SINGAPURA, KOMPAS.com - Senior FX Strategist UOB Peter Chia Chih Siong memproyeksikan harga minyak dunia berpotensi turun.
Hal itu menyusul negara-negara produsen minyak dunia yang tergabung dalam OPEC+ sepakat untuk meningkatkan produksi sebesar 547.000 barel per hari (bph) pada September 2025.
“Dengan adanya kebijakan itu artinya tentu akan lebih banyak lagi penyediaan minyak di pasar. Itu juga berarti tekan harga minyak akan menjadi lebih rendah,” ujarnya kepada media saat menghadiri acara Gateway to ASEAN Conference di Singapura, Kamis (16/10/2025).
Baca juga: Naik, Harga Minyak Mentah Indonesia 66,81 Dollar AS per Barel
Ilustrasi produksi minyak, harga minyak mentah. Adapun harga minyak mencatat kenaikan tipis pada Jumat (17/10/2025) atau di akhir pekan ini. Harga minyak Brent ditutup di level 61,29 dollar AS per barrel, naik 23 sen atau 0,38 persen.
Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS berakhir di 57,54 dollar AS per barrel, naik 8 sen atau 0,14 persen.
Meski begitu, angka tersebut tetap menunjukkan tren penurunan secara mingguan atau hampir 3 persen.
Tekanan terhadap harga minyak juga datang dari proyeksi IEA mengenai kelebihan pasokan minyak global yang diperkirakan meningkat pada 2026.
Baca juga: Harga Minyak Dunia Menguat, Investor Bidik Potensi Perundingan AS-China
Badan Informasi Energi AS (EIA) pada Kamis melaporkan bahwa persediaan minyak mentah AS naik sebesar 3,5 juta barrel dalam sepekan terakhir menjadi 423,8 juta barrel, jauh di atas perkiraan kenaikan 288.000 barel dari survei Reuters.
Kenaikan persediaan yang lebih besar dari perkiraan itu sebagian besar disebabkan oleh menurunnya tingkat pemrosesan kilang yang memasuki periode perawatan rutin di musim gugur.