Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

OJK Ungkap Urgensi Keuangan Berkelanjutan untuk Hadapi Krisis Iklim

Kompas.com - 02/10/2025, 15:56 WIB
Zintan Prihatini,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan bahwa keuangan berkelanjutan sangat penting untuk menghadapi krisis iklim. Direktur Keuangan Berkelanjutan OJK, Joko Siswanto, mengungkapkan hal itu karena adanya perubahan paradigma.

Investor dan masyarakat kini menyadari pembangunan tidak bisa lagi dilakukan melalui business as usual atau menjalankan bisnis tanpa strategi baru.

"Jadi harus mempertimbangkan aspek-aspek keberlanjutan, sehingga terjadi perubahan paradigma dalam cara berpikir mereka," ujar Joko dalam Lestari Summit and Awards 2025 di Jakarta Selatan, Kamis (2/10/2025).

Kedua, adanya peluang sekaligus risiko dari perubahan iklim. Alasan terakhir, keuangan berkelanjutan memiliki landasan kuat secara konstitusional dan regulasi yang diatur dalam Pasal 28H Undang-Undang 1945 tentang Hak Masyarakat atas Lingkungan Hidup yang sehat. Lalu Pasal 33 yang menekankan prinsip keberlanjutan dalam demokrasi ekonomi.

Baca juga: Akselerasi Investasi Hijau Jadi Kunci Menuju Bisnis Berkelanjutan

"Negara kita dianugerahi kawasan hutan yang cukup sangat luas di dunia dan kalau enggak salah nomer dua atau nomer tiga di dunia untuk tutupan lahan hutannya dan ini yang akan memberikan sumbangan yang sangat penting bagi pencapainan target Net Zero Emission," jelas Joko.

Proyek Folu Net Sink 2030 juga menargetkan penyerapan karbon dioksida di sektor kehutanan sebesar 140 juta ton CO2 ekuivalen. Menurut Joko, target tersebut membutuhkan investasi yang sangat besar.

“OJK punya komitmen yang cukup kuat untuk mendukung upaya-upaya atau komitmen keberlanjutan tersebut, dengan beberapa regulasi-regulasi yang dapat mendukung tujuan tersebut,” tutur dia.

Pihaknya telah mengeluarkan Peraturan OJK Tahun 2017 tentang penerapan keuangan berkelanjutan bagi lembaga jasa keuangan, emiten, dan perusahaan publik. Aturan ini mencakup dukungan menyeluruh dari sektor jasa keuangan untuk menciptakan pertumbuhan berkelanjutan dengan menyalaraskan ekonomi, sosial, dan keuangan.

“Itu tidak lama sejak kita meratifikasi Paris Agreement, di 2017 langsung OJK mengeluarkan peraturan itu untuk mendukung komunikasi pemerintah. Kemudian di 2023 diperkuat lagi kerangka hukumnya dituangkan dalam Undang-Undang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan,” ucap Joko.

“Bahwa keuangan berkelanjutan itu memang harus ditekan dalam Undang-Undang supaya menjadi komitmen yang lebih kuat dan lebih luas jangkauannya,” lanjut dia.

Baca juga: Lestari Summit & Awards 2025: Kolaborasi sebagai Kunci Masa Depan Berkelanjutan

Kerugian akibat Krisis Iklim

World Risk Index 2024 mencatat, Indonesia merupakan negara kedua dengan risiko bencana tertunggi di dunia setelah Filipina. Kondisi ini berdampak pada sosial, ekonomi, dan lingkungan.

“Secara ekonomi Bappenas pernah melakukan kajian di 2023, akibat dari perubahan iklim di Indonesia memiliki potensi kerugian ekonomi lebih dari Rp 500 triliun,” kata Joko.

Oleh karena itu dunia memulai langkah yang konkret guna mengatasi dampak perubahan iklim melalui perubahan paradigma pembangunan yang sebelumnya berorientasinya pada pertumbuhan ekonomi. Kini mengedepankan pembangunan berkelanjutan.

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Pertamina dan KLHK Tanam Ratusan Pohon Produktif di Hulu DAS di Bogor
Pertamina dan KLHK Tanam Ratusan Pohon Produktif di Hulu DAS di Bogor
BUMN
Tropenbos Indonesia: Restorasi Gambut Swakelola di Tingkat Tapak Butuh Pendampingan
Tropenbos Indonesia: Restorasi Gambut Swakelola di Tingkat Tapak Butuh Pendampingan
LSM/Figur
KLH Targetkan Dekontaminasi Cikande Selesai Akhir November
KLH Targetkan Dekontaminasi Cikande Selesai Akhir November
Pemerintah
Puncak Musim Hujan, BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca untuk Cegah Banjir
Puncak Musim Hujan, BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca untuk Cegah Banjir
Pemerintah
Menteri LH: Cengkih Terpapar Radioaktif Asal Lampung Tertangani
Menteri LH: Cengkih Terpapar Radioaktif Asal Lampung Tertangani
Pemerintah
Menyelamatkan Lahan Kritis Indonesia dari Desa: Pelajaran Ekologi dari Perlang
Menyelamatkan Lahan Kritis Indonesia dari Desa: Pelajaran Ekologi dari Perlang
Pemerintah
PLTN Pulau Gelasa dan Ujian Tata Kelola Risiko
PLTN Pulau Gelasa dan Ujian Tata Kelola Risiko
Pemerintah
Gunung Ditutup karena Sampah: Cermin Buram Wisata Alam Kita
Gunung Ditutup karena Sampah: Cermin Buram Wisata Alam Kita
Pemerintah
Menebus Keadilan Arjuno Welirang
Menebus Keadilan Arjuno Welirang
Pemerintah
Fortifikasi Pangan, Strategi Efektif Wujudkan SDM Unggul dan Ketahanan Gizi Nasional
Fortifikasi Pangan, Strategi Efektif Wujudkan SDM Unggul dan Ketahanan Gizi Nasional
BrandzView
FAO Masukkan Salak Bali Dalam Daftar Warisan Pertanian Baru
FAO Masukkan Salak Bali Dalam Daftar Warisan Pertanian Baru
Pemerintah
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah yang Harus Waspada
BMKG Prediksi Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan, Ini Wilayah yang Harus Waspada
Pemerintah
PSN Tebu untuk Etanol di Merauke Dinilai Tak Jawab Transisi Energi Bersih
PSN Tebu untuk Etanol di Merauke Dinilai Tak Jawab Transisi Energi Bersih
LSM/Figur
GBC Indonesia Dorong Prinsip Bangunan Hijau Jadi Solusi Iklim Lewat 'Greenship Award 2025'
GBC Indonesia Dorong Prinsip Bangunan Hijau Jadi Solusi Iklim Lewat "Greenship Award 2025"
Swasta
Agroforestri Intensif Berpotensi Masuk Pasar Karbon, tapi Terkendala Dana
Agroforestri Intensif Berpotensi Masuk Pasar Karbon, tapi Terkendala Dana
LSM/Figur
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau