Dalam skala nasional, sektor kopi terbukti berkontribusi positif terhadap neraca perdagangan.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa nilai ekspor kopi Indonesia pada tahun 2024 melonjak 76,33 persen dibanding tahun sebelumnya.
Lonjakan tersebut membuat Indonesia mencatat surplus perdagangan kopi, artinya nilai ekspor jauh melampaui nilai impor.
Baca juga: Kopi Artisanal dan Evolusi Selera Konsumen Modern
Posisi Indonesia sebagai salah satu produsen kopi terbesar di dunia pun semakin kuat. Negara tujuan utama ekspor meliputi Amerika Serikat, Jerman, Jepang, dan Malaysia, dengan AS menjadi pasar terbesar yang menyerap ratusan juta dollar AS per tahun dari kopi Indonesia.
Dengan kontribusinya terhadap pendapatan petani dan pemasukan devisa, kopi menjadi salah satu komoditas strategis dalam perekonomian nasional.
Namun, dampak positif ini tidak serta-merta dirasakan oleh semua pelaku dalam rantai industri kopi. Sektor hilir justru menghadapi tekanan akibat lonjakan harga bahan baku.
Produsen kopi olahan dan pemilik kedai kopi terpaksa menaikkan harga jual produk mereka. Banyak pelaku usaha harus menghitung ulang harga menu karena harga biji kopi yang meningkat hingga tiga kali lipat.
Kondisi ini menyebabkan margin keuntungan pelaku usaha menurun, terutama bagi pelaku UMKM yang tidak memiliki skala ekonomi besar.
Akibatnya, konsumen mulai berpikir dua kali untuk membeli kopi premium, dan konsumsi domestik kopi kelas menengah atas berpotensi stagnan.
Ironisnya, ketika harga kopi di pasar global naik, sebagian segmen pasar dalam negeri justru melemah. Hal ini menunjukkan bahwa manfaat dari kenaikan harga belum sepenuhnya merata di seluruh ekosistem kopi nasional.
Lebih jauh, fluktuasi harga yang tajam menimbulkan kecemasan di kalangan petani. Ketika harga turun secara mendadak, pendapatan mereka bisa tergerus drastis.
Sayangnya, sebagian besar petani kecil tidak memiliki akses terhadap instrumen lindung nilai seperti asuransi pertanian atau kontrak kerja sama pemasaran berjangka.
Ketergantungan pada harga pasar yang berubah-ubah membuat posisi mereka sangat rentan. Dalam konteks ini, kebijakan yang memberikan perlindungan terhadap risiko dan stabilitas pendapatan menjadi kebutuhan mendesak untuk menjaga keberlanjutan sektor kopi nasional.
Saat ini, ekosistem industri kopi Indonesia tengah menghadapi berbagai tantangan struktural di tengah fluktuasi harga global yang semakin tidak menentu.
Meskipun harga jual kopi di pasar cukup tinggi, keuntungan yang dinikmati petani tetap kecil akibat produktivitas rendah dan biaya produksi yang tinggi.