Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Sedih Pekerja "Outsourcing": Kami Sama-sama Bekerja, tapi Tak Sama Sejahtera...

Kompas.com - 06/05/2025, 12:00 WIB
Elsa Catriana,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Empat tahun sudah seorang karyawan kontrak di sebuah perusahaan swasta di Jakarta menjalani rutinitas kerjanya tanpa pernah benar-benar merasa menjadi bagian dari “keluarga besar” perusahaan.

Ia enggan namanya disebut, tetapi curahan hatinya menggambarkan keresahan banyak pekerja kontrak dan outsourcing di negeri ini.

“Kami bekerja seperti karyawan tetap tapi tanpa jaminan. Saya enggak dapat benefit sama dengan yang lain, enggak dapat BPJS Ketenagakerjaan, BPJS Kesehatan juga enggak dapat, tapi tanggung jawab pekerjaan sama,” ungkapnya kepada Kompas.com, Selasa (6/5/2025).

Baginya, wacana penghapusan sistem outsourcing oleh pemerintah merupakan angin segar.

“Menurutku, ini kebijakan yang bagus kalau memang bakal diimplementasikan,” katanya penuh harap.

Namun, kenyataan tak selalu hitam-putih. Di sisi lain, sistem outsourcing juga menjadi jalan masuk ke dunia kerja bagi banyak lulusan baru.

“Dulu masuk kerja harus punya 'orang dalam', sekarang banyak yang bisa langsung kerja lewat outsourcing,” tambahnya.

Baca juga: Bobroknya Outsourcing, Menaker: Pekerja 40-50 Tahun Kerja Tanpa Karier, Gaji UMP...

Suara berbeda datang dari Josua, pegawai swasta lainnya. Ia menilai bahwa sistem outsourcing bukan untuk dihapus, melainkan diperbaiki. Menurutnya, outsourcing membuka lapangan kerja besar, terutama di sektor manufaktur.

“Karena begini, outsourcing ini jadi sumber lapangan kerja besar utamanya bagi para buruh di pabrik. Meski memang kebanyakan dari mereka harus mengeluarkan uang lagi untuk bisa masuk kerja, tapi tetap kalau ini dihapus makin banyak pengangguran,” katanya.

Bagi Josua, kekhawatiran terhadap meningkatnya angka pengangguran bukan hal sepele. Di tengah ketidakpastian ekonomi, ia melihat peran outsourcing sebagai penyeimbang, meskipun masih jauh dari kata ideal.

“Kalau ini dihapus apalagi di waktu-waktu sekarang yang semua serba ketidakpastian, perusahaan rugi dan takutnya angka pengangguran semakin tinggi. Daripada dihapus, lebih baik diperbaiki sistemnya,” tegasnya.

Baca juga: Asosiasi Pengusaha soal Wacana Prabowo Hapus “Outsourcing”

Dari sudut pandang pengusaha, Ketua Bidang Ketenagakerjaan Apindo, Bob Azam, menilai bahwa wacana penghapusan outsourcing perlu kajian yang matang dan bebas dari kepentingan.

“Jadi bukan dari pekerja atau pengusaha, untuk melihat secara komprehensif sebenarnya masalahnya apa,” ujar Bob.

Menurut Bob, outsourcing tidak sepenuhnya keliru. Jika dijalankan dengan benar, praktik ini bisa berkontribusi pada pemerataan ekonomi.

“Tapi kalau misalnya ada penyelewengan dan penyimpangan, ya itu yang harus diperbaiki. Jangan sampai outsourcing dipakai untuk mengurangi kesejahteraan buruh,” ujarnya.

Kisah-kisah ini menjadi potret nyata bahwa di balik kebijakan yang tengah digodok, ada keresahan, harapan, dan juga tantangan. Bukan hanya soal sistem, melainkan tentang kehidupan para pekerja yang menggantungkan masa depannya pada ketetapan yang sedang diperdebatkan.

Baca juga: Penghapusan Outsourcing Seharusnya Dilakukan Sejak Lama

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Terkini Lainnya
Menhub Lantik Teuku Faisal Fathani Jadi Kepala BMKG, Dorong Sinergi Transportasi dan Informasi Cuaca Nasional
Menhub Lantik Teuku Faisal Fathani Jadi Kepala BMKG, Dorong Sinergi Transportasi dan Informasi Cuaca Nasional
Ekbis
Apa Itu ETF Emas dan Manfaatnya untuk Investor?
Apa Itu ETF Emas dan Manfaatnya untuk Investor?
Cuan
KKSK: Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia Terjaga
KKSK: Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia Terjaga
Ekbis
Lippo Karawaci Kantongi Pendapatan Rp 6,51 Triliun, Laba Bersih Tembus Rp 368 Miliar
Lippo Karawaci Kantongi Pendapatan Rp 6,51 Triliun, Laba Bersih Tembus Rp 368 Miliar
Cuan
IHSG Ditutup Melonjak 1,36 Persen pada 8.275, Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah Lagi
IHSG Ditutup Melonjak 1,36 Persen pada 8.275, Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah Lagi
Cuan
Perkuat Keamanan Logistik Nasional, IPC TPK Operasikan Alat Pemindai Peti Kemas di Tanjung Priok
Perkuat Keamanan Logistik Nasional, IPC TPK Operasikan Alat Pemindai Peti Kemas di Tanjung Priok
Industri
Inflasi Telur dan Daging Ayam Ras Melonjak, BPS Sebut Karena Permintaan Tinggi untuk Program MBG
Inflasi Telur dan Daging Ayam Ras Melonjak, BPS Sebut Karena Permintaan Tinggi untuk Program MBG
Ekbis
Target Swasembada Beras: Produksi Melonjak dan Tantangan Struktural
Target Swasembada Beras: Produksi Melonjak dan Tantangan Struktural
Ekbis
Menkeu Purbaya Siapkan Tarif Cukai Khusus untuk Tarik Produsen Rokok Ilegal ke Kawasan KIHT
Menkeu Purbaya Siapkan Tarif Cukai Khusus untuk Tarik Produsen Rokok Ilegal ke Kawasan KIHT
Ekbis
Jaga Daya Saing, AISA Luncurkan Kemasan Baru Salah Satu Produk Makanan Ringannya
Jaga Daya Saing, AISA Luncurkan Kemasan Baru Salah Satu Produk Makanan Ringannya
Cuan
Bank Mandiri Siap Salurkan Rp 3,22 Triliun BLTS Kesra 2025 lewat Jaringan Cabang hingga Mandiri Agen
Bank Mandiri Siap Salurkan Rp 3,22 Triliun BLTS Kesra 2025 lewat Jaringan Cabang hingga Mandiri Agen
Keuangan
Pemda Bisa Pinjam ke Pemerintah Pusat, Purbaya: Bunga 0,5 Persen
Pemda Bisa Pinjam ke Pemerintah Pusat, Purbaya: Bunga 0,5 Persen
Ekbis
Danantara: TOBA Sudah Declaire Tak Ikut Proyek Sampah Jadi Listrik
Danantara: TOBA Sudah Declaire Tak Ikut Proyek Sampah Jadi Listrik
Cuan
BEI Bakal Kirim Surat Keberatan ke MSCI soal Metode Penghitungan Free Float Saham
BEI Bakal Kirim Surat Keberatan ke MSCI soal Metode Penghitungan Free Float Saham
Cuan
DJP Bongkar Kasus Pencucian Uang Senilai Rp 58,2 Miliar
DJP Bongkar Kasus Pencucian Uang Senilai Rp 58,2 Miliar
Ekbis
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau