Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nilai Tukar Petani dan Nelayan Kompak Turun Pada Oktober 2025, Apa Penyebabnya?

Kompas.com - 03/11/2025, 13:15 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai tukar petani (NTP) secara nasional pada Oktober 2025 turun 0,02 persen menjadi 124,33 dari bulan sebelumnya yang sebesar 124,36.

Kenaikan NTP ini seiring dengan terjadinya inflasi pada periode yang sama sebesar 0,28 persen dibandingkan bulan sebelumnya yang terjadi inflasi sebesar 0,21 persen.

NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (terms of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi.

Adapun semakin tinggi nilai tukar petani, maka secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani.

Baca juga: BPS: Nilai Tukar Petani dan Nelayan Kompak Meningkat Pada Agustus 2025, Ini Penyebabnya

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan, penurunan NTP itu dikarenakan kenaikan indeks harga yang diterima petani lebih lambat dari kenaikan indeks harga yang dibayar petani.

Komoditas yang dominan mempengaruhi peningkatan indeks harga yang dibayarkan petani ialah cabai merah, telur ayam ras, emas perhiasan, dan jeruk.

"Penurunan NTP terjadi pada indeks harga yang diterima petani naik sebesar 0,06 persen dimana kenaikan indeks harga ini lebih lambat dari kenaikan indeks harga yang dibayarkan petani yang sebesar 0,08 persen," ujarnya dalam konferensi pers pada Senin (3/11/2025).

Pudji mengatakan, berdasarkan subsektornya, penurunan NTP Oktober 2025 dipengaruhi oleh penurunan NTP di subsektor hortikultura sebesar 2,33 persen.

Baca juga: BPS: Nilai Tukar Petani Turun 0,18 Persen pada Februari 2025

Sejalan dari pengaruh subsektor tersebut, dia menyebutkan, komoditas yang menjadi penyumbang turunnya indeks harga petani yakni cabai rawit, kol atau kubis, tomat, dan kentang.

Sebaliknya, subsektor lain mengalami kenaikan NTP yaitu subsektor tanaman pangan sebesar 0,17 persen dan subsektor tanaman perkebunan rakyat yang naik 0,25 persen.

Pudji juga mengungkapkan, nilai tukar nelayan (NTN) turut menurun sebesar 0,04 persen karena penurunan indeks harga yang diterima nelayan lebih dalam dari penurunan indeks harga yang dibayar nelayan.

"Ini karena indeks harga yang diterima nelayan mengalami penurunan sebesar 0,11 persen, lebih dalam dari penurunan indeks harga yang dibayar nelayan yang sebesar 0,07 persen," kata dia.

Adapun komoditas yang dominan mempengaruhi peningkatan indeks harga yang diterima untuk subsektor nilai tukar nelayan ini adalah cakalang, tongkol, kembung, dan laisi.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Terkini Lainnya
Setahun Prabowo-Gibran, BTN (BBTN) Akselerasi Program Tiga Juta Rumah
Setahun Prabowo-Gibran, BTN (BBTN) Akselerasi Program Tiga Juta Rumah
Keuangan
Jaga Stabilitas dan Dorong Ekonomi, BI Longgarkan Kebijakan Moneter
Jaga Stabilitas dan Dorong Ekonomi, BI Longgarkan Kebijakan Moneter
Keuangan
Produksi Beras Naik, Mentan: Insya Allah Tahun Ini Tak Ada Impor
Produksi Beras Naik, Mentan: Insya Allah Tahun Ini Tak Ada Impor
Ekbis
4 Kriteria Penerima Pemutihan Tunggakan BPJS Kesehatan
4 Kriteria Penerima Pemutihan Tunggakan BPJS Kesehatan
Ekbis
Menhub Lantik Teuku Faisal Fathani Jadi Kepala BMKG, Dorong Sinergi Transportasi dan Informasi Cuaca Nasional
Menhub Lantik Teuku Faisal Fathani Jadi Kepala BMKG, Dorong Sinergi Transportasi dan Informasi Cuaca Nasional
Ekbis
Apa Itu ETF Emas dan Manfaatnya untuk Investor?
Apa Itu ETF Emas dan Manfaatnya untuk Investor?
Cuan
KKSK: Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia Terjaga
KKSK: Stabilitas Sistem Keuangan Indonesia Terjaga
Ekbis
Lippo Karawaci Kantongi Pendapatan Rp 6,51 Triliun, Laba Bersih Tembus Rp 368 Miliar
Lippo Karawaci Kantongi Pendapatan Rp 6,51 Triliun, Laba Bersih Tembus Rp 368 Miliar
Cuan
IHSG Ditutup Melonjak 1,36 Persen pada 8.275, Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah Lagi
IHSG Ditutup Melonjak 1,36 Persen pada 8.275, Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah Lagi
Cuan
Perkuat Keamanan Logistik Nasional, IPC TPK Operasikan Alat Pemindai Peti Kemas di Tanjung Priok
Perkuat Keamanan Logistik Nasional, IPC TPK Operasikan Alat Pemindai Peti Kemas di Tanjung Priok
Industri
Inflasi Telur dan Daging Ayam Ras Melonjak, BPS Sebut Karena Permintaan Tinggi untuk Program MBG
Inflasi Telur dan Daging Ayam Ras Melonjak, BPS Sebut Karena Permintaan Tinggi untuk Program MBG
Ekbis
Target Swasembada Beras: Produksi Melonjak dan Tantangan Struktural
Target Swasembada Beras: Produksi Melonjak dan Tantangan Struktural
Ekbis
Menkeu Purbaya Siapkan Tarif Cukai Khusus untuk Tarik Produsen Rokok Ilegal ke Kawasan KIHT
Menkeu Purbaya Siapkan Tarif Cukai Khusus untuk Tarik Produsen Rokok Ilegal ke Kawasan KIHT
Ekbis
Jaga Daya Saing, AISA Luncurkan Kemasan Baru Salah Satu Produk Makanan Ringannya
Jaga Daya Saing, AISA Luncurkan Kemasan Baru Salah Satu Produk Makanan Ringannya
Cuan
Bank Mandiri Siap Salurkan Rp 3,22 Triliun BLTS Kesra 2025 lewat Jaringan Cabang hingga Mandiri Agen
Bank Mandiri Siap Salurkan Rp 3,22 Triliun BLTS Kesra 2025 lewat Jaringan Cabang hingga Mandiri Agen
Keuangan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau