KOMPAS.com - Sebuah studi global telah menemukan bahwa penambahan biochar ke dalam pengomposan limbah organik dapat secara signifikan mengurangi emisi gas rumah kaca yang kuat.
Temuan ini membuka peluang besar untuk mewujudkan daur ulang limbah yang lebih lestari sekaligus mendukung upaya mitigasi perubahan iklim.
Kesimpulan tersebut didapat setelah peneliti dari Nanjing Agricultural University dan Sichuan University of Arts and Science menganalisis data dari 123 studi yang telah dipublikasikan, yang meliputi lebih dari 1.000 eksperimen pengomposan di seluruh dunia.
Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Nitrogen Cycling, mengungkapkan bahwa penambahan biochar mampu mengurangi emisi metana rata-rata sebesar 54 persen, menurunkan dinitrogen oksida sebesar 50 persen, dan amonia sebesar 36 persen, namun tidak menunjukkan efek signifikan pada pelepasan karbon dioksida.
"Biochar berfungsi seperti spons yang sangat efektif yang memperbaiki sirkulasi udara, menyerap gas-gas berbahaya, dan mengikat nutrisi. Dampaknya, proses pengomposan menjadi lebih ramah lingkungan dan kompos yang dihasilkan pun memiliki kualitas yang lebih baik," terang Jingfan Xu, penulis utama studi, dikutip dari Phys, Jumat (10/10/2025).
Baca juga: Biochar dari Limbah Manusia Dapat Atasi Kelangkaan Pupuk Global
Biochar merupakan bahan yang kaya akan karbon yang dibuat melalui proses pemanasan bahan organik seperti sisa panen atau kayu dalam lingkungan yang minim oksigen.
Saat dicampurkan ke dalam kompos, biochar bekerja dengan memodifikasi kerja mikroba, memperbaiki sirkulasi oksigen, dan menyerap senyawa nitrogen yang mudah bereaksi. Jika tidak diserap, senyawa nitrogen ini akan terlepas ke udara sebagai gas amonia atau dinitrogen oksida.
Penelitian ini menjadi yang pertama kalinya melakukan perbandingan secara terukur mengenai seberapa besar pengaruh variasi kondisi pengomposan dan jenis biochar yang berbeda terhadap tingkat pelepasan gas-gas emisi tersebut.
Studi tersebut juga menyimpulkan bahwa takaran penambahan biochar adalah faktor penentu. Untuk mencapai pengurangan emisi metana, dinitrogen oksida, dan amonia yang paling optimal, dosis biochar harus berada di kisaran 10 persen hingga 20 persen dari total berat kering bahan kompos.
Akan tetapi, efektivitas biochar akan berkurang jika dosisnya kurang atau berlebihan.
Baca juga: Di Lampung, Maggot Mampu Kurangi Sampah Organik hingga 1 Ton
Selain dosis, faktor kualitas fisik dan kimia kompos juga menjadi penentu. Kinerja biochar paling optimal dicapai ketika kompos memiliki pH yang netral hingga sedikit basa (sekitar 7,5 hingga 8,5), tingkat kelembaban yang sedang (55 persen–65 persen), dan konduktivitas listrik yang rendah.
"Dengan mengatur kondisi pengomposan secara presisi, kita dapat menjadikan daur ulang limbah organik jauh lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. Analisis yang kami lakukan ini menyajikan panduan aplikatif bagi petani dan pengelola limbah untuk mengoptimalkan keuntungan lingkungan yang ditawarkan oleh biochar," tambah Professor Zhengqin Xiong, penulis senior dalam riset ini.
Kompos yang diperkaya biochar tidak hanya mengurangi emisi, tetapi juga efektif dalam menghemat kandungan nitrogen, menyeimbangkan tingkat pH, dan mempertahankan karbon dalam hasil kompos akhir.
Keseluruhan temuan ini mengisyaratkan bahwa penggunaan biochar dalam proses pembuatan kompos berpotensi besar untuk meningkatkan keberlanjutan dalam aspek pengelolaan sampah dan juga pertanian.
Baca juga: Pulihkan Kondisi Tanah dan Tekan Emisi, PUM Tawarkan Pengolahan Sekam Jadi Biochar
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya