Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/10/2025, 18:29 WIB
HTRMN,
Sri Noviyanti

Tim Redaksi

Ratna menjelaskan bagaimana mereka tidak hanya mengajak masyarakat untuk mendengarkan, tetapi juga membawa isu udara bersih ke meja-meja pembuat keputusan, termasuk bertemu dengan calon presiden dan gubernur.

Baca juga: Mengurai Jejak Pohon, Begini Kiprah 2 Perempuan Peneliti di Garis Depan Forensik Kayu Indonesia

Program Biru Voices, dimulai dari kampus, kini melibatkan orang tua dengan program Duta Udara Bersih.

"Cerita kami sebagai seorang ibu itu resonan bukan hanya dengan anak ibu atau ayah, tapi dengan semua orang," ungkap Ratna.

Sementara itu, program Biru School Alliance membawa edukasi sains tentang udara ke sekolah-sekolah agar generasi muda memahami pentingnya kualitas udara sejak dini.

Advokasi Bicara Udara telah mencapai tingkat strategis. Mereka menjadi anggota Komite Penanggulangan Penyakit Respirasi dan Polusi Udara Kementerian Kesehatan serta melakukan audiensi dengan berbagai lembaga pemerintahan untuk mendorong pembaruan peraturan daerah tentang penanganan udara kotor yang telah berusia 20 tahun.

Baca juga: Kampanyekan Pengurangan Emisi, 3 Perempuan Bali Bersepeda ke Jakarta

Data periode 2021 hingga November 2024 menunjukkan Bicara Udara telah menjangkau 87.059 peserta langsung dengan total jangkauan digital mencapai 2,8 juta.

Mendengarkan suara perempuan di hulu rimba

Rahayu memulai misi keberlanjutan melalui pendekatan yang unik. Dia mempelajari perilaku Owa Jawa untuk memahami lebih dalam tentang kepemimpinan dan suara dalam kelompok. Menurutnya, ada kemiripan menarik antara struktur sosial hewan langka tersebut dengan manusia.

“Owa Jawa betina menjadi yang dominan bersuara dalam keluarga. Ketika betina mengeluarkan nyanyiannya setiap pagi, ia sedang memberitahu keberadaan dan menandai wilayahnya,” demikian Rahayu menjelaskan.

Observasi tersebut menginspirasi Rahayu untuk mendengarkan suara-suara terabaikan di komunitas sekitar. Salah satunya di Kampung Cinta, perkampungan kecil yang dikelilingi hutan di Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Jawa Barat.

Baca juga: Perubahan Iklim, Perempuan Terpaksa Jadi Tulang Punggung Tanpa Jaminan Sosial

Para perempuan di kampung itu, lanjut Rahayu, umumnya ditempatkan dalam ranah domestik dengan ruang terbatas untuk berpartisipasi dalam keputusan publik. Padahal, mereka memiliki pengalaman hidup luar biasa dan resiliensi tinggi.

Lebih dari itu, mereka juga penjaga pengetahuan alam dan ingatan lokal berharga yang semakin hilang.

Salah satu penemuan penting, kata Rahayu, adalah pengetahuan perempuan tentang buah-buahan dan tumbuhan yang dulunya dimanfaatkan sebagai makanan, lalapan, obat tradisional, bahkan permainan masa kecil.

Pengetahuan tersebut berisiko hilang karena tidak ada lagi penerus yang mempelajarinya. Dari kesadaran tersebut, Rahayu bersama perempuan-perempuan di Kampung Cinta membentuk Ambu Halimun, kelompok pemberdayaan yang mengabadikan pengetahuan lokal.

Baca juga: Perempuan, Masyarakat Adat, dan Pemuda Jadi Bagian dari Iklim

"Ambu dalam bahasa Sunda artinya Ibu, dan Halimun adalah tempat gunung dan hutan tempat kampung ini berada," jelas Rahayu.

Melalui Ambu Halimun, para perempuan tersebut bekerja menggunakan pengetahuan tradisional untuk menciptakan produk, seperti kerajinan tangan, yang tidak hanya menjadi sumber penghasilan tetapi juga identitas dan kebanggaan komunitas lokal.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Koalisi Manajer Aset Net Zero Kembali, Tapi Tanpa Komitmen Iklim 2050
Koalisi Manajer Aset Net Zero Kembali, Tapi Tanpa Komitmen Iklim 2050
Pemerintah
7.500 Peserta Ikuti PLN Electric Run 2025, Ajang Lari Nol Emisi Pertama di Indonesia
7.500 Peserta Ikuti PLN Electric Run 2025, Ajang Lari Nol Emisi Pertama di Indonesia
BUMN
Jangkar Kapal Merusak Terumbu Karang di TN Komodo, Potret Gagalnya Tata Kelola Pariwisata
Jangkar Kapal Merusak Terumbu Karang di TN Komodo, Potret Gagalnya Tata Kelola Pariwisata
LSM/Figur
Studi Ungkap Emisi Penerbangan Nyata Bisa Tiga Kali Lipat Lebih Tinggi dari Kalkulator Karbon
Studi Ungkap Emisi Penerbangan Nyata Bisa Tiga Kali Lipat Lebih Tinggi dari Kalkulator Karbon
Pemerintah
Sektor Pertanian Harus Tumbuh 4,7 Persen Per Tahun Jika Pertumbuhan PDB RI Ingin Capai 8 Persen
Sektor Pertanian Harus Tumbuh 4,7 Persen Per Tahun Jika Pertumbuhan PDB RI Ingin Capai 8 Persen
LSM/Figur
Kemenaker: 104 Kecelakaan Kerja Terjadi di 'Smelter' Nikel, SOP hingga K3 Masih Diabaikan
Kemenaker: 104 Kecelakaan Kerja Terjadi di "Smelter" Nikel, SOP hingga K3 Masih Diabaikan
Pemerintah
Emisi Tak Terlihat dari Colokan Listrik
Emisi Tak Terlihat dari Colokan Listrik
Pemerintah
Pertamina dan KLHK Tanam Ratusan Pohon Produktif di Hulu DAS di Bogor
Pertamina dan KLHK Tanam Ratusan Pohon Produktif di Hulu DAS di Bogor
BUMN
Tropenbos Indonesia: Restorasi Gambut Swakelola di Tingkat Tapak Butuh Pendampingan
Tropenbos Indonesia: Restorasi Gambut Swakelola di Tingkat Tapak Butuh Pendampingan
LSM/Figur
KLH Targetkan Dekontaminasi Cikande Selesai Akhir November
KLH Targetkan Dekontaminasi Cikande Selesai Akhir November
Pemerintah
Puncak Musim Hujan, BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca untuk Cegah Banjir
Puncak Musim Hujan, BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca untuk Cegah Banjir
Pemerintah
Menteri LH: Cengkih Terpapar Radioaktif Asal Lampung Tertangani
Menteri LH: Cengkih Terpapar Radioaktif Asal Lampung Tertangani
Pemerintah
Menyelamatkan Lahan Kritis Indonesia dari Desa: Pelajaran Ekologi dari Perlang
Menyelamatkan Lahan Kritis Indonesia dari Desa: Pelajaran Ekologi dari Perlang
Pemerintah
PLTN Pulau Gelasa dan Ujian Tata Kelola Risiko
PLTN Pulau Gelasa dan Ujian Tata Kelola Risiko
Pemerintah
Gunung Ditutup karena Sampah: Cermin Buram Wisata Alam Kita
Gunung Ditutup karena Sampah: Cermin Buram Wisata Alam Kita
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau