JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta, Asep Kuswanto, mengungkapkan bahwa sumber pencemaran sungai di Jakarta berasal dari limbah domestik. Hal ini diketahui berdasarkan pemetaan berbagai sumber pencemar bersama Lembaga Teknologi (Lemtek) Universitas Indonesia.
“Dari hasil pemetaan sumber pencemar terbesar berasal dari sektor domestik, terutama usaha mikro, kecil, dan menengah yang wajib memiliki surat pernyataan pengelolaan lingkungan," ujar Asep dalam keterangannya, Senin (29/9/2025).
Selain itu, sumber lainnya ialah usaha bengkel, laundry, rumah makan, percetakan, hingga rumah potong hewan yang belum sistem pengelolaan air limbah memadai. Oleh karena itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta berkomitmen mengendalikan pencemaran sungai dan memperbaiki kualitas air.
Baca juga: Pencemaran Sungai Jakarta, UMKM Diminta Segera Urus NIB dan SPPL
Asep menyebut, pihaknya membangun infrastruktur pengelolaan limbah hingga pengawasan sumber pencemar secara langsung di aliran sungai. Untuk menekan pencemaran dari sektor usaha, Pemprov DKI pun meluncurkan program Eco Act, inisiatif pembinaan bagi pelaku usaha kuliner dan sektor lain agar menerapkan praktik ramah lingkungan.
"Program ini mencakup sosialisasi peraturan, bimbingan teknis, hingga konsultasi penerapan sistem pengelolaan limbah yang berkelanjutan," tutur dia.
Selain sektor usaha, limbah domestik juga menjadi fokus utama. Pemprov DKI menyiapkan infrastruktur pengelolaan limbah skala besar melalui Jakarta Sewerage System yang masuk Proyek Strategis Nasional (PSN). Sistem itu ditargetkan mencakup 80 persen wilayah Jakarta dan mampu menurunkan konsentrasi pencemar sungai hingga 70 persen.
“Kami optimistis langkah ini akan mengembalikan fungsi sungai Jakarta agar kembali sehat,” sebut Asep.
Baca juga: KLH Awasi 5 Perusahaan, Diduga Buang Limbah yang Cemari Sungai Brantas
Pihaknya juga tengah membangun dan mengoperasikan puluhan sistem pengelolaan air limbah domestik (SPALD), serta merevitalisasi tangki septik di kawasan padat penduduk. Dengan begitu, pembuangan limbah rumah tangga khususnya dari toilet langsung ke badan air bisa dicegah.
“Namun, seluruh upaya ini tidak akan maksimal tanpa kesadaran masyarakat. Kami mengimbau warga untuk memilah sampah dari rumah dan tidak membuang limbah rumah tangga maupun industri ke sungai,” ucap dia.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya