Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Massa Demo di DPR Kompak Bacakan Naskah Kekecewaan, Ini Isinya

Kompas.com - 04/09/2025, 19:08 WIB
Dinda Aulia Ramadhanty,
Abdul Haris Maulana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Massa Aliansi BEM SI serukan Panca Dosa Penguasa sebagai kritikan terhadap pemerintah saat menggelar demo di depan Gedung DPR/MPR RI, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (4/9/2025).

Pengamatan Kompas.com di lokasi, orasi demi orasi terus menggema diikuti seruan mahasiswa yang memadati gerbang utama Gedung DPR RI.

Sebagian dari mereka juga mengangkat selebaran bertuliskan #SelamatkanIndonesia sebagai simbol keresahan.

Baca juga: Kronologi Truk Sedot Tinja Buang Limbah ke Kali Ciliwung, Sopir dan Kernet Kabur

Seorang orator dengan almamater hijau toska mengajak massa membacakan naskah Panca Dosa Penguasa.

Naskah ini sebagai bentuk kekecewaan mahasiswa terhadap DPR yang dinilai tidak pernah mewakili rakyat.

“Satu, ketuhanan yang diabaikan. Dua, kemanusiaan yang dirampas haknya, yang dibiarkan,” ungkap sang orator dan diikuti massa, Kamis.

Seruan itu dilontarkan lantang dan mendapat sorakan, termasuk dari sejumlah ibu-ibu yang turut hadir. Kritik dirangkum dalam lima poin.

“Tiga, persatuan persekongkolan yang merampok duit-duit rakyat untuk kepentingan pribadi,” ujar orator.

“Empat, kerakusan yang dipimpin oleh para penjahat, oleh para penjilat, oleh para pengkhianat yang merampok hak-hak rakyat tanpa belas kasih,” sambungnya.

Dan poin terakhir, mahasiswa menyoroti penguasa politik yang sibuk memperkaya diri dengan merampas hak kebanyakan rakyat.

Baca juga: Andovi Ungkap Progres 17+8 Tuntutan Rakyat: 8 Belum Digubris, 4 Alami Kemunduran

“Lima, keadilan sosial hanya untuk konglomerat dan antek-antek penguasa yang memperkaya diri dengan keserakahan. Hidup mahasiswa!” bunyi poin terakhir.

Adapun aksi hari ini digelar Aliansi BEM SI bertajuk “#SelamatkanIndonesia” di depan Gerbang DPR RI, Kamis.

Aksi damai ini akan berfokus menyuarakan kembali “17+8 Tuntutan Rakyat” yang sudah disampaikan pada pertemuan mahasiswa dengan pimpinan DPR kemarin, Rabu (3/9/2025).

Tuntutan ini merupakan bentuk rangkuman dari kritik masyarakat yang ramai disuarakan di media sosial dan di lapangan.

Selain itu, tuntutan ini lahir dari jutaan suara warga yang muncul melalui kolom komentar dan Instagram Story para penggagas termasuk Abigail Muria, Jerome Polin, Salsa Erwina, dan Cheryl Marella.

Kemudian, 12 Tuntutan Rakyat Menuju Reformasi Transparansi & Keadilan oleh Reformasi Indonesia di Change.org yang sudah menerima lebih dari 40.000 dukungan pun turut dimasukkan.

Terbaru, tuntutan demo para buruh di aksi demo 28 Agustus 2025 juga ditambahkan, bersamaan dengan pernyataan sikap Center for Environmental Law & Climate Justice Universitas Indonesia.

Baca juga: Tuntutan Rakyat 17+8, AHY Ngaku Sudah Baca Satu Per Satu

Berikut 17 Tuntutan Mendesak yang ditargetkan harus bisa ditanggapi hingga 5 September 2025.

Untuk Presiden Prabowo

  • Bentuk tim investigasi independen terkait kasus Affan Kurniawan, Umar Amarudin, dan korban kekerasan lain dalam aksi 28-30 Agustus.
  • Hentikan keterlibatan TNI dalam pengamanan sipil, kembalikan ke barak.

Untuk DPR

  • Bebaskan seluruh demonstran yang ditahan, tanpa kriminalisasi.
  • Tangkap dan adili aparat yang melakukan kekerasan secara transparan.
  • Hentikan kekerasan oleh polisi, taati SOP pengendalian massa.

Untuk Ketua Umum Partai Politik

  • Bekukan kenaikan gaji/tunjangan DPR dan batalkan fasilitas baru.
  • Publikasikan transparansi anggaran DPR secara proaktif.
  • Selidiki harta anggota DPR yang bermasalah melalui KPK.

Untuk Polri

  • Dorong Badan Kehormatan DPR periksa anggota yang melecehkan aspirasi rakyat.

  • Tegaskan sanksi partai untuk kader yang memicu kemarahan publik.
  • Komitmen partai untuk berpihak pada rakyat di tengah krisis.

