Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
DR. dr. Tan Shot Yen, M.hum
Dokter

Dokter, ahli nutrisi, magister filsafat, dan penulis buku.

Gastrokolonialisme Berbalut Altruisme, Ketika Donasi Makanan Bergizi Terlalu Andalkan Produk Olahan

Kompas.com - 31/10/2025, 07:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Awam barangkali bertanya-tanya tentang dua kata yang tak lazim digunakan orang sebagai judul tulisan saya.

Pertama, gastrokolonialisme: mengacu pada imbas penjajahan terhadap kebiasaan makan, agrikultur dan distribusi pangan yang berisiko menggantikan pangan lokal sekaligus berkontribusi terhadap masalah kesehatan, konteks ‘siapa yang diuntungkan’, disrupsi budaya lokal hingga kedaulatan pangan suatu bangsa berada dalam ‘bahaya’.

Kedua, altruisme: yaitu perilaku mengutamakan kepentingan dan kesejahteraan orang lain secara suka rela, yang didorong rasa empati, kepedulian dan tanggung jawab sosial tanpa mengharapkan imbalan.

Baca juga: Makan Itu tentang Pulang ke Rumah

Tidak ada yang meragukan sikap altruisme Presiden jauh sebelum riuh rendah Makan Bergizi Gratis muncul.

Beberapa kali beliau mengungkapkan keprihatinannya soal anak sekolah tidak sarapan, bahkan disebut dalam salah satu pidatonya, “ada anak yang sehari-hari hanya bisa makan nasi pakai garam”.

Di banyak organisasi bahkan instansi pemerintah, bukan hal baru muncul gerakan orangtua asuh, juga aneka kegiatan CSR (corporate social responsibility) sebagai komitmen perusahaan untuk memberikan kontribusi positif terhadap masyarakat dan lingkungan - apalagi saat gencarnya penanggulangan stunting didengungkan.

Donasi bergizi yang mengandalkan produk olahan

Yang menjadi pertanyaan menarik: upaya karitatif seputar “donasi bergizi” mempunyai pola sentral pemahaman yang sama, bagi-bagi produk industri yang berkonotasi “kaya nutrisi” bukan versi negri sendiri.

Acuannya justru apa yang dianggap mewah di era penjajahan, ketika pribumi pemakan singkong minder dengan kulit putih peminum susu dan pemakan roti.

Bahkan, slogan empat sehat lima sempurna yang sudah punah itu masih hidup bayang-bayang arwahnya hingga hari ini.

Para ibu disindir pelit jika tidak bisa membeli susu formula, bahkan dianggap egois memaksakan diri memberi ASI hingga dua tahun.

Pun selepas disapih, para orangtua masih merasa bersalah jika tidak mampu membelikan anaknya susu.

Bekal sekolah berisi ubi dan dadar telur dianggap makanan diet, sementara banyak ibu merasa bangga bisa pamer biskuit mahal, aneka minuman berpemanis dalam kemasan - yang katanya menyehatkan usus dan ‘memperbaiki penyerapan nutrisi’.

Begitu sliweran yang beredar di media sosial, dipercaya setengah mati bahkan banyak sekolah mengizinkan promosi besar-besaran produknya di lingkungan pendidikan yang mestinya netral, bebas iklan.

Menyiasati intoleransi laktosa pada etnik Melayu, industri susu tidak hilang akal. Belakangan ini semakin marak kemasan UHT minuman berpemanis aneka rasa yang masih berani menyebut diri sebagai ‘susu’ - padahal kandungan susunya hanya 30%.

Suatu kenyataan miris sekaligus pembodohan telak, apabila produk ini disamakan dengan susu utuh yang digunakan sebagai bahan studi di negeri orang dengan segala manfaatnya - jika dikonsumsi oleh etnik yang tidak dominan intoleran terhadap laktosa.

Halaman:


Terkini Lainnya
5 Zodiak yang Sering Curhat Saat Nongkrong, Ada Cancer dan Virgo
5 Zodiak yang Sering Curhat Saat Nongkrong, Ada Cancer dan Virgo
Wellness
6 Ciri Anak CIBI yang Cerdas dan Berbakat Menurut Psikolog
6 Ciri Anak CIBI yang Cerdas dan Berbakat Menurut Psikolog
Parenting
Genetik Vs Lingkungan, Mana yang Lebih Berperan dalam Membentuk Anak CIBI?
Genetik Vs Lingkungan, Mana yang Lebih Berperan dalam Membentuk Anak CIBI?
Parenting
Nama Anak Paling Populer di Jepang 2025, Penuh Makna Bisa Jadi Inspirasi
Nama Anak Paling Populer di Jepang 2025, Penuh Makna Bisa Jadi Inspirasi
Parenting
Anak CIBI Butuh Stimulasi agar Tidak Bosan dan Tetap Berprestasi Menurut Psikolog
Anak CIBI Butuh Stimulasi agar Tidak Bosan dan Tetap Berprestasi Menurut Psikolog
Parenting
Benarkah Anak CIBI Termasuk Berkebutuhan Khusus? Ini Kata Psikolog
Benarkah Anak CIBI Termasuk Berkebutuhan Khusus? Ini Kata Psikolog
Parenting
Selain Pangeran Andrew, Ini 7 Anggota Kerajaan yang Pernah Dicopot Gelarnya
Selain Pangeran Andrew, Ini 7 Anggota Kerajaan yang Pernah Dicopot Gelarnya
Wellness
Apa yang Dimaksud Anak CIBI yang IQ-nya di Atas Rata-rata?
Apa yang Dimaksud Anak CIBI yang IQ-nya di Atas Rata-rata?
Parenting
Gaya 13 Seleb Menonton Konser BLACKPINK di Jakarta, Aurel Pakai Baju Arsy
Gaya 13 Seleb Menonton Konser BLACKPINK di Jakarta, Aurel Pakai Baju Arsy
Fashion
Aktris Leya Princy Anggap FOMO Belanja Brand Lokal Tak Selalu Buruk, Mengapa?
Aktris Leya Princy Anggap FOMO Belanja Brand Lokal Tak Selalu Buruk, Mengapa?
Fashion
Manfaat Protein Hewani bagi Anak, Tak Harus Makan Daging Mahal
Manfaat Protein Hewani bagi Anak, Tak Harus Makan Daging Mahal
Parenting
Sering Beda Pendapat dengan Pasangan, Red Flag atau Green Flag?
Sering Beda Pendapat dengan Pasangan, Red Flag atau Green Flag?
Relationship
Apakah Boleh Memandikan Anak Saat Demam? Ini Penjelasan Dokter
Apakah Boleh Memandikan Anak Saat Demam? Ini Penjelasan Dokter
Parenting
5 Zodiak yang Paling People Pleaser, Rela Mengalah
5 Zodiak yang Paling People Pleaser, Rela Mengalah
Wellness
Pasagan Beda Hobi dan Butuh Ruang Sendiri Bukan Red Flag, Ini Kata Pakar
Pasagan Beda Hobi dan Butuh Ruang Sendiri Bukan Red Flag, Ini Kata Pakar
Relationship
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau