Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Diantika IE
Penulis di Kompasiana

Blogger Kompasiana bernama Diantika IE adalah seorang yang berprofesi sebagai Penulis. Kompasiana sendiri merupakan platform opini yang berdiri sejak tahun 2008. Siapapun bisa membuat dan menayangkan kontennya di Kompasiana.

Berpenampilan Menarik, Bisa Kerja, dan Stereotipe

Kompas.com - 05/06/2025, 21:10 WIB

Konten ini merupakan kerja sama dengan Kompasiana, setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.com

Ada sedikit kabar gembira ketika prasyarat kerja tentang pembatasan usia dan berpenampilan menarik dihapuskan. 

Tentu saja ini adalah sebuah angin segar bagi para pencari kerja yang sebelumny amungkin sering sekali berbenturan dengan kedua syarat tersebut.

Selain memberikan batasan usia maksimal, syarat melamar kerja di beberapa perusahaan mencantumkan prasyarat bahwa calon pelamarnya harus memiliki penampilan yang menarik alias good looking

Tentu saj kini semakin mempersempit kesempatan para pelamar kerja. Selain usianya mungkin sudah melebihi batasan, syarat good looking juga cukup membuat gamang.

Bagi beberapa orang yang ditakdirkan tidak memenuhi syarat good looking itu sendiri sudah tentu merasa minder duluan sebelum akhirnya melayangkan lamaran pekerjaan. 

Padahal dalam hati para pencari kerja, tentu saja sudah tertanam tekad bulat jika diterima kerja maka akan bekerja dengan sungguh-sungguh dengan penuh tanggung jawab. Karena memang butuh sekali dengan pekerjaan. 

Kalau saja mau main-main di tempat kerja, buat apa susah payah nyari kerja? Apa boleh buat, mereka harus bersaing dengan pria dan wanita dengan spek foto model. 

Sebenarnya apa batasan seseorang dikatakan good looking?

Good looking sendiri merupakan batasan yang terbentuk oleh pendapat banyak orang tentang sesuatu yang enak dipandang dari sosok manusia yang akhirnya menggiring opini publik. 

Bahwa seseorang yang dikatakan good looking adalah ia yang memenuhi kenyamanan mata ketika memandang dan memiliki pembawaan diri yang menarik. Ramah, senyum yang manis, dan gestur tubuh yang pas.

Seangkan dari segi fisik, bagi perempuan, seperti tubuh tinggi semampai, hidung mancung, kulit terang atau kuning langsat, mata bulat seperti Barbie, senyum manis kalau bisa ada lesung pipinya bisa dikatakan sebagai tampilan yang good looking. 

Sementara untuk para pria, haruslah tinggi atletis, kulit bersih terang, bentuk wajah yang menarik, alis tebal dan ... silakan ditambahkan sendiri.

Orang-orang yang memenuhi kriteria keindahan pandangan alias good looking cenderung memiliki kesempatan lebih untuk dipilih sebagai karyawan daripada mereka yang bertubuh tambun, kulit gelap, dan hal lain yang dianggap tidak memenuhi kriteria good looking itu sendiri.

Lantas apakah penampilan good looking bisa menjamin etos kerja yang baik di kantor?

Nyatanya, tidak ada orang yang benar-benar sempurna baik tampilan maupun tabiat. Lagi pula, kita tidak boleh memilah-milah fisik manusia. Bukankah Tuhan telah membuat sebaik-baiknya bentuk pada setiap ciptaan-Nya?

Tidak selamanya orang yang berpenampilan good looking etos kerjanya lebih baik. Pun sebaliknya. Punya tampilan biasa saja, bukan berarti seseorang tidak memiliki loyalitas dan etos kerja yang baik.

Karena tidak sedikit orang yang memiliki penampilan biasa tetapi memiliki etos kerja yang luar biasa. Ia pekerja keras, disiplin juga cerdas. Daripada yang memiliki tampilan yang mungkin lebih good looking ia lebih bisa diandalkan dan bertanggung jawab.

Sebaliknya, tidak sedikit pula mereka yang berpenampilan oke, tetapi kurang bertanggung jawab, dan kurang bisa diandalkan dalam bekerja. 

Bahkan, barangkali kita sendiri pernah menemukan orang yang memiliki paras cantik/tampan dengan sikap yang arogan dan licik, atau cara bicara dan tatakrama yang kurang bisa diterima, bahkan tidak memiliki kecerdasan dan skill yang sebanding dengan tampilannya yang rupawan.

Keseriusan dan skill adalah modal dasar untuk seorang karyawan.

Tanpa harus membedakan mana yang good looking dan bukan, sejatinya modal terbaik untuk bekerja adalah keseriusan dan skill dalam bekerja.

Jika dua hal itu sudah menetap tinggal dalam hati pelamar kerja, maka tidak harus meragukan loyalitas pekerjanya.

Keseriusan dan skill dapat dilihat ketika proses training atau dilihat dari portofolio calon pelamar kerja. 

Perusahaan dapat menilai kemampuan dan keseriusan calon karyawan tanpa harus mempertimbangkan penampilan fisik. 

Oleh karena itu, perusahaan sebaiknya lebih fokus pada kemampuan dan keseriusan calon karyawan daripada penampilan fisik.

Kalaupun ingin memaksimalkan kinerja dengan penampilan, bukankah perusahaan sangat mungkin untuk membuat aturan dan SOP pelayanan dan penampilan? 

Misalkan mewajibkan karyawan bersikap ramah dan memberikan pelayanan maksimal dan wajib berpakaian rapih, bersih dan wangi.

Menciptakan suasana kerja yang nyaman, sehingga semua karyawan bekerja dengan riang gembira? 

Banyak kok orang yang mungkin gak masuk kriteria good looking tapi mereka memiliki sikap yang sangat ramah, pelayanan maksimal dan senyum yang manis.

Jadi, apa boleh masih memandang calon calon karyawan berdasarkan penampilan? Jawabannya adalah tidak. 

Perusahaan harus lebih bijak dalam menilai calon karyawan dan tidak hanya mempertimbangkan penampilan fisik.

Perusahaan dapat menemukan karyawan yang benar-benar memiliki kemampuan dan keseriusan dalam bekerja.

Semoga setelah terbit surat edaran tentang penghapusan aturan pembatasan usia kerja dan good looking tidak ada lagi perusahaan yang melanggar dan tetap mensyaratkannya.

Konten ini merupakan opini/laporan buatan blogger dan telah tayang di Kompasiana.com dengan judul "Good Looking Bukan Jaminan Miliki Etos Kerja!"

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Video Pilihan Video Lainnya >

Terkini Lainnya

Mencari Kandidat Pengganti Nasi, Sorgum sebagai Solusi?
Mencari Kandidat Pengganti Nasi, Sorgum sebagai Solusi?
Kata Netizen
Perang Ego, Bisakah Kita Menghentikannya?
Perang Ego, Bisakah Kita Menghentikannya?
Kata Netizen
Berpenampilan Menarik, Bisa Kerja, dan Stereotipe
Berpenampilan Menarik, Bisa Kerja, dan Stereotipe
Kata Netizen
Jelang Bagikan Rapor, Wali Murid Boleh Beri Hadiah?
Jelang Bagikan Rapor, Wali Murid Boleh Beri Hadiah?
Kata Netizen
Delayed Gratification, Dana Pensiun, dan Masa Tua
Delayed Gratification, Dana Pensiun, dan Masa Tua
Kata Netizen
Memaknai Idul Kurban dan Diplomasi Kemanusiaan
Memaknai Idul Kurban dan Diplomasi Kemanusiaan
Kata Netizen
Sudah Sejauh Mana Pendidikan Kita Saat Ini?
Sudah Sejauh Mana Pendidikan Kita Saat Ini?
Kata Netizen
Masihkah Relevan Peran dan Tugas Komite Sekolah?
Masihkah Relevan Peran dan Tugas Komite Sekolah?
Kata Netizen
Masa Muda Sejahtera dan Tua Bahagia, Mau?
Masa Muda Sejahtera dan Tua Bahagia, Mau?
Kata Netizen
Jebakan Frugal Habit, Sudah Mencoba Hemat Tetap Saja Boncos
Jebakan Frugal Habit, Sudah Mencoba Hemat Tetap Saja Boncos
Kata Netizen
Indonesia dan Tingkat Kesejahteraan Tertinggi di Dunia
Indonesia dan Tingkat Kesejahteraan Tertinggi di Dunia
Kata Netizen
Mendesak Sistem Pendukung dan Lingkungan Adaptif bagi Difabel
Mendesak Sistem Pendukung dan Lingkungan Adaptif bagi Difabel
Kata Netizen
Sedia Dana Pensiun Sebelum Waktunya Tiba
Sedia Dana Pensiun Sebelum Waktunya Tiba
Kata Netizen
Tren Berolahraga, Ikut Tanpa Perlu dengan Ekstrem
Tren Berolahraga, Ikut Tanpa Perlu dengan Ekstrem
Kata Netizen
Aslinya Baik, Sedangkan di Media Sosial Kok Berbuat Jahat?
Aslinya Baik, Sedangkan di Media Sosial Kok Berbuat Jahat?
Kata Netizen
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau