Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pabrik Asia Lesu, Dampak Tarif dan Lemahnya Permintaan AS Mulai Terasa

Kompas.com - 03/11/2025, 11:33 WIB
Teuku Muhammad Valdy Arief

Editor

Sumber Reuters

KOMPAS.com – Pusat industri Asia kembali melemah pada Oktober 2025. Permintaan yang turun dari Amerika Serikat (AS) dan kebijakan tarif di bawah pemerintahan Donald Trump menekan pesanan pabrik di kawasan ini.

Survei bisnis yang dirilis Senin (4/11/2025) menunjukkan tekanan terasa di sejumlah negara besar, terutama China dan Korea Selatan.

Kunjungan Trump ke Asia pekan lalu sempat memunculkan harapan baru lewat kemajuan negosiasi perdagangan, tetapi eksportir masih berhati-hati karena permintaan dari AS belum pulih.

Baca juga: Harga Kripto Terkoreksi, Imbas Kebijakan The Fed dan Pertemuan Trump-Xi

Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Managers’ Index/PMI) sektor manufaktur mencatat pertumbuhan yang lebih lambat di China dan penurunan di Korea Selatan. Pesanan ekspor di kedua negara juga melemah.

Data resmi PMI China menunjukkan aktivitas pabrik turun selama tujuh bulan berturut-turut. Tren ini menandakan berakhirnya lonjakan ekspor akibat upaya menghindari tarif AS.

“PMI menunjukkan ekonomi China kehilangan momentum pada Oktober, dengan pertumbuhan lebih lambat di sektor manufaktur dan konstruksi,” kata Zichun Huang, ekonom China di Capital Economics.

“Sebagian kelemahan ini mungkin akan berbalik, tetapi dorongan ekspor dari kesepakatan perdagangan AS–China kemungkinan hanya bersifat moderat. Hambatan terhadap pertumbuhan akan tetap ada,” sambungnya.

Baca juga: Tarif Impor Amerika Picu PHK Ribuan Pekerja di Pabrik Sepatu Tangerang

Optimisme Hati-Hati soal Tarif

Dalam pertemuan di Korea Selatan pekan lalu, Trump dan Presiden China Xi Jinping sepakat menurunkan ketegangan dengan menunda penerapan tarif timbal balik selama satu tahun.

Namun, kesepakatan itu belum cukup mempersempit perbedaan antara dua ekonomi terbesar dunia tersebut.

Beijing kini berhitung apakah ekonomi China, yang bernilai sekitar 19 triliun dolar AS atau Rp 316,7 kuadriliun (kurs Rp16.670 per dolar AS), masih bisa tumbuh sesuai target 2025 di kisaran 5 persen tanpa tambahan stimulus besar.

Data perdagangan September menunjukkan ekspor China tumbuh lebih cepat dari perkiraan, tetapi peningkatan terutama berasal dari pasar baru. Ekspor ke AS anjlok 27 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Kondisi serupa terjadi di Korea Selatan. Kesepakatan dagang baru dengan AS menurunkan tarif produk asal Korea, tetapi dianggap sebagai kompromi agar ekonomi terbesar keempat di Asia itu tidak semakin tertinggal di perdagangan global.

Tekanan juga dirasakan di Malaysia dan Taiwan, di mana aktivitas pabrik terus menurun. Sebaliknya, Vietnam dan Indonesia mencatat pertumbuhan positif, menandakan daya tahan sektor manufaktur di dua negara tersebut masih terjaga.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Terkini Lainnya
IHSG Ditutup Melonjak 1,36 Persen pada 8.275, Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah Lagi
IHSG Ditutup Melonjak 1,36 Persen pada 8.275, Cetak Rekor Tertinggi Sepanjang Sejarah Lagi
Cuan
Perkuat Keamanan Logistik Nasional, IPC TPK Operasikan Alat Pemindai Peti Kemas di Tanjung Priok
Perkuat Keamanan Logistik Nasional, IPC TPK Operasikan Alat Pemindai Peti Kemas di Tanjung Priok
Industri
Inflasi Telur dan Daging Ayam Ras Melonjak, BPS Sebut Karena Permintaan Tinggi untuk Program MBG
Inflasi Telur dan Daging Ayam Ras Melonjak, BPS Sebut Karena Permintaan Tinggi untuk Program MBG
Ekbis
Target Swasembada Beras: Produksi Melonjak dan Tantangan Struktural
Target Swasembada Beras: Produksi Melonjak dan Tantangan Struktural
Ekbis
Menkeu Purbaya Siapkan Tarif Cukai Khusus untuk Tarik Produsen Rokok Ilegal ke Kawasan KIHT
Menkeu Purbaya Siapkan Tarif Cukai Khusus untuk Tarik Produsen Rokok Ilegal ke Kawasan KIHT
Ekbis
Jaga Daya Saing, AISA Luncurkan Kemasan Baru Salah Satu Produk Makanan Ringannya
Jaga Daya Saing, AISA Luncurkan Kemasan Baru Salah Satu Produk Makanan Ringannya
Cuan
Bank Mandiri Siap Salurkan Rp 3,22 Triliun BLTS Kesra 2025 lewat Jaringan Cabang hingga Mandiri Agen
Bank Mandiri Siap Salurkan Rp 3,22 Triliun BLTS Kesra 2025 lewat Jaringan Cabang hingga Mandiri Agen
Keuangan
Pemda Bisa Pinjam ke Pemerintah Pusat, Purbaya: Bunga 0,5 Persen
Pemda Bisa Pinjam ke Pemerintah Pusat, Purbaya: Bunga 0,5 Persen
Ekbis
Danantara: TOBA Sudah Declaire Tak Ikut Proyek Sampah Jadi Listrik
Danantara: TOBA Sudah Declaire Tak Ikut Proyek Sampah Jadi Listrik
Cuan
BEI Bakal Kirim Surat Keberatan ke MSCI soal Metode Penghitungan Free Float Saham
BEI Bakal Kirim Surat Keberatan ke MSCI soal Metode Penghitungan Free Float Saham
Cuan
DJP Bongkar Kasus Pencucian Uang Senilai Rp 58,2 Miliar
DJP Bongkar Kasus Pencucian Uang Senilai Rp 58,2 Miliar
Ekbis
QRIS Kini Bisa untuk Grab, Transaksi Digital Makin Mudah bagi Pengguna Muda
QRIS Kini Bisa untuk Grab, Transaksi Digital Makin Mudah bagi Pengguna Muda
Keuangan
ETF Emas Ditarget Rilis Sebelum Juni, BEI Masih Tunggu Aturan OJK
ETF Emas Ditarget Rilis Sebelum Juni, BEI Masih Tunggu Aturan OJK
Cuan
Pemerintah Siapkan Rp 180 Miliar untuk Diskon Angkutan Nataru
Pemerintah Siapkan Rp 180 Miliar untuk Diskon Angkutan Nataru
Ekbis
RI Belum Bisa jadi Negara dengan Ekonomi Syariah Terbesar Dunia, Kenapa?
RI Belum Bisa jadi Negara dengan Ekonomi Syariah Terbesar Dunia, Kenapa?
Syariah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau