
PERJALANAN panjang diplomasi ekonomi Indonesia akhirnya memasuki babak penting dengan tercapainya kesepakatan substantif dalam perundingan Indonesia–European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU–CEPA). Kesepakatan ini menjadi salah satu tonggak sejarah hubungan ekonomi Indonesia–Uni Eropa setelah negosiasi yang dimulai sejak 2016 dan berlangsung selama sembilan tahun.
IEU–CEPA bukan sekadar perjanjian dagang biasa, melainkan kemitraan komprehensif yang mencakup berbagai aspek yaitu perdagangan barang dan jasa, investasi, hak kekayaan intelektual, pembangunan berkelanjutan, serta peningkatan kapasitas sumber daya manusia.
Dengan tercapainya kesepakatan ini pada September 2025, Indonesia menegaskan posisinya sebagai salah satu kekuatan ekonomi yang semakin diperhitungkan dalam rantai pasok global. Namun, pertanyaan mendasar yang muncul adalah apa dampak nyata IEU–CEPA terhadap ekonomi Indonesia? Bagaimana peluang dan tantangan yang harus dihadapi? Apakah kesepakatan ini benar-benar akan membawa berkah bagi ekonomi nasional atau justru menimbulkan kerentanan baru?
Tulisan ini mencoba menakar secara kritis dampak IEU–CEPA dengan memadukan analisis tren ekspor Indonesia ke Uni Eropa serta simulasi dampak yang diperkirakan terjadi pada berbagai sektor.
IEU–CEPA adalah perjanjian perdagangan bebas yang dirancang untuk menciptakan akses pasar yang lebih luas dan meningkatkan integrasi ekonomi antara Indonesia dan Uni Eropa. Beberapa poin penting dalam perjanjian ini.
Dengan ruang lingkup yang begitu luas, IEU–CEPA diharapkan mampu meningkatkan daya saing Indonesia dalam percaturan global. Untuk memahami potensi dampak IEU–CEPA, kita perlu menilik tren perdagangan Indonesia–Uni Eropa dalam beberapa tahun terakhir. Pertama, total nilai perdagangan Indonesia–Uni Eropa pada 2023 mencapai sekitar €24,5 miliar atau sekitar Rp400 triliun. Dengan nilai ekspor Indonesia ke Uni Eropa sekitar €15,5 miliar (Rp253 triliun). Serta nilai impor Indonesia dari Uni Eropa: Sekitar €9 miliar (Rp147 triliun). Sehingga terjadi surplus bagi Indonesia sekitar €6,5 miliar.
Uni Eropa saat ini menempati sekitar 8–9 % dari total ekspor Indonesia. Meski relatif kecil dibandingkan Tiongkok atau ASEAN, pasar Eropa sangat strategis karena memiliki daya beli tinggi dan standar kualitas ketat yang bisa meningkatkan reputasi produk Indonesia di pasar global.
Terdapat beberapa proyeksi dampak IEU-CEPA.
Dengan meningkatnya ekspor, diperkirakan tercipta ratusan ribu lapangan kerja baru di sektor padat karya seperti tekstil, alas kaki, dan furnitur. Meskipun ada potensi kehilangan pendapatan dari bea masuk, kompensasinya datang dari meningkatnya aktivitas ekonomi, pajak penghasilan, dan PPN.
Selain itu, terdapat dampak positif yang dapat diharapkan dari kesepakatan ini.
Namun terdapat pula risiko dan tantangan yang dapat dihadapi oleh Indonesia dari kesepakatan dagang ini.
Untuk memaksimalkan manfaat IEU–CEPA sekaligus meminimalisir risiko, beberapa langkah yang perlu dilakukan pemerintah dan pelaku usaha.
IEU–CEPA sejalan dengan visi Indonesia Emas 2045, yakni menjadikan Indonesia sebagai salah satu kekuatan ekonomi terbesar dunia. Dengan akses pasar yang lebih luas, peningkatan kualitas produk, serta masuknya investasi berkualitas tinggi, perjanjian ini dapat mempercepat transformasi ekonomi Indonesia dari berbasis komoditas mentah menjadi berbasis industri bernilai tambah tinggi.
Namun, semua itu hanya bisa tercapai jika pemerintah mampu mengelola implementasi IEU–CEPA secara strategis dan inklusif, memastikan bahwa manfaatnya dirasakan tidak hanya oleh segelintir pelaku usaha besar, tetapi juga oleh jutaan UMKM dan masyarakat luas.
IEU–CEPA adalah momentum strategis yang bisa menjadi lompatan besar bagi ekonomi Indonesia. Berdasarkan simulasi yang ada, dampaknya cenderung positif yaitu peningkatan ekspor, investasi, PDB, dan lapangan kerja. Tetapi, tanpa strategi mitigasi yang tepat, risiko juga tidak kecil, mulai dari hambatan non-tarif hingga ketertinggalan UMKM.
Oleh karena itu, keberhasilan implementasi IEU–CEPA tidak hanya bergantung pada perjanjian di atas kertas, tetapi juga pada kapasitas bangsa ini untuk beradaptasi, meningkatkan daya saing, dan mengoptimalkan potensi pasar global. Jika dikelola dengan baik, IEU–CEPA bukan hanya sekadar perjanjian perdagangan, melainkan batu loncatan penting menuju Indonesia Emas 2045.
Baca juga: Ekspor Indonesia Ditarget Naik 2 Kali Lipat lewat Perdagangan Bebas dengan Kanada
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang