JAKARTA, KOMPAS.com - Kebakaran hebat yang melanda permukiman padat di Kampung Sawah, Kapuk Muara, Penjaringan, Jakarta Utara, pada Jumat (6/6/2025), menyisakan duka mendalam bagi ribuan warga.
Sedikitnya 450 bangunan hangus terbakar dan menyebabkan sekitar 3.200 jiwa dari 800 kepala keluarga (KK) kehilangan tempat tinggal.
Kini, ribuan korban tinggal di tenda-tenda pengungsian yang disediakan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta.
Hingga saat ini, penyebab kebakaran masih dalam penyelidikan oleh pihak kepolisian. Kebanyakan warga mengaku tidak mengetahui sumber api, yang tiba-tiba membesar dan menghanguskan permukiman.
Api baru berhasil dipadamkan setelah 12 jam upaya pemadaman oleh petugas bersama warga.
Baca juga: Kesaksian Korban Kebakaran Penjaringan: Lagi Shalat Jumat, Api Cepat Menjalar
Kurangnya Bantuan Makanan, Air Bersih, dan Pakaian
Di tengah keterbatasan di posko pengungsian, para korban mengeluhkan kurangnya bantuan makanan, air bersih, serta pakaian.
"Kami butuh bantuan makan, sembako-sembako, air, karena kan untuk mandi tidak ada," ucap Siswoyo (62), salah satu korban, saat diwawancarai Kompas.com di lokasi, Sabtu (7/6/2025).
Keluhan serupa juga disampaikan oleh Dodi (68), yang menyatakan sangat membutuhkan bantuan pakaian.
"Pakaian hanya ini yang saya pakai, jadi bantuan baju dan celana," kata Dodi.
Krisis Toilet dan Fasilitas Dasar
Tak hanya kebutuhan pokok, keterbatasan toilet umum juga menjadi persoalan utama di lokasi pengungsian.
"Saya butuh banget toilet, buat buang air kecil dan buang air besar, dari kemarin saya menumpang," keluh Sri, seorang korban kebakaran lainnya.
Warga lain, Lastri (40), berharap pemerintah segera menyediakan fasilitas mandi dan toilet di dekat posko.
"Harus ada toilet, karena kan kita juga butuh mandi," ujar Lastri.
Baca juga: Korban Kebakaran Penjaringan Cari Barang yang Tersisa demi Bisa Menyambung Hidup