Untuk TNI

  • Libatkan anggota DPR dalam ruang dialog publik dengan mahasiswa dan masyarakat sipil.
  • Tegakkan disiplin internal agar TNI tidak ambil alih fungsi Polri.
  • Komitmen publik TNI untuk tidak memasuki ruang sipil selama krisis demokrasi.

Untuk Kementerian Sektor Ekonomi

  • Pastikan upah layak bagi guru, tenaga kesehatan, buruh, hingga mitra ojek online.
  • Ambil langkah darurat cegah PHK massal dan lindungi buruh kontrak.
  • Buka dialog dengan serikat buruh terkait upah minimum dan outsourcing.

Sementara 8 Agenda Reformasi dengan tenggat waktu 31 Agustus 2026 yakni sebagai berikut.

  • Bersihkan dan lakukan reformasi besar-besaran di DPR.
  • Reformasi partai politik serta penguatan pengawasan eksekutif.
  • Rencana reformasi perpajakan yang lebih adil.
  • Sahkan UU perampasan aset koruptor, perkuat independensi KPK, dan tegakkan UU Tipikor.
  • Reformasi kepolisian agar lebih profesional dan humanis.
  • TNI kembali sepenuhnya ke barak, tanpa pengecualian.
  • - Perkuat Komnas HAM dan lembaga pengawas independen.
  • - Tinjau ulang kebijakan sektor ekonomi dan ketenagakerjaan.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Terkini Lainnya
Ojol Ramai-ramai Kumpul di Polres Jakbar, Gelar Solidaritas 'Jaga Jakarta'
Ojol Ramai-ramai Kumpul di Polres Jakbar, Gelar Solidaritas "Jaga Jakarta"
Megapolitan
APBD DKI 2026 Difokuskan ke 6 Program Strategis, Ini Rinciannya
APBD DKI 2026 Difokuskan ke 6 Program Strategis, Ini Rinciannya
Megapolitan
Jambore Pramuka Muslim Sedunia di Cibubur, Polisi Siapkan Skenario Pengaturan Lalu Lintas
Jambore Pramuka Muslim Sedunia di Cibubur, Polisi Siapkan Skenario Pengaturan Lalu Lintas
Megapolitan
Polres Jakarta Timur Tangkap 2 Pelaku Penjarahan Kucing Uya Kuya
Polres Jakarta Timur Tangkap 2 Pelaku Penjarahan Kucing Uya Kuya
Megapolitan
Dua Karyawan SPBU Ditangkap, Racik Bom Molotov untuk Serang Polsek Jatinegara
Dua Karyawan SPBU Ditangkap, Racik Bom Molotov untuk Serang Polsek Jatinegara
Megapolitan
Kembalikan Barang Jarahan di Rumah Sri Mulyani, Dua Pria Tak Ditahan dan Jadi Saksi
Kembalikan Barang Jarahan di Rumah Sri Mulyani, Dua Pria Tak Ditahan dan Jadi Saksi
Megapolitan
Atasi BAB Sembarangan, Pemkot Jakut Gencarkan Bangun MCK dan Septic Tank Komunal
Atasi BAB Sembarangan, Pemkot Jakut Gencarkan Bangun MCK dan Septic Tank Komunal
Megapolitan
Terpisah dari Sri Mulyani, Kasus Penjarahan Rumah Nafa Urbach Ditangani Polda Metro
Terpisah dari Sri Mulyani, Kasus Penjarahan Rumah Nafa Urbach Ditangani Polda Metro
Megapolitan
Polisi Buru Pria Pembawa Lukisan Bunga Saat Rumah Sri Mulyani Dijarah
Polisi Buru Pria Pembawa Lukisan Bunga Saat Rumah Sri Mulyani Dijarah
Megapolitan
Mau Dilaporkan Jenderal TNI, Ferry Irwandi: Saya Tidak Dididik Jadi Pengecut
Mau Dilaporkan Jenderal TNI, Ferry Irwandi: Saya Tidak Dididik Jadi Pengecut
Megapolitan
Empat Pelaku Merusak Mako Polres Jaktim dan Polsek Duren Sawit karena Terprovokasi Medsos
Empat Pelaku Merusak Mako Polres Jaktim dan Polsek Duren Sawit karena Terprovokasi Medsos
Megapolitan
Napas Baru UMKM di Basemen Blok M Hub
Napas Baru UMKM di Basemen Blok M Hub
Megapolitan
Antisipasi Macet, Satlantas Siapkan Skema Akses Saat Jambore Pramuka Muslim Dunia
Antisipasi Macet, Satlantas Siapkan Skema Akses Saat Jambore Pramuka Muslim Dunia
Megapolitan
7 Senjata Api Hilang saat Polsek Matraman Diserang, 5 Belum Ditemukan
7 Senjata Api Hilang saat Polsek Matraman Diserang, 5 Belum Ditemukan
Megapolitan
Jumlah Pelaku Penjarahan Rumah Sri Mulyani Bisa Bertambah, Termasuk Pencuri Lukisan
Jumlah Pelaku Penjarahan Rumah Sri Mulyani Bisa Bertambah, Termasuk Pencuri Lukisan
Megapolitan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau