SINGAPURA, KOMPAS.com - Senior FX Strategist UOB Peter Chia Chih Siong tak menampik bahwa harga emas terus menunjukkan tren berkilau alias semakin naik dalam beberapa waktu terakhir.
Dia menyebutkan, selama dua bulan terakhir yakni September dan Oktober 2025, harga emas naik 10 persen. Menurut dia, yang menjadi pendorong kenaikan harga emas adalah melemahnya dollar AS.
“Sejak awal tahun ini kan ada berita mengenai dedolarisasi dan de-basement. Jadi ketika investor menghasilkan keuntungan, mereka ingin mengubahnya menjadi aset tanggung jawab seperti emas. Jadi itu adalah salah satu penyakit utama,” ujarnya kepada media saat menghadiri acara Gateway to ASEAN Conference di Singapura, Kamis (16/10/2025).
Baca juga: Akhiri Penguatan, Harga Emas Dunia Anjlok
Ilustrasi emas. Kemudian juga dipengaruhi ketidakpastian global yang membuat orang-orang memilih untuk membeli emas.
Menurut dia, kekhawatiran terhadap potensi penutupan pemerintahan AS, ketegangan perdagangan global, serta gejolak pasar saham membuat logam mulia ini semakin diminati.
Di sisi lain, menurut Chia, melemahnya dollar ASEAN dipengaruhi oleh adanya kebijakan yang dilakukan Bank Indonesia (BI) dalam mengurangi volatilitas nilai tukar atau uang asing alias valas (FX).
BI sendiri melakukan kebijakan terhadap volatilitas FX dengan penyepian kebijakan moneter, intervensi di pasar valas, hingga pengelolaan likuiditas valas.
Baca juga: Harga Emas Antam Hari Ini Anjlok Rp 57.000, Berikut Rinciannya
“Jadi memang ada beberapa masalah fisik di Indonesia, kita melihat dollar AS berkembang melawan dollar ASEAN. Itu utamanya disebabkan peran aktif BI dalam mengurangi volatilitas FX,” ungkapnya.
Diberitakan sebelumnya, harga emas dunia mencatat kenaikan lebih dari 60 persen sejak awal tahun 2025.