam jangka panjang.

Salah satu daya tarik utama investasi properti adalah nilainya yang cenderung naik dari waktu ke waktu.

Selama berada di lokasi yang strategis dan berkembang, harga properti bisa melonjak tajam dalam beberapa tahun. Selain itu, properti bisa memberikan penghasilan pasif jika disewakan. 

Namun, investasi properti juga memiliki kelemahan. Salah satu kendala utamanya adalah kebutuhan modal yang besar ratusan juta hingga milyaran di awal.

Halaman:

Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Mencari Kandidat Pengganti Nasi, Sorgum sebagai Solusi?
Mencari Kandidat Pengganti Nasi, Sorgum sebagai Solusi?
Kata Netizen
Perang Ego, Bisakah Kita Menghentikannya?
Perang Ego, Bisakah Kita Menghentikannya?
Kata Netizen
Berpenampilan Menarik, Bisa Kerja, dan Stereotipe
Berpenampilan Menarik, Bisa Kerja, dan Stereotipe
Kata Netizen
Jelang Bagikan Rapor, Wali Murid Boleh Beri Hadiah?
Jelang Bagikan Rapor, Wali Murid Boleh Beri Hadiah?
Kata Netizen
Delayed Gratification, Dana Pensiun, dan Masa Tua
Delayed Gratification, Dana Pensiun, dan Masa Tua
Kata Netizen
Memaknai Idul Kurban dan Diplomasi Kemanusiaan
Memaknai Idul Kurban dan Diplomasi Kemanusiaan
Kata Netizen
Sudah Sejauh Mana Pendidikan Kita Saat Ini?
Sudah Sejauh Mana Pendidikan Kita Saat Ini?
Kata Netizen
Masihkah Relevan Peran dan Tugas Komite Sekolah?
Masihkah Relevan Peran dan Tugas Komite Sekolah?
Kata Netizen
Masa Muda Sejahtera dan Tua Bahagia, Mau?
Masa Muda Sejahtera dan Tua Bahagia, Mau?
Kata Netizen
Jebakan Frugal Habit, Sudah Mencoba Hemat Tetap Saja Boncos
Jebakan Frugal Habit, Sudah Mencoba Hemat Tetap Saja Boncos
Kata Netizen
Indonesia dan Tingkat Kesejahteraan Tertinggi di Dunia
Indonesia dan Tingkat Kesejahteraan Tertinggi di Dunia
Kata Netizen
Mendesak Sistem Pendukung dan Lingkungan Adaptif bagi Difabel
Mendesak Sistem Pendukung dan Lingkungan Adaptif bagi Difabel
Kata Netizen
Sedia Dana Pensiun Sebelum Waktunya Tiba
Sedia Dana Pensiun Sebelum Waktunya Tiba
Kata Netizen
Tren Berolahraga, Ikut Tanpa Perlu dengan Ekstrem
Tren Berolahraga, Ikut Tanpa Perlu dengan Ekstrem
Kata Netizen
Aslinya Baik, Sedangkan di Media Sosial Kok Berbuat Jahat?
Aslinya Baik, Sedangkan di Media Sosial Kok Berbuat Jahat?
Kata Netizen
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau