Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KPA: Pemerintah Gagal Jawab Akar Masalah Ketimpangan Kepemilikan Lahan

Kompas.com - 25/09/2025, 07:33 WIB
Manda Firmansyah,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Pemerintah dan DPR RI dinilai gagal mengatasi ketimpangan kepemilikan lahan yang menjadi akar kemarahan masyarakat, hingga memicu gelombang aksi demonstrasi di berbagai daerah.

Sekretaris Jenderal Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA) Dewi Kartika mengatakan, ketimpangan penguasaan tanah dan sumber produksi telah menciptakan jurang sosial-ekonomi yang semakin lebar antara rakyat miskin dan kelompok orang super-kaya.

Kondisi tersebut, menurutnya, menjadi pemicu utama aksi protes rakyat di berbagai wilayah.

Baca juga: Dua Pihak Sengketa Lahan Pondok Indah Golf Sepakat Jaga Kondusivitas

“Rakyat Indonesia telah memperlihatkan perlawanan atas situasi ini. Gelombang perlawanan rakyat yang terjadi adalah akumulasi kemarahan terhadap kebijakan dan kinerja penyelenggara negara yang tidak pernah memihak kepada rakyat yang memberi mandat,” kata Dewi dalam keterangan tertulis, Rabu (24/9/2025).

Ia menambahkan, di tengah kondisi petani semakin miskin akibat kehilangan tanah dan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal, rakyat justru dibebani pajak yang mencekik, pencabutan subsidi, serta kenaikan harga kebutuhan pokok.

“Di tengah kesengsaraan, rakyat malah dipertontonkan dagelan elit politik dengan kebijakan yang hanya menguntungkan dirinya,” ujarnya.

Dalam rangka memperingati Hari Tani Nasional 2025, KPA merilis **24 masalah struktural agraria** yang menjerat masyarakat di desa maupun kota. Beberapa di antaranya adalah ketimpangan penguasaan tanah di mana segelintir orang menguasai 58 persen tanah Indonesia, pengusiran warga dari tanah garapan dan pemukiman, meningkatnya konflik agraria, serta represivitas aparat terhadap masyarakat.

KPA mencatat, dalam sepuluh tahun terakhir terjadi sedikitnya 3.234 konflik agraria dengan luasan mencapai 7,4 juta hektar.

Akibatnya, 1,8 juta keluarga menjadi korban, terutama akibat proyek strategis nasional (PSN), kawasan ekonomi khusus (KEK), maupun ekspansi bisnis perkebunan, kehutanan, dan pertambangan.

Baca juga: Sengketa Lahan Masih Hantui IKN, Otorita Desak PPU Bikin Tim Terpadu

Selain itu, KPA menyoroti ketiadaan redistribusi tanah, monopoli lahan oleh konglomerat maupun BUMN, maraknya korupsi agraria, hingga pemborosan APBN/D untuk kepentingan pejabat.

“Masalah nyata yang dihadapi rakyat adalah penjarahan tanah dan air secara sistematis. Pemerintah harus sadar, rakyat miskinlah yang setiap hari dijarah kekayaannya, dan penjarahan ini tidak pernah berhenti,” tutur Dewi.

Atas kondisi tersebut, KPA mendesak pemerintah bersama DPR segera menjalankan reforma agraria sejati melalui redistribusi tanah kepada rakyat, mengembangkan ekonomi berbasis produksi rakyat, serta menyelesaikan berbagai konflik agraria yang masih berlangsung.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Tropenbos Indonesia: Restorasi Gambut Swakelola di Tingkat Tapak Butuh Pendampingan
Tropenbos Indonesia: Restorasi Gambut Swakelola di Tingkat Tapak Butuh Pendampingan
LSM/Figur
KLH Targetkan Dekontaminasi Cikande Selesai Akhir November
KLH Targetkan Dekontaminasi Cikande Selesai Akhir November
Pemerintah
Puncak Musim Hujan, BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca untuk Cegah Banjir
Puncak Musim Hujan, BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca untuk Cegah Banjir
Pemerintah
Menteri LH: Cengkih Terpapar Radioaktif Asal Lampung Tertangani
Menteri LH: Cengkih Terpapar Radioaktif Asal Lampung Tertangani
Pemerintah
Menyelamatkan Lahan Kritis Indonesia dari Desa: Pelajaran Ekologi dari Perlang
Menyelamatkan Lahan Kritis Indonesia dari Desa: Pelajaran Ekologi dari Perlang
Pemerintah
PLTN Pulau Gelasa dan Ujian Tata Kelola Risiko
PLTN Pulau Gelasa dan Ujian Tata Kelola Risiko
Pemerintah
Gunung Ditutup karena Sampah: Cermin Buram Wisata Alam Kita
Gunung Ditutup karena Sampah: Cermin Buram Wisata Alam Kita
Pemerintah
Menebus Keadilan Arjuno Welirang
Menebus Keadilan Arjuno Welirang
Pemerintah
Fortifikasi Pangan, Strategi Efektif Wujudkan SDM Unggul dan Ketahanan Gizi Nasional
Fortifikasi Pangan, Strategi Efektif Wujudkan SDM Unggul dan Ketahanan Gizi Nasional
BrandzView
FAO Masukkan Salak Bali Dalam Daftar Warisan Pertanian Baru
FAO Masukkan Salak Bali Dalam Daftar Warisan Pertanian Baru
Pemerintah
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah yang Harus Waspada
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah yang Harus Waspada
Pemerintah
PSN Tebu untuk Etanol di Merauke Dinilai Tak Jawab Transisi Energi Bersih
PSN Tebu untuk Etanol di Merauke Dinilai Tak Jawab Transisi Energi Bersih
LSM/Figur
GBC Indonesia Dorong Prinsip Bangunan Hijau Jadi Solusi Iklim Lewat 'Greenship Award 2025'
GBC Indonesia Dorong Prinsip Bangunan Hijau Jadi Solusi Iklim Lewat "Greenship Award 2025"
Swasta
Agroforestri Intensif Berpotensi Masuk Pasar Karbon, tapi Terkendala Dana
Agroforestri Intensif Berpotensi Masuk Pasar Karbon, tapi Terkendala Dana
LSM/Figur
IAEA: Dekarbonisasi dengan Manfaatkan Nuklir Tak Boleh Abaikan Keamanan dan Keselamatan
IAEA: Dekarbonisasi dengan Manfaatkan Nuklir Tak Boleh Abaikan Keamanan dan Keselamatan
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